Para tokoh milik Masashi Kishimoto

Cerita ini milik Keyikarus

Peringatan:

Cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

Haruno Sakura. Seorang putri kesayangan walikota yang juga seorang konglomerat kelas satu di negara J. Terbiasa selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Sekecil apapun. Selalu mendapatkan pelayanan nomor satu. Dan terbiasa dengan kehidupan yang aman dan nyaman.

Segala yang dimilikinya membuat karakternya seratus persen jelek. Manja, ceroboh, mudah panik, berlebihan, pemarah, tukang perintah dan segala hal ala Putri manja lainnya. Setidaknya dia masih menyisakan hal cantik pada dirinya, wajahnya.

Dan sekarang Putri manja nan imut itu terdampar disebuah pantai asing dengan latar belakang langit merah. Sepertinya malam akan segera datang.

Kelopak mata dengan bulu lentik itu mengerjap beberapa kali melihat suasana asing disekelilingnya. Baru sepuluh menit lalu dia selesai berendam di bak mandi mewahnya. Memakai bathrobe lalu terpeleset. Jatuh. Kepalanya terbentur. Dan... disinilah dia berakhir.

"Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!" Jeritan luar biasa yang keluar dari bibir merah muda itu mampu membuat burung-burung berterbangan. Bahkan hewan-hewan pengerat kecil mencicit karena terkejut. Kepala mereka menyembul dari lubang demi mencari tahu sumber kekacauan.

"Pantai! Apa ini? Hutan?! Dimana aku?!" Sakura menoleh ke sana kemari dengan panik. Gadis itu berlari mendekati laut namun segera berhenti.

"Tidak ada kapal. Bagaimana aku bisa disini?!" Raung Sakura frustasi.

"Apa dia gila?" Sakura menoleh dengan cepat saat mendengar seseorang bicara. Tidak ada siapapun. Wajah gadis itu memucat. Pikirannya tentang pembunuh berdarah dingin disebuah pulau langsung membuatnya gemetar. Meski begitu, dia masih seorang putri kesayangan tuan Haruno. Bagaimana mungkin dia menunjukkan kelemahannya.

"Siapa disana?! Keluar! Kalian tidak tahu siapa aku? Aku Putri kesayangan Haruno Kizashi, pemilik Haruno grup." Ini adalah protokol untuk menakut-nakuti setiap orang yang akan macam-macam dengannya. Biasanya efektif.

"Dia sedang berteriak pada siapa?" Pertanyaan itu membuat Sakura naik darah dalam sekejap.

"Hei jangan bilang dia mengerti apa yang kita ucapkan? Itu mustahil." Dan sahutan itu menambah kejengkelan Sakura.

"Siapapun disana! Memangnya kalian pikir aku alien dari mana sampai tak mengerti bahasa kalian? Cepat keluar!" Raung Sakura. Seberapa banyak pun kepala Sakura berputar, dia masih tak dapat menemukan tanda-tanda keberadaan orang lain. Padahal jika diperkirakan dari suara yang Sakura dengar, seharusnya pemiliknya sangat dekat dengan Sakura. Meski Sakura sendiri ingin mengejek betapa anehnya suara mereka. Kecil, nyaring namun mirip orang mengunyah. Jelek sekali.

"Apanya yang di sana? Bukankah kita di sini?" Suara itu masih mengoceh dengan santai.

"Benar. Lagipula apa maksudnya membawa-bawa nama ayahnya."

"Tapi bukankah itu berarti dia benar-benar mengerti bahasa kita?"

Mendengar percakapan itu, Sakura jelas makin khawatir. Sebenarnya berapa banyak orang berbahaya ditempat asing ini?

"A... aku serius. Jika kalian macam-macam ayahku akan membuat keluarga kalian bangkrut. Bahkan sampai kalian hanya bisa makan sesuap nasi dalam sehari!" Ancam Sakura menekan kepanikannya sendiri.

"Hei nona, bagaimana kau bisa memahami bahasa kami?"

"Apanya yang bagaimana? Aku manusia, tentu saja bisa memahami bahasa manusia." Geram Sakura. Gadis itu merasa sangat dilecehkan.

"Tapi kami bukan manusia." Sahutan kalem itu bagai petir bagi Sakura. Gadis yang baru akan merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas empat bulan lagi itu tergagap.

"A...apa?"

"Di sini. Menunduk sedikit, kami ini semut." Dan tambahan ini membuat Sakura terhuyung. Bahkan jatuh terjungkal ke belakang karna tersandung pasir.

"Hei hei nak, perhatikan langkahmu. Kau bisa menginjak kami." Suara lain lagi. Dan bahkan sekarang Sakura bisa melihat semut seukuran sepertiga kuku ibu jari. Mereka sejenis semut dengan gigitan menyakitkan.

Sakura mematung. Jika kelopak matanya tidak bergerak untuk berkedip beberapa kali mungkin orang akan menyangka jika dia adalah patung porselen cantik yang terdampar di tempat asing yang juga cantik.

"Semut... bicara..." Sakura terbata-bata menatap tak percaya semut yang menggosok-gosok sungutnya dengan santai.

"Ya, kami semut."

"Kalian bicara dengan bahasa manusia..." Sakura masih bicara antara sadar dan tak sadar. Pikiran gadis itu terasa mengambang.

"Ow bagian itu salah. Kami bicara dengan bahasa semut. Kau yang aneh karna mengerti bahasa kami." Ucap semut itu dengan angkuh.

Sakura terengah-engah sementara warna jingga di langit berubah menjadi kelabu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" Sekali lagi Sakura berteriak histeris. Mengejutkan burung-burung dan hewan-hewan kecil yang bersiap tidur ataupun bersiap beraktifitas.

Sakura berlari seperti kesetanan menembus hutan yang gelap di malam hari. Teriakannya bergema mengikuti langkah kakinya. Mungkin jika dia tidak tersandung dan jatuh, dia bisa bersaing dengan pelari tercepat di negara J.

"Ow... aduh... aw...aduduh..." Rintih Sakura saat berguling-guling karna landasan jatuhnya tidak rata.

Kesialan Sakura sepertinya tidak berhenti sampai di situ. Pandangannya menjadi bias. Hanya ada kegelapan buram.

"Yah ah kacamataku!" Jerit Sakura panik. Tangannya meraba-raba sekitar. Pekikan kecil karna geli dan jijik terlontar berkali-kali dari bibir mungilnya saat menyentuh sesuatu yang tak bisa dipastikan bentuknya.

"Butuh bantuan?" Sebuah suara menginterupsi gerakan Sakura. Jantung gadis itu berdetak kencang. Hewan apa lagi kali ini. Suaranya normal. Cenderung seperti suara ibunya.

Sakura menyulitkan mata berusaha melihat makhluk apa yang ada di depannya. Namun dia gagal. Hanya ada bias hitam kemanapun dia memandang. Minus Sakura sudah sampai tahap hanya bisa melihat tulisan normal di jarak lima belas senti tanpa kacamata. Itu parah.

"Kau!" Sakura menunjuk ke depannya dengan nada angkuh. Bahkan dia menaikkan dagunya seolah tak ada yang ditakutinya. "Hewan apapun kau, cepat carikan kacamataku!"

Sementara itu seorang wanita paruh baya berambut keemasan memiringkan kepala dengan linglung. Bukan saja gadis didepannya menunjuk ke arah yang salah, tapi juga menganggapnya seekor hewan.

"...Kau tidak tau kacamata? Itu benda bentuknya dua bulatan ada tangkainya..." Wanita paruh baya yang linglung itu melirik ke bawah, di dekat bokong Sakura ada benda seperti yang dideskripsikan gadis itu.

"...cepat carikan dan aku akan memberikanmu nama. Bukankah hewan tidak punya nama? Itu akan membuat kalian mudah mengenali masing-masing dari kalian..." Sakura masih mengoceh tanpa menyadari jika wanita paruh baya itu sudah meraih kacamatanya. Bahkan dengan baik hati wanita yang sekarang terkekeh itu memakaikan kacamata itu pada Sakura. Secara alami menghentikan cerocosan panjang Sakura.

"Nah nona, sekarang bisakah kau membedakan antara aku dan hewan?" Wanita itu terkekeh geli melihat Sakura yang sekarang menatapnya linglung.

"Manusia?" Tanya Sakura ragu.

"Ya." Wanita itu mengangkat alisnya jenaka. Sepertinya kelakuan Sakura terlihat lucu dimatanya.

"Oh..." Sakura berkedip sekali dan langsung heboh. "Benar. Kau manusia. Katakan, apa ini masih di negara J? Bagaimana caranya pergi ke kota K? Jangan khawatir ayahku akan memberimu banyak hadiah jika kau membantuku pulang." Sakura menatap angkuh wanita didepannya. Kesombongannya benar-benar menyaingi langit.

Saat menunggu jawaban seperti ini membuat Sakura bisa melihat jika selain warna rambutnya yang keemasan, warna mata wanita itu juga keemasan. Berkilau menakjubkan saat memantulkan sinar bulan yang menembus dari sela-sela dedaunan.

"Nona manis, yang kau bilang negara J itu... aku belum pernah mendengarnya. Bahkan kota K pun aku belum pernah mendengarnya. Karna kau lucu, aku akan memberitahumu jika tempat ini disebut Jorna, dan berada di benua Nungsa.

"A... apa? Nama macam apa itu?" Sakura memiringkan wajahnya dengan raut kebingungan. Itu semakin membuatnya imut dan menggemaskan.

Wanita paruh baya itu tertawa kecil mengagumi paras gadis didepannya.

"Kita bisa membahas itu pelan-pelan. Pertama-tama, namaku Tsunade. Siapa namamu?"

.

.

.

.

.

Keyikarus

19 Desember 2017

.

.

.

.

.

Up selanjutnya

22 Desember 2017

23.00 pm