Warning: ghalaoooooo muhahahahahahahahahahahahaaha=_=

Maap nih author masih newbie, butuh bimbingan para sensei sensei disini (_ _)


It gets under my skin

To see you with him

And that's not me that you're with

(The Script – Long Gone and Moved On)

Mary adalah perempuan yang kusukai sejak pertama kali aku bertemu dengannya, hari itu ia datang ke toko Saibara, tempatku bekerja, saat itu aku sedang tidak fokus dan ceroboh, tanganku terkena mesin pemotong besi Saibara, dan darah segar menetes dari tanganku, Mary terkejut dan langsung mengobatiku dan memberitahuku agar hati-hati, dan saat itulah aku mulai jatuh padanya

Mary, Mary, Mary

Di otakku, ialah yang aku pikirkan setiap hari

Aku sering melihatnya berjalan bersama keluarganya ke gunung, aku tahu ayahnya adalah pendaki gunung yang cinta alam, Ibunya adalah perempuan yang sepertinya galak—dan mengerikan, dan Mary sendiri punya perpustakaan, ia suka membaca, menulis novel, sendirian menjaga perpustakaan dua lantainya yang berisi ilmu-ilmu berguna, Mary mungkin saja bisa dibilang nerd, tapi jika kau melihat lebih baik ke sisinya yang lain, yang kau temukan adalah Mary yang manis, Mary yang suka ceroboh saat meletakkan buku-buku ke tempatnya, Mary yang suka tertawa ketika aku melontarkan hal-hal lucu – yang menurutku garing – kepadanya, Mary yang sangat tenang dan berwibawa saat mengarang novelnya

Dan aku jatuh cinta padanya karena hal-hal kecil itu.

Stock blue feather masih ada selusin di supermarket, aku sudah mengumpulkan uang untuk membeli blue feather, blue feather adalah suatu tradisi di kota kami, siapa yang ingin melamar seseorang yang sangat ia cintai harus memberi blue feather kepada orang itu, dan aku sangat ingin memberikannya kepada Mary.

Aku dan Mary bertemu di perpustakaan seperti biasa, saat aku membuka pintu perpustakaan, Mary hanya melirikku sambil tersenyum, kemudian ia berkata "kau tahu? Ada pendatang baru di sekitar sini!"

"Ooh... peternak itu?" aku mengingat-ingat gosip yang dibicarakan Saibara saat aku sedang bekerja di tempatnya hari ini, ia bilang peternakan itu ada yang mengurusnya lagi setelah peternak tua yang tinggal disana meninggal beberapa tahun yang lalu dan karena itulah peternakan tersebut menjadi kacau dan tidak terawat, namun sekarang cucunya menggantikan peternak tua itu dan ia baru saja datang tadi pagi.

"iya! aku penasaran seperti apa dia..." kata Mary sambi menatap langit-langit "kau tahu? Hidup disini seperti sebuah lingkaran, misalnya aku, tiap hari hanya menjaga perpustakaan, kemudian pulang dan tidur, terus seperti itu, seperti sebuah lingkaran, kan? Tidak ada hal baru, tidak ada hal menarik, tidak ada, sama sekali"

"Kita bisa melakukan banyak hal di kota ini" kataku sambil menunjuk diriku sendiri, Mary menatapku dengan tatapan aneh, kemudian tertawa"kau memang teman yang sangat baik, Gray" katanya sambil mengibas rambut panjang hitamnya "aku senang dapat berteman denganmu"

"aku juga..." kataku sambil meraba kantongku dan merasakan bulu biru yang halus itu masih ada di sana, haruskah kuberikan ini padanya? Bagaimana jika ia menolakku dan kita tidak bisa seperti ini lagi?

"Gray... Perpustakaanku sudah tutup" kata Mary mengingatkan, aku segera bangkit dari kursidan menaruh buku yang kubaca di raknya kembali "maaf... terimakasih, ya" kataku sambil membetulkan posisi topiku "aku pulang duluan"

"hati-hati" katanya sambil melambaikan tangan dan mengunci pintu perpustakaannya

Malam itu aku duduk di kursi, memikirkan keputusanku – memberikan bulu itu padanya? Atau tidak? Aku melihat teman sekamarku di The Inn, penginapan kecil yang hanya mempunyai dua kamar, satu kamar untuk perempuan, satu kamar untuk laki-laki, masing-masing kamar hanya dapat diisi oleh dua orang, teman sekamarku itu bernama Cliff, ia juga pendatang baru, ia tidak punya pekerjaan dan selalu terlihat murung, ia datang ke gereja tiap hari dan sekarang ia sedang menggulung dirinya di dalam selimut miliknya

"kau keberatan jika aku tidak mematikan lampu?" tanyaku padanya, ia menggeleng.

"bagus... maaf ya, aku sedang memikirkan sesuatu dan butuh konsentrasi" kataku sambil tersenyum, ia menyembulkan kepala dari selimutnya "oke... tak apa"

"kau juga harus semangat menjalani hidup" kataku pelan "jangan menyerah, kau hanya belum mendapat pekerjaan, bukan berarti kau tidak punya masa depan"

Cliff tersenyum kecil dan mengangguk, ia kembali tidur di dalam selimutnya yang hangat.

Aku bersandar pada kursi kecil di kamarku, aku berusaha untuk memikirkan gagasan yang lebih tepat.

Haruskah ia tahu? Apakah sikapnya padaku akan berubah saat ia tahu? Apakah hal itu membuatnya menjauh dariku?

Aku menatap bulu di tanganku dan mengelus-elusnya lembut.

Kurasa aku harus mencari tahu sendiri.


Aku datang ke perpustakaan Mary beberapa menit setelah toko itu dibuka, Mary duduk di counter seperti biasa, menulis novel dengan serius, aku hanya menyapanya, tidak berani mengganggunya, aku menarik sebuah buku tentang memancing di salah satu rak buku dan membacanya dengan tidak serius, pikiran-pikiran semalam terus datang menghantuiku.

"selamat siang" seseorang membuka pintu perpustakaan dengan pelan, aku menatapnya heran, aku tidak pernah melihatnya di kota ini, rambutnya berwarna coklat, ia memakai topi biru yang dipasang terbalik dan ransel besar berwarna kuning, ia memakai baju terusan berwarna biru yang senada dengan topinya "s-selamat datang" kata Mary gugup, ia langsung menutup novelnya dan menyambut pria itu dengan canggung "maaf... anda pemilik peternakan itu, ya?"

"iya benar" katanya sambil tersenyum "namaku Jack, salam kenal"

"namaku Mary..." kata Mary sambil menatapnya canggung "mau mencari apa?"

"aku ingin mencari buku tentang kota ini, karena aku tidak begitu tahu tentang kota ini" kata Jack sambil tersenyum "tolong, ya?"

"baik... ikut aku ke atas" kata Mary sambil berjalan di depan pria tersebut sambil menatapku, kemudian ia menghilang ke lantai atas perpustakaan

Sudah satu jam setelah mereka mencari buku.

Terlalu lama, ya, terlalu lama untuk mengambil sebuah buku, aku langsung berlari ke atas, menemukan Mary dan Jack sedang bercakap-cakap dengan tumpukan buku di depan mereka dan sebuah peta terbuka lebar di depan Jack, aku pura-pura mencari buku dan melewati mereka, Mary sedang menjelaskan peta Mineral Town kepada Jack ketika aku lewat, dan kemudian Mary buru-buru mengenalkanku "oh ya! ini Gray, ia bekerja di toko Saibara, toko penambang yang menyediakan alat-alat seperti palu, pemotong rumput, pemerah susu sapi, dan lainnya – kau juga bisa membeli perhiasan untuk gadis-gadis" kata Mary sambil menunjuk toko Saibara di peta, Jack mengangguk "oh ya? aku ingin memberikannya pada Mary, boleh kan, Gray?" Jack tertawa sambil menatapku sementara semburat merah muncul dari pipi Mary, aku hanya ikut tertawa, tidak, tentu saja tidak boleh, semua perhiasan itu buatanku dan kakekku, tidak ada yang boleh memberikan perhiasan itu kepada Mary, tidak ada.

Aku pulang berbarengan dengan Jack, ia menceritakan bagaimana Mary mengajarkannya tentang Mineral Town, bagaimana kau harus bersikap kepada orang-orang di sini, bagaimana kau mengambil tanaman-tanaman obat di gunung, betapa indahnya bunga-bunga di gunung, Mary menjelaskan semuanya dengan rinci, aku hanya mengangguk saat ia menyelesaikan ceritanya "hebat, bukan? Mary memang seperti itu, ia kan penulis"

"ya, aku sudah membaca salah satu karyanya... hebat sekali, ia memang pantas jadi penulis" katanya sambil mengacungkan jempol "memang, begitulah Mary" kataku sambil sedikit tersenyum, kami berpisah di pertigaan, dan aku pulang ke rumahku – The Inn


Mary tidak ada di perpustakaan, ini bukan hari senin dan ia tidak sedang bersama kedua orang tuanya untuk pergi ke gunung, aku segera mengingat sesuatu, tidak, tidak, Mary tidak bersama laki-laki itu, kan? Tidak.

Aku berlari ke Akazawa Farm, dan aku hanya menemukan kurcaci-kurcaci kecil yang sedang menyiram tanaman di kebunnya, aku bertanya pada seorang kurcaci kecil bertopi dan berbaju biru di dekatku "hey, dimana Jack?"

"Jack, budum?" tanyanya sambil menatapku "ia bersama seorang teman barunya, perempuan yang memakai kacamata dan berambut hitam, budum"

"kemana?" tanyaku cepat, terkesan seperti memaksa dan terburu-buru

"ke gunung, budum.. sepertinya mereka akan memetik bunga, begitu yang kudengar, budum" imbuhnya, aku segera berjalan ke gunung, gunung di Mineral Town sangat sejuk dengan bunga-bunga liar yang tumbuh di sepanjang jalan menuju puncaknya, ada juga air terjun dan pemandian air panas yang – mitosnya – ada dewi cantik penunggu air terjun tersebut.

Aku menemukan Jack dan Mary yang sedang memetik bunga, aku bersembunyi di salah satu semak-semak, Jack memasangkan bunga putih yang sudah dirangkai ke kepala Mary, muka Mary memerah malu, ia membetulkan posisi bunga-bunga tersebut di kepalanya "terimakasih, Jack"

"sama-sama Mary" katanya sambil menggenggam erat tangan Mary "kau tahu? Pemandangan disini sangat indah, danaunya, air terjun, pemandian, bunga-bunga ini, kapan-kapan kita akan datang kesini lagi, kan?" tanya Jack pelan

"pasti" kata Mary sambil tersenyum canggung.

"kita akan melakukan banyak hal di kota ini... bersama" kata Jack sambil menatap mata Mary, Mary terdiam - aku menjerit dalam hati, itu semua kata-kataku! itu kata-kataku

"ya! kita bisa melakukan apa saja di kota ini bersama!" kata Mary.

Mereka turun dari gunung bergandengan tangan, mereka tidak sadar akan kehadiranku, setelah mereka pergi cukup jauh, yang aku temukan dalam diriku hanya hampa, kosong.


Mary sudah mempunyai pilihan hatinya yang datang 3 hari yang lalu daripada aku yang sudah berteman dengannya sejak 3 tahun yang lalu, samar-samar aku merasakan rasa sakit di dalam tubuhku, terutama di dadaku, rasa sakit yang amat dalam, seperti dadamu ditusuk oleh pisau dari belakang bertubi-tubi

Dan tidak ada seorangpun yang datang menolongmu.

Aku berjalan ke The Inn dengan tampang lesu, Ann menyambutku di lantai satu, ia selalu terlihat sangat bersemangat dan energik, ia membawakanku makan malam yang sama sekali tak kusentuh, Cliff belum pulang, kudengar Cliff dapat pekerjaan di Aja Winery, toko anggur yang menjual anggur ternikmat di Mineral Town. Aku senang mendengarnya, namun mendengar hal itu saja tidak bisa membuat perasaanku kembali normal, aku menggulung diriku di dalam selimut, dan kemudian terlarut dalam mimpi.

Dalam mimpi itu aku melihat Mary yang sangat cantik, memakai gaun putih pernikahannya didampingi oleh Jack, pendeta kami, Carter, sedang berhalangan hadir sehingga acara pernikahan tersebut batal. Dan aku tertawa puas di depan pintu gereja. Aku berpikir betapa jahatnya diriku, tidak membiarkan Mary memilih siapa pujaan hatinya.

Aku terbangun dan bersiap-siap bekerja. Aku menutupi wajahku dengan topi Puma yang kupakai tiap hari dan berjalan lesu ke toko Saibara.


Selama sebulan terakhir, aku mengubur perasaanku yang hancur dengan pekerjaan dan itu sama sekali bukan pilihan yang bagus, tanganku terkena besi pemotong tiga kali sehari, semua perhiasan dan peralatan berkebun yang kubuat hancur, tidak berbentuk, malah ada yang patah, membuat perhiasan mengingatkanku pada Mary, dan membuat peralatan berternak membuatku teringat dengan Jack.

Saibara menatapku "kau ini kenapa, Gray?" tanyanya heran "kau kacau sebulan terakhir ini..."

"ah... bukan apa-apa" kataku "maaf, nanti aku bersihkan"

"sudah, kupikir kau harus istirahat, kau sakit" kata Saibara sambil mendorongku ke pintu "biar aku yang bersihkan semua ini"

"tidak usah!" seruku pada Saibara, tapi Saibara keburu mendorongku ke depan pintu dan mengunci pintu tokonya dengan kasar, aku menghela nafas "baiklah..."

Aku berjalan ke klinik untuk membeli perban, aku menatap luka di tanganku, luka di hatiku terasa jauh lebih sakit dibanding luka-luka di tanganku, luka di tanganku mengingatkanku saat pertama kali bertemu dengan Mary di toko Saibara, aku berjalan ke klinik lewat jalan lain, sengaja menghindari perpustakaan Mary.

Elli, suster di klinik, segera memberiku beberapa cairan antiseptik dan perban ke tanganku, ia mengomeliku agar hati-hati karena sering sekali jariku terkena besi pemotong dan lelehan besi yang panasnya minta ampun itu, aku berterimakasih padanya dan segera pulang.

Kejutan. Aku melihat gadis itu sedang berdiri di depan kamarku di The Inn, wajahnya terlihat bingung, namun saat melihatku, ia berbinar dan tersenyum lebar "hai, Gray, kau menghilang"

"siapa yang hilang? Aku disini" kataku pada Mary pelan, pembicaraan ini terdengar sangat aneh dan asing, setelah sebulan kita tak saling berjumpa dan menyapa, Mary datang lagi kepadaku... Kejutan? Aku rasa aku sangat terkejut

"kau jahat" kata Mary cepat "kupikir kaulah temanku"

"maafkan aku..." kataku pada Mary, aku hendak membuka mulut dan menjelaskan, namun Mary keburu melemparkan sesuatu ke tanganku dan berlari melewatiku.

Aku membuka gulungan kertas kecil yang dihias pita berwarna biru itu, aku membaca isi gulungan kertas tersebut hati-hati

To: Gray (my beloved best friend)

You're invited to Jack Quelienne and Mary Rossa's wedding

At Church

10 AM

6 July 2012

we hope you can come


TBC! =v=d

Maaf nih gajelas... masih newbie kaka saya butuh bimbingan QAQ