Disclaimer : Bleach hanya milik Tite Kubo

Rated : K

Author Note : karya perdana, akan banyak ditemukan Typo, OOC, dan segala macam kenistaan lainnya. cobalah untuk sedikit bersabar *smirk*


"Aku benci hidupku…"

pikiran itu melintas begitu saja di pikirannya. Sambil tertunduk, ia membiarkan rambut hitam menutupi sebagian besar wajahnya. Perutnya lapar, sangat lapar. Dari kemarin ia tidak diberikan apapun untuk dimakan. Kedua tangan kurus gadis itu terikat oleh sepasang borgol berkarat. Di ujung borgol tersebut terpasang rantai yang menjulur sampai ke bawah gerobak yang disambung pada tulang roda. Sudah dua hari Rukia berada di dalam kurungan gerobak. Setelah penyergapan kemarin, ia pikir ia beruntung karena berhasil melarikan diri dari para serdadu itu, namun ternyata apa yang dialaminya malah jauh lebih buruk dari saudara-saudaranya. Ia tertangkap oleh para penjual budak. Kini para penjual budak itu mengikatnya seperti binatang dan membawanya ke pasar budak.

Panas matahari masuk melalui celah antara teralis bambu yang mengurungnya. Langsung menghujam tenguk porselen sang gadis, namun ia tidak bergeming. Ia sudah tidak peduli apa-apa lagi. Entah itu sakit, entah itu rasa terbakar panas matahari, ia sudah tidak mau menolaknya lagi. Terlahir dari klan terkutuk membuatnya banyak menderita. Semenjak kecil ia harus melarkan diri demi nyawanya. Pergi dari suatu tempat ke tempat lain, tanpa sekalipun mengucapkan selamat tinggal pada apapun. Keluarganya, temannya, saudaranya, pergi satu persatu. Meninggal, tertangkap dan dibunuh, ataupun sakit karena tidak kuat menjalani perjalanan panjang. Kini, ketika berada di titik ini, ia sudah tidak tahu lagi untuk apa dia hidup. Tidak! Sebenarnya sejak awal pun ia tidak pernah tahu apa alasannya untuk terus bertahan.

Braak… g

erobak terhentak kedepan, sepertinya salah satu roda mengenai batu yang cukup besar. Tubuh Rukia terjatuh ke depan dan menelungkup. Seorang penjual budak yang bertubuh kurus memandang Rukia.

"Hei, apa kau mati, hah ? " ucapnya kasar.

Rukia tidak merespon sedikitpun. Melihat hal itu, si penjual memanggil temannya yang mengendarai gerobak di depan.

" Yammy, berhenti sebentar ! " mendengar namanya di panggil, pria itu pun menengok. "Ada apa ? Szayelporro ? " tanyanya dengan malas.

"Wanita itu sepertinya mati ! " Szayelporro menunjuk Rukia dengan gusar, Yammy langsung turun dari tempat duduknya di belakang kuda dan segera menuju ke kurungan bambu untuk melihat keadaan barang dagangannya. Betul saja, gadis berambut hitam itu sedang terlungkup seperti tak bernyawa.

"bagaimana ini ?" ujar Yammy, bukan karena ia peduli dengan gadis itu, tapi karena ia tidak bisa menjual mayat. Gadis itu akan lebih berharga jika hidup. Kalau mati, dia tidak akan mendapatkan sepeserpun. Padahal gadis muda seperti ini seharusnya bisa laku setidaknya seratus ribu jika di jual pada bangsawan hidung belang. Yammy mengelap dahinya yang berkeringat karena terik matahari. Ia lalu menyuruh Szayelporro untuk mengambil tongkat kayu di depan dan langsung menyambar benda itu ketika Szayelporro membawakannya.

"Apa yang mau kau lakukan ?" kau mau memukulinya lagi ?" tanya Szayelporro.

Yammy tidak menggubris Szayelporro dan mendekati pagar bambu . Melalu celahnya, pria bertubuh gemuk itu menyodok-nyodokkan kayu ke kepala hitam yang sedang terkulai disana. "Kau mau berpura-pura mati, hah ? " suara berat menjijikan Yammy terdengar tanpa simpati. Namun, lagi-lagi tidak ada respon dari gadis itu.

Yammy merasa kesal, ia meletakkan kayu itu begitu saja menggantung disana. 'apa mungkin dia benar-benar mati ? 'pikirnya. Mau tak mau dia harus memeriksanya. Siapa tahu ia beruntung dan gadis itu hanya pingsan. Budak wanita memang sangat lemah, tapi mereka dapat berharga tinggi.

Yammy berjalan ke belakang gerobak, ke arah pintu terali. Ia lalu merogoh kunci yang menggantung di ikat pinggangnya. "aku harus memeriksanya " gumamnya. Szayelporro hanya diam. Cklek! Kunci di lepas. Ia membuka pintu itu dan sedikit menunduk untuk masuk. Di depannya terlihat sosok yang sangat kurus dan lemah, dengan rambut hitam berantakan.

Pria itu sedikit menyesal, mungkin seharusnya dia memberi sedikit makanan untuk gadis itu, mungkin seharusnya ia tidak memukuli gadis itu dengan sepenuh hati. ia hanya marah karena gadis itu sempat menendang tulang keringnya ketika akan ditangkap. Jika pada akhirnya gadis ini mati , dia benar-benar rugi. Yammy berjongkok di depan gadis itu. Tangannya terlujur untuk memeriksa nafas gadis itu.

Braak ! Hyushh… Ckrek!

Semuanya terjadi secepat kilat. Rukia tiba-tiba bangun. Ia lalu mengalungkan kedua tangan kurusnya ke kepala Yammy, dan memutarnya. Selagi Szayelporro masih syok dan mencerna apa yang barusan terjadi di depannya, Rukia mengambil kunci dari pinggang pria yang baru saja ia patahkan lehernya itu dan mulai membuka borgol ditangannya.

Cklek ! CKLEK !yes, kedua borgol pun berhasil dibuka.

Szayelporro yang tampaknya mulai sadar dengan keadaan yang terjadi, segera ia menghunus pedangnya. Namun, Rukia meraih tongkat yang tadi dipakai Yammy untuk menyodok kepalanya, dan menggunakan tongkat itu untuk memukul tangan Szayelporro. Pedang Szayelporro terjatuh . pria berambut pink itu lalu menunduk untuk mengambil senjatanya. Rukia segera mengambil kesempatan tersebut untuk memukul tenguk kepala Szayelporro. Ia berhasil mendaratkan pukulan kencang yang membuat pria kurus itu terjatuh ke tanah. Walaupun tidak sampai membuat penjual budak itu pingsan, tapi setidaknya memberikan waktu bagi Rukia untuk keluar dari penjara bambu yang sedari kemarin mengurungnya, l

alu berlari secepat mungkin menuju hutan.

Sekali lagi, ia bebas !

TO BE CONTINUED


Yosh...! Akhirnya selesai juga chaper satunya.

Rencana sih ga mau bikin panjang-panjang... tapi Author sudah ketik di kompie sampai chapter 4 kok.

Silakan di nikmati ya Minna...

Jangan lupa reviewnya, saran dan kritik sangat ditunggu loh ^^

Btw, sekedar info tidak penting, author udah lama berkecimpung di dunia fanfiction, tapi biasanya cuma jadi silent reader, baru kali ini punya nyali buat publish fic. hehehehe...