BELIEVE ME

Created by BluePrince14

Declaimer

Super Junior isn't Mine

Main Cast

Cho Kyuhyun | Lee Donghae

Warning!

Alternate Universe | Out of Characters

DON'T LIKE DON'T READ!

—o0o—

Y

.

Sebuah ruangan yang sangat berkelas. Dengan semua barang-barang mahal yang diperlukan oleh seorang direktur yang tertata dengan rapi. Sebuah jendela transparan berukuran besar terbentang menampilkan pemandangan kota seoul dibalik meja kerja sang direktur.

"Aku akan menyewa jasamu," ujar seorang pria paruh baya dengan setelan rapi berusia tiga puluhan kepada pemuda di depannya—seorang pemuda tampan yang berdiri tanpa ekspresi. Pria paruh baya itu menatap pemuda di depannya dengan sebuah pandangan yang sulit untuk diartikan, "Akan kubayar kau sepuluh kali lipat dari tarifmu yang biasa. Bagaimana?" lanjutnya dengan sebuah seringai terpampang di wajahnya.

Pria di depannya menatap tajam—itu menjadi kebiasaannya saat berhadapan dengan seseorang . "Siapa yang harus kubunuh?" tanyanya serius. Ya, pekerjaan pemuda tampan ini memang sebagai pembunuh bayaran. Dan ia tidak pernah gagal dalam setiap tugasnya untuk membunuh orang. Pekerjaannya selalu rapi dan tanpa terlacak. Profesional—meski usianya masih teramat sangat muda.

"HAHAHA." mendengar pertanyaan pemuda didepannya, pria paruh baya itu langsung tertawa keras. Membuat sang pemuda menyerhitkan alisnya, heran.

"Tidak, tidak." ujar pria paruh baya itu sambil mengerakkan tangannya, menatap pemuda itu dengan geli. "Aku menyewamu bukan untuk membunuh orang—" terdengar tawa lagi, "—Tapi untuk menjadi bodyguard anakku."

.

.

Are you kidding me?!

Pemuda ini tak habis pikir. Ini adalah pekerjaan paling bodoh yang —dengan bodohnya juga—ia terima selama empat tahun kariernya menjadi seorang pembunuh. Jika bukan karena bayarannya yang sungguh sangat menggoda—sepuluh kali lipat dari tarifnya biasa, ia pasti takkan pernah sudi menerima pekerjaan bodoh dan merepotkan seperti ini.

"Apa pria itu bodoh?" rutuknya sambil terus berjalan pulang.

Lagian kenapa pula, pengusaha kaya kurang kerjaan ini bukannya mencari seorang bodyguard asli dan malah memperkerjakan seorang pembunuh untuk menjadi bodyguard anaknya? Apa dia tak punya otak? Bisa saja kan bukan melindungi ia malah membunuhnya. Oh ayolah, peluangnya besar sekali untuk melakukan itu.

—Dan yang membuat pemuda ini lebih kesal lagi dari semunya adalah: Dia harus menyamar menjadi anak SMA untuk tugasnya kali ini. Benar-benar…

"Sial," umpatnya untuk yang entah kesekian kalinya.

Dia bahkan telah keluar dari tempat itu hampir empat tahun yang lalu—yang ia sangat syukuri karena bisa terbebas dari neraka berkedok sekolah itu. Dan sekarang dia harus dengan senang hati kembali ke tempat yang paling dia benci itu hanya untuk melindungi anak ingusan dari pengusaha kaya yang sedang menjadi incaran mafia. Dimana logisnya ini?

Hello?

Masih sangat banyak pekerjaan yang lebih penting yang harus dikerjakannya. Bukannya melakukan hal bodoh macam ini.

Dunia pasti sedang menertawakannya sekarang. Haha, lucu sekali.

Mengenakan seragam, pergi ke sekolah, belajar, mengerjakan tugas—sementara umurnya sekarang bahkan telah melewati kepala dua. Harusnya dia menikah! Bukan kembali mengulang pelajarannya di SMA!

Tapi

Kalo dipikir lagi, satu-satunya hal yang harus disalahkan adalah wajahnya yang kelewat baby face sih, sehingga tidak menunjukkan umurnya yang sebenarnya—menipu semua orang dengan penampilannya.

Yah, merutuklah sesukamu, wahai pemuda. Karena kau sendiri yang membuat keputusan, bukan?

.

.

"Annyeonghaseyo. Lee Donghae inmida. Bangapsseumnida," Dia tersenyum kepada semua orang yang berada di sana, meski—sebenarnya dalam hatinya dia sedang mengutuk habis- habisan pria paruh baya yang memberinya tugas bodoh ini.

"Kyaaaa!" Jeritan para wanita membahana di kelas itu—oh, dirinya memang tampan, tak heran. Pemuda itu bisa mendengar beberapa gadis di sana berbisik-bisik menatapnya dan Donghae kembali memberikan senyum manisnya ke arah mereka membuat mereka menjerit kegirangan semakin keras. Meskipun ya, dalam hati dia—kembali—merutuk karena merasa terganggu dengan suara-suara berisik mereka yang sepertinya bisa memberikan efek ketulian hanya dalam dua jam—hah, itu terlalu berlebihan.

Donghae memang tak pernah menyukai kaum berisik ini. Wanita. Dia akui banyak dari mereka yang cantik dan menarik, tapi lebih banyak lagi yang memiliki sifat bawel, cerewet dan semua sifat menyebalkan lainnya. Intinya, Baginya perempuan itu

—merepotkan.

"Baiklah. Donghae, duduklah di sana."

Donghae membungkuk sedikit kepada gurunya seraya berujar, "Gamsahamnida."

Yaks.

Ini bukan dirinya sekali. Seorang Donghae tidak pernah bersikap sopan kepada orang lain kecuali pada Ayah, Ibu, Kakak laki-lakinya dan orang-orang tertentu. Bahkan saat masa SMA-nya dia dikenal sebagai pelanggar aturan dan pembuat onar nomer satu di sekolah—dan ia bangga tentu saja. Aneh sekali ia berakting sebagus ini.

Cih.

Donghae melangkah ke arah yang tadi ditunjukkan oleh gurunya itu. Sebuah bangku kosong yang berada di samping jendela di barisan paling belakang—ha, setidaknya dia bisa tidur saat pelajaran bahasa Korea nanti. Mendudukkan diri di sana, ia mengeluarkan buku kosong. Pelajaran pun dimulai. Dan Donghae harus menahan umpatannya kembali karena ini adalah jam pelajaran fisika.

Astaga. FISIKA?

Fisika adalah pelajaran eksak dan Donghae tak pernah berteman dengan seluruh pelajaran eksak, Demi Tuhan!—meski pada pelajaran lain pun ia tidak pernah berteman sih, tapi baginya pelajaran eksak itu berkali-kali lipat lebih buruk dari pelajaran non-eksak. Setuju.

Daripada mulai mengumpat untuk kesekian kalinya hari ini, Donghae memilih fokus pada tujuan sebenarnya dia berada di sini. Maka dari itu, Ia mulai mencari mangsa—ups, mungkin sekarang harus disebut 'bayi'-nya.

Dan

—itu dia! Di barisan belakang juga. Hanya terhalang satu bangku dari tempatnya sekarang.

.

.

"Namanya Kyuhyun," ujar pria paruh baya itu. "Dia adalah anakku satu-satunya." entah kenapa, namun Donghae seakan merasakan sesuatu dalam suara pengusaha itu saat menceritakan anaknya. "Aku tahu dia selalu membenciku. Karena aku terlalu sibuk bekerja."

Donghae hanya diam—memandang foto Kyuhyun yang kini ada di tangannya. Seorang pemuda tampan dengan rambut ikal coklat dan mata hitam. Dalam hati ia menunggu kelanjutan dari ucapan pria itu.

"Semenjak istriku meninggal, aku memang tak pernah bisa melihat wajahnya. Melihatnya malah semakin mengingatkanku pada istriku. Dan mulai saat itulah, aku mulai gila kerja dan membiarkan anakku. Haha, mungkin aku ini benar-benar ayah yang bodoh."

Donghae mengalihkan pandangannya, ia menatap pria paruh baya itu—bisa dengan jelas melihat mata pria itu tertutupi selaput bening yang mungkin akan berakhir menjadi bulir air mata.

"Bicara apa aku ini—" pria itu tertawa lagi dengan riang seakan tak terjadi apa-apa. Namun tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi serius. Matanya memandang tajam Donghae.

Donghae bergidik melihat betapa cepatnya kepribadian pria paruh baya itu berubah.

"Selama ini memang sudah banyak kejadian seperti ini. Tapi belakangan ini frekuensinya semakin sering dan terang-terangan." Donghae menatap tanpa ekspresi pria di depannya itu sambil meproses informasi yang ia terima dengan otaknya. "Beberapa hari yang lalu, salah satu teman sekolahnya tewas tertembak dan kalau saja Kyuhyun tak bergerak dari tempatnya sedetik sebelumnya maka pasti peluru itu bersarang di tubuh anakku dan menewaskannya." lanjutnya serius.

Sebuah rencana pembunuhan, batin Donghae. Tidak mungkin kebetulan. Pasti ada seorang sniper tak jauh dari sana dan mengincar Kyuhyun. Namun sayang Kyuhyun bergerak saat peluru itu ditembakkan membuat peluru itu meleset dan mengenai temannya. How a lucky guy!

"Orang-orangku sedang menyelidikinya. Tapi aku tetap butuh bantuanmu." ujar pria paruh baya itu.

Donghae mengangguk kecil, merasa tak ada yang harus dibicarakan lagi Donghae berbalik setelah membungkuk dan hendak pergi dari ruangan itu.

Sampai sebuah suara menghentikannya, "Dan satu lagi, Donghae," ujar pria itu. "Tolong rahasiakan semua ini dari Kyuhyun. Jaga dia secara sembunyi-sembunyi. Jangan biarkan ia sampai tahu."

Donghae berbalik dan ia dapat melihat mata penuh pengharapan dari pria paruh baya itu, "Tentu saja— Tuan Park Jung Soo."

.

.

"Kyuhyun…" Donghae bergumam tanpa sadar dengan suara yang cukup keras. Membuat Kyuhyun yang duduk tak jauh dari situ mendengarnya dan menengok karena merasa dipanggil. Ia menatap Donghae dengan lekat, heran.

Donghae yang sadar dengan kebodohannya itu mencoba untuk bersikap biasa—melemparkan sebuah senyum manis seakan tak terjadi apa-apa. Dan sepertinya itu berhasil,

Karena

Kyuhyun berbalik lagi dan mengangkat bahunya tak perduli, kembali memainkan PSP-nya meski ini saat pelajaran berlangsung. Bersamaan dengan itu, senyuman Donghae pun hilang. Digantikan ekspresi serius yang sulit diartikan.

.

Kau akan menjadi bayi yang aku jaga mulai saat ini, Kyuhyun. Maka bekerjasamalah dan jangan buat semua ini menjadi semakin sulit.

.

"Lee Donghae, bisakah kau maju ke depan dan menyelesaikan soal ini?" suara Pak Guru dari depan kelas terdengar bagai suara petir di telinga Donghae sekarang—langsung membuyarkan semua hal yang sedang dilamukannya.

Dengan perasaan was- was Donghae bangkit dari kursinya dan maju ke depan. Entah bagaimana nasibnya nanti.

Sial, batinnya.

To be Continued~

LANJUT? DELETE?

REVIEW DONGS? :D