'Our Destiny'

Suho : Girl (GS) | Kris : Boy | Yixing : Girl (GS) | Kai | Chanyeol | lead+

Warning : Typo's , Absurd , No Feel

Rated : T+ - M

.

Note : Ini sebenernya punya story yang sama dengan FF Joon 'Our Story' dan Sequelnya 'The Choice', alurnya hampir sama hanya saja Joon tulis ini dalam feel yang sedikit berbeda dengan intrik permasalahan yang juga sedikit berbeda dan pastinya ending yang berbeda pula.

Bisa tinggalkan FF ini kalau berpikir masalah dan ceritanya yang sama saja seperti sebelumnya. Joon cuman nulis ini untuk memuaskan perasaan Joon yang sedikit kecewa dengan dua FF Joon sebelumnya -yang disebutin di atas-

...

BunnyJoon's Present

...

.

.

.


.

Bahwa cinta yang terluka itu tetaplah sebuah cinta.

Tak peduli sebanyak apa Ia pernah terluka, jika hatinya tetap mendambakan cinta itu adalah nyata. Tak peduli seperih apa luka itu menjalar ke seluruh jiwanya tetap akan kembali pada sebuah senyuman diakhir kisah bad romancenya, tak peduli berapa ribu kali perasaan kecewa itu menyelinap, tetap akan ada jutaan maaf yang melenyapkan kecewa itu entah bagaimana caranya. Namun kali ini, Ia lebih memilih melepaskannya .. Bukan karena Ia lelah tapi karena Ia tahu ini akhir dari kekuatannya, ini tak bisa Ia kendalikan, ini di luar kekuasaannya ..

.


.

.

.

Berselimut luka serta berangin perih seolah warna hidup yang telah ditakdirkan bagi wanita mungil berparas angelic itu, Kim Junmyeon -Suho-. Ia masih membisu, tak mengeluarkan sepatah katapun pada Pria yang tengah tertunduk lesu di hadapannya, Wu YiFan -Kris-. Pria yang hampir tiga tahun ini menyandang status Kepala Keluarga dalam rumah tangga kecil miliknya.

Seluruh emosi dalam dirinya bercampur aduk menjadi satu, mendera perasaan cinta yang selalu Ia jaga untuk Pria di hadapannya setelah untuk kesekian kalinya Pria pemilik rahang tegas itu mengkhianati janji suci pernikahan mereka. Ya .. kesekian kalinya.

Tarikan nafasnya semakin berat, degupan jantung yang Ia coba kontrol itu justru menghimpit aliran nafasnya, membuat sesak dan sakit itu kembali lagi entah untuk yang keberapa kalinya mengingat Pria di hadapannya ini sudah terlalu sering melakukannya. Namun sekali lagi, Junmyeon bukan wanita berhati baja yang akan mudah begitu saja menerima kenyataan pahit yang sama.

"Kau tahu .." Wanita itu menarik nafasnya panjang, berharap tidak adalagi tangisan untuk kali ini ".. memaafkanmu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, Wu YiFan-ssi" Junmyeon kembali mengontrol getaran halus dalam nada bicaranya, meskipun Pria di depannya ini sadar betapa lirih kalimat itu terdengar. Kris tahu sudah sampai batas mana wanita yang tengah menatapnya penuh amarah ini berada, betapa kecewanya hingga Ia menyebut nama asli Kris di akhir kalimatnya.

"Aku telah jatuh terlalu dalam pada sosok angkuh dan dingin sepertimu, dan Kau tahu benar hal itu !" nada perih terdengar jelas diujung kalimat yang secara tak langsung berisi pengakuan perasaannya itu. Membuat Kris tertegun sesaat seolah menyadari benar bahwa Ia telah melewati batas yang tak seharusnya berani Ia sentuh.

Kris Wu / Wu YiFan, Pria penuh ambisi dan egoisme yang berwujud pada sosok angkuh dan dingin itu mengambil alih peran suami dalam hidup Kim Junmyeon, wanita naif yang selalu memandang Kris atas perasaan bodohnya, cinta. Garis takdir yang tak bisa terbantah itu membawa keduanya dalam sebuah ikatan suci pernikahan, takdir kejam yang terjadi karena kuasa penuh yang dimiliki kedua orangtua mereka.

Junmyeon menghela nafasnya kasar, kembali menguatkan dirinya untuk sebisa mungkin tak lagi berpeluh air mata "Kau tahu aku bahkan tak pernah mencoba untuk menahan semua perasaan cinta ini untukmu ! Aku mencintaimu dan melakukan semua hal untuk menunjukkan perasaanku Kris" ucap wanita itu pelan diiringi tawa miris yang Ia coba buat untuk menyembunyikan air mata tak terbendung miliknya. Ia mata luka yang tak cukup mampu menggambarkan perasaan luka yang teramat sangat dalam hatinya.

Menurutmu, wanita mana yang tak akan terluka melihat suami -yang meski tak mencintainya- bermain gila dengan wanita lain entah untuk yang keberapa kalinya. Bahkan kali ini dengan beraninya Kris membawa wanita itu ke dalam apartemen milik mereka.

Kenyataan pahit yang lagi-lagi harus dihadapinya membuat Junmyeon begitu hina, begitu tak berharga, bahwa dirinya tak pernah dianggap, eksistensi dirinya bernilai 0, Ia sama sekali tak diinginkan, pengorbanan dan maaf yang selalu Ia berikan tak ada artinya, sama sekali tidak.

Hatinya bagai ditusuk oleh sebuah pisau tumpul penuh karat, kemudian pisau itu digerakkan acak ke segala arah tanpa belas kasihan, hati dan perasaannya hancur tak bersisa ketika lagi-lagi Ia mendapati satu-satunya Pria yang Ia cintai menghancurkan mimpi indah tentang rumah tangga manis yang tentu saja semua wanita idamkan termasuk dirinya.

"Aku selalu mencoba menjadi apa yang kau mau"

"Aku berusaha menghancurkan dinding ego tebal yang kau buat diantara kita !"

"Dan nyatanya aku tak pernah mampu" ucapnya lirih, masih menahan sesak yang semakin mendera dadanya sementara Kris ? Pria itu hanya mampu menatap datar wanita yang kini telah bangkit dari duduknya, menyaksikan wanita yang mencoba sekuat dan semampunya untuk tak menangis dan entah kenapa perasaan Kris mendadak perih seperti tersayat oleh guratan-guratan kecil yang dalam melihat pemandangan di hadapannya.

'Hentikan Kim Junmyeon' lirih Kris dalam hati.

"Kau tahu benar aku mencintaimu Kris, kau tahu itu .." desahan nanar itu sontak membuat Kris menundukkan kepalanya, mencari objek yang lebih menarik apapun itu selain bahu bergetar yang tengah memunggunginya. Junmyeon menangis, dan Kris merasa terluka ? Ini ada yang salah, batin Kris bergejolak. Bahkan hanya melihat sekilas bahu bergetar itu sanggup membuat Kris merasakan betapa sesaknya perasaan itu, betapa wanita ini merasa sakit dan terluka.

"Aku selalu mencintaimu .. K-kriss .."

".. Dan kau selalu menghancurkanku .." Junmyeon menyerah, Ia meraung dan terisak setelah susah payah menyelesaikan kalimat terakhirnya memukul kasar dadanya agar berhenti merasakan degupan perih yang sungguh tak sanggup lagi Ia rasakan

"Kau menghancurkanku lagi Kris" Kris semakin menundukkan wajahnya dalam, mendengar kata 'lagi' yang begitu ditekankan dalam kalimat Junmyeon barusan dan entah mengapa dadanya mendadak sesak, sesak itu semakin menguasai hatinya sungguh ini kali pertama Kris peduli tentang apa yang istrinya ini rasakan atas tingkah bejadnya.

'Berhentilah Kim Junmyeon ..' hati Kris perih, dan iya hanya mampu menyuarakan itu dalam hatinya. Harga diri itu masih menguasai seluruh hatinya ketimbang menghentikan semua ini dengan jelas.

"Aku pemujamu Kris, memuja seluruh keangkuhan dan egoismemu" suara itu bergetar "Aku selalu menjadi naif dan bodoh lalu memaafkanmu lagi dan lagi" lanjutnya getir "Memaafkanmu .. dan kembali dihancurkan olehmu .. memaafkanmu lagi .. dan kau hancurkan lagi" Junmyeon menegaskan setiap kata dalam kalimatnya "Dan kau tak pernah sekalipun memadang ke arahku, Im nothing for you" ucap Junmyeon pahit "Kau bahkan tak pernah melihatku, secuil pun tak pernah"

'Demi Tuhan ! Aku bilang berhenti KIM JUNMYEON !' Kris hanya mampu berteriak dalam hatinya, teriakan itu hanya menggema jauh ke dalam relung hatinya. Harga diri miliknya perlahan menguap, tergantikan dengan perasaan iba mendengar semua kalimat kekecewaan yang keluar dari bibir indah wanita yang biasanya selalu menyebut namanya penuh cinta.

Kris berperang dengan hati nuraninya, Ia melawan perih yang entah alasan apa ikut bersarang dalam hatinya, luka bahkan tatapan kebencian yang menyeruak dari setiap nada Junmyeon membuatnya sadar jika wanita ini diam-diam telah menyelinap mengisi kekosongan hatinya. betapa Ia benci melihat wanitanya merasakan sakit seperti ini karenanya.

"Wu YiFan-sii, ak- .."

"BERHENTI !" potong Kris tegas, bangkit dari duduknya menatap Junmyeon dengan padangan penuh sesal, benar-benar tak sanggup lagi mendengarkan rentetan kalimat penuh luka yang semakin membawanya dalam perih yang menjadi-jadi. Kris menatap dalam kedua manik mata sayu berlinang air mata, tatapan lelah, tatapan perih, tatapan ingin menyerah tergambar jelas di sana. Membuat Kris sanksi.

"Tidak !" Junmyeon menggeleng keras "Aku tak akan hanya berhenti dan memaafkanmu lagi Kris ! Tidak !" Junmyeon menatap Kris nyalang, seolah ingin menunjukkan bahwa dia bukan wanita lemah yang selalu luluh setiap ucapan maaf Kris mengudara.

"Kim Junmyeon .."

'Aku Wu Junmyeon Kris ..'

"Aku memanggilmu Kim Junmyeon .."

'Panggil Aku Wu Junmyeon Kris ..'

"Kau tak mendengarkan aku ?"

'Kau yang tak pernah mendengarkanku Kris !'

"Baiklah .." Kris menghela nafasnya kasar "Apa yang kau inginkan sekarang ?" tanya Kris seolah mengajak Junmyeon bernegosiasi.

'Aku menginginkanmu Kris, hanya dirimu !'

"KIM JUNMYEON, JAWAB A- "

"AKU MENGINGINKANMU KRIS, AKU INGIN MASUK KE DALAM HATIMU, INGIN TINGGAL DI SANA DAN MENGHANGATKAN JIWAMU ! AKU INGIN MENJADI BAGIAN BERHARGA DALAM DIRIMU, AKU MENGINGINKANMU, AKU MENGINGINKAN SEORANG KRIS WU !" Junmyeon terengah, isakan letih itu tak dapat Ia tahan "Aku selalu mengatakan itu dari dulu, dan kau menulikan pendengaranmu Kris .." Ia tak peduli lagi, tak peduli bagaimana air mata kesakitannya itu mengalir deras di hadapan Kris toh bisa jadi itu yang memang Kris inginkan darinya.

"And now .. Im give up" Junmyeon mengangkat kedua tangannya tinggi, nada pasrah itu tersampaikan jelas

"Kim Junmyeon, apa yang barusan kau katakan ?" tanya Kris tak percaya

"Aku lelah .. Ani .. Aku putus asa .. Aku ingin berhenti, memperjuangankan pernikahan yang selalu aku inginkan namun tak pernah kau harapkan"

"Kau ingin meninggalkanku ?" tuduh Kris tak percaya

"Tidak, Aku bahkan tak pernah berarti di sisimu Kris .." jawab Junmyeon pelan "Aku hanya ingin pergi dari tempat yang memang tak seharusnya aku berada .."

"Itu tandanya kau ingin meninggalkanku !" hardik Kris keras

"Jangan pernah mengatakan aku yang ingin meninggalkanmu, kau tahu jelas Kris jika aku hanya ingin mengabiskan seluruh hidupku bersamamu"

"Tapi bukan hidup seperti ini yang aku inginkan !"

"Membohongi diriku dengan bersikap aku baik-baik saja setiap kali kau mengkhianatiku, percaya bahwa suatu saat kau mencintaiku dan pada akhirnya kau menghancurkan hatiku lagi dan lagi. Mempercayaimu bahwa kau akan berubah namun kau menjawab semua itu dengan pengkhianatan, dan kau telah melenyapkan semuanya Kris, mimpiku, cintaku, hatiku, semuanya lenyap menjadi abu dan telah hilang tanpa bekas tertiup angin dan kini .." Junmyeon menarik nafasnya dalam, sangat dalam "Aku memutuskan untuk per- .."

Kris yang tak kuasa lagi menahan gejolak dalam dirinya langsung merengkuh tubuh mungil itu dan membungkam bibir tipis yang sedari tadi terlalu banyak mendesah kecewa. Kris muak, Ia benci ketika perih itu ikut menjalar ke seluruh saraf tubuhnya. Junmyeon dan segala kekecewaa yang Ia pendam telah menghancurkan sisi angkuh Kris, melenyapkan harga diri Pria itu tak bersisa. Tidak, sampai Kris sadar bahwa kalimat 'Pergi' itu sanggup meluluhlantakkan semua dinding pembatas yang Ia buat untuk istrinya sendiri.

.

.

Ini salahnya, menentang pernikahan buatan orang tuanya dan berpikir wanita murahan seperti Junmyeon yang mau-mau saja menikah hanya demi uang dan perusahaan tak pantas mendampinginya. Hingga Ia melupakan kesalahannya yang begitu menjijikan dengan meniduri wanita-wanita yang bahkan tak pantas disandingkan dengan seujung kuku milik istrinya.

Kris berdosa, jika harus ada yang disalahkan atas semua ini adalah Kris. Menyakiti dan menyia-nyiakan wanita berharga seperti Junmyeon adalah kebodohan terbesar yang pernah Kris buat. Kris menyesal, andai saja Ia mampu mengulang waktu untuk tak ceroboh memilih jalan yang salah. Andai saja ..

Pria dengan tinggi 188 cm itu tak lagi sanggup berdiri tegak, tubuhnya lesu, wajahnya pucat menampakkan jelas kegusaran dan penyesalan mendalam ketika manik matanya bertemu dengan dua manik bulan sabit yang menatapnya tajam. Kris tak lelah, untuk terus kembali memohon ampunan Junmyeon atas kesalahannya, Ia sama sekali tak mengeluh karena Ia jelas pantas mendapatkan yang lebih dari ini.

Ia tak peduli lagi mengenai eksistensi Kris Wu yang selalu Ia sombongkan di hadapan semua orang, baginya mendapatkan sebuah kata 'Maaf' dari bibir Junmyeon dan kesempatan kesekian itu jauh lebih penting dari sebuah harga diri. Ia tahu dirinya tak akan mampu hidup tanpa istrinya itu, Ia tahu hidupnya tak ada berarti tanpa Junmyeon, namun sebanyak apa Ia memohon sebanyak itu pula Junmyeon menolak dengan tegas.

.

"Wu Junmyeon .." suara berat itu menginterupsi Junmyeon yang tengah sibuk memasukkan barang-barangnya asal pada sebuah koper besar, Junmyeon tertegun mendengar panggilan Kris atas namanya yang tak pernah Ia dengar.

"Jangan lakukan ini .." Junmyeon memejamkan matanya, merasakan suara gemetar itu ikut menggetarkan seluruh jiwa raganya, suara Pria yang paling di cintainya ".. Aku mohon .." suara putus asa penuh pengharapan itu mengusik keteguhan Junmyeon.

"Sudah terlambat Kris" Junmyeon berdesis ketus, kembali menguatkan hatinya untuk benar-benar meninggalkan Kris dan menyelamatkan sisa-sisa puing hatinya "Aku tak bisa" gumamnya lirih, menghancurkan Kris sepersekian detik.

Ya .. Kris telah hancur, lebih dari berkeping-keping. Hampa menelusup diam ke dalam hatinya, menyuntikkan perasaan pedih yang begitu cepat menjalar, tanpa obat, tanpa penawar yang mampu menghentikannya.

"Jebbaalll .." Kris menahan gagang koper yang tengah di tarik Suho kasar ".. untuk yang terakhir kalinya .." pinta Kris lirih bersamaan dengan air mata yang telah menganak sungai "Aku berjanji .. Ini yang terakhir kalinya .." Suho mengeratkan genggamannya, amat erat hingga buku-buku kuku lentiknya memutih, tak ingin lagi membodohi dirinya sendiri dengan percaya pada kalimat Kris.

"Aku pergi .." Junmyeon menarik kasar koper besar dalam gengamannya, berlalu menjauh dari sosok Kris yang kini telah kehilangan kekuatan pada kedua kaki jenjangnya. Kris bersimpuh, penuh air mata menatap punggung yang kini terasa begitu dingin, punggung tanpa belas kasihan yang dengan mantapnya semakin jauh, menjauh meninggalkan Kris dan hilang dibalik pintu apartemen mereka.

Kris menyesal, dan semua penyesalan itu jelas sudah terlambat. Mengapa mengetahui tentang perasaannya sendiri saja Ia begitu bodoh ? Mengapa Ia baru menyadari betapa Ia mencintai dan membutuhkan wanita itu setelah Suho bahkan telah begitu jengah dengannya ? Karma yang harus Ia tanggung, Kris harus menanggungnya.

.

.

.

-continue ?-

.

.

.

R n R

.