Ini fanfic pertamaku di Anime/Manga. Aku langsung jatuh cinta ke Usui Takumi begitu nonton animenya. Thanks to my friend who introduce him to me. XD Please, yang sudah membaca, berikan review Anda tentang fanfic ini.

Selamat membaca.

I don't own KWMS ):

Edisi Hari: Sore

Misaki Ayuzawa mengepalkan kedua tangannya, berjalan menuju Ruang Dewan Sekolah Seika. Siswi yang terkenal sebagai Demon of President Seika itu tampak berusaha menahan diri untuk tidak berteriak di sepanjang koridor yang sepi.

Sudah lebih dari cukup ia memikirkan tugas-tugas sekolah dan organisasi yang dipimpinnya tanpa perlu ditambah dengan ketidakhadiran si Alien Mesum dari Planet Pheromon selama dua minggu terakhir! Alhasil, sebagai pelampiasan kemarahan—dan sedikit kekhawatirannya—ia memarahi seluruh anggota Dewan, termasuk Yukimura yang hampir menangis karenanya. Ia tahu, ia salah. Ia juga sedikit menyesali tindakannya tanpa pemikiran dengan kepala dingin.

Misaki memasuki Ruang Dewan Sekolah Seika yang kosong. Ia melirik jam dinding di dekat pintu yang menunjukan pukul 3.30 sore. Ia menghela napas panjang sambil berjalan menuju kursinya. Setelah memposisikan diri dengan nyaman, Misaki berusaha berkonsentrasi pada pekerjaannya sebagai Ketua Dewan Sekolah Seika. Masih banyak dokumen festival olahraga mendatang yang harus ia cek dan stempel.

"Si Bodoh itu!" Ia menggeram. Tangannya menggenggam pena dengan kuat. "Aku akan menghajar dan mengirimnya kembali ke planet asal!" Dan, aura hitam mengerikan langsung muncul menyelimuti tubuhnya ketika ia mulai membaca dokumen.

Setengah jam berlalu dengan keheningan yang mencekam, Misaki meletakan penanya di atas meja lalu menguap lebar. "Hari yang buruk," ia menggumam pada dirinya sendiri. Misaki mengambil ponsel dari saku blazer hijau yang ia pakai, berharap ada e-mail dari laki-laki itu. Namun, ia harus menelan kekecewaan.

Misaki menoleh ke luar jendela. Langit mulai berubah jingga saat ia berpikir, apakah ia harus pergi ke apartemen si Bodoh atau tidak. Beberapa detik kemudian, ia menggeleng keras. Tidak. Tidak. Jangan sampai ia pergi ke apartemen itu lagi. Ia tak ingin si Bodoh itu tahu kalau ia mengkhawatirkannya. Bisa-bisa satu bulan penuh ia akan mendengar godaan dari laki-laki itu.

Tapi... tapi bagaimana jika terjadi sesuatu pada si Bodoh itu? Bagaimana jika saat ini si Bodoh sedang terluka dan kesakitan di apartemen mewahnya? Bagaimana...

"AAARGH! USUI BODOH! Bagaimana bisa dia membiarkanku dalam kebingungan seperti ini? Bodoh..." Suaranya melemah.

"Waw. Ketua mengkhawatirkanku," sebuah suara berat yang sangat Misaki kenal tiba-tiba terdengar sangat dekat.

Misaki mengangkat kepalanya lalu menghadap ke arah pintu, di mana seorang laki-laki berambut pirang berdiri dengan seringaian di bibirnya. Selama beberapa detik, Misaki hanya terdiam. Ia merasakan hatinya ringan ketika melihat laki-laki pemilik mata hijau cerah itu. Namun kelegaan yang dirasakannya langsung berubah menjadi kemarahan ketika mengetahui fakta bahwa laki-laki itu baik-baik saja namun tidak menghubunginya.

Dengan langkah tergesa-gesa, Misaki berjalan menuju laki-laki itu. Tanpa mengatakan sepotong kalimat, ia langsung menendang kaki orang di depannya.

"Kejam sekali, Misa-chan," ucap Takumi Usui, tanpa menunjukan rasa sakit di kakinya. "Tapi aku senang sekali, melihatmu sedang mengkhawatirkanku."

Misaki mengepalkan tangannya lalu memukulkannya pelan ke dada Usui. Ia menundukan kepalanya, lalu berkata dengan suara bergetar, "Usui Bodoh. Ke mana saja kau selama ini? Menghilang tanpa kabar. Kau bahkan tidak mengirimiku e-mail atau meneleponku. Kau juga tak muncul di Maid-cafe. Kupikir, kau terluka." Ia berhenti memukul Takumi alih-alih mencengkeram erat kemeja putih yang Takumi pakai. "Bodoh."

"Hah... Aku tak tahan lagi, Ayuzawa," ucapnya lembut sambil tersenyum. Ia membawa Misaki kedalam pelukannya dan merasakan tubuh gadis itu bergetar.

"Bodoh. Aku tak akan memaafkanmu kalau kau seperti ini lagi, Usui Bodoh," ucap Misaki di sela isakannya.

"Baik, baik. Mulai sekarang, aku akan terus menempel seperti permen karet, aku akan mengikuti ke manapun kau pergi. Sekolah, Maid-cafe, rumah, bahkan saat di kamar man-"

"Hentikan, Alien Mesum!" potongnya cepat sambil menjauhkan diri dari Takumi. Ia mengangkat wajah basahnya untuk menatap Takumi yang sedang menyeringai ke arahnya. Ia terdiam tak melawan ketika Takumi menangkup wajahnya menggunakan kedua tangan dan menghapus air matanya. "Ceritakan padaku. Apa yang kau lakukan selama menghilang."

Takumi menghapus jarak antara wajahnya dengan wajah Misaki hingga terpisah sejauh beberapa senti saja. "Aku akan bercerita dengan senang hati kalau kau menciumku."

Tangan kanan Misaki langsung memukul lengan Takumi dengan keras, lalu melepaskan diri dari Takumi. Ia segera memutar badan memunggungi Takumi untuk menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.

"Wah Misa-chan. Kau tak boleh menyembunyikan wajah cute-mu," goda Takumi sambil berjalan melewati Misaki lalu berdiri di hadapan gadis itu. Takumi mengangkat wajah Misaki. "Aku mengunjungi Planet Pheromon dan aku tak bisa menghubungimu dari sana karena ponsel tidak berfungsi di tempat itu."

Sekali lagi Misaki memukul lengan Takumi.

Takumi tertawa kecil melihat respon Misaki terhadap candaannya. Lantas ia melingkarkan tangannya di tubuh Misaki dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Aku pergi ke Inggris, kalau kau benar-benar ingin tahu. Aku dipaksa pergi ke sana oleh si Pria Tua dan aku tak bisa berbuat apapun."

"Lalu?" Misaki membalas pelukan Takumi, menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki yang ia rindukan.

Tak ada jawaban untuk beberapa saat, hingga Takumi berkata lirih, "Aku akan pindah ke Miyabigaoka."

Keheningan menyelimuti tempat itu. Kedua tangan Misaki terkulai di samping tubuhnya. Takumi tahu dengan pasti, meskipun Misaki tak mengatakannya, gadis itu pasti terkejut dengan kalimatnya.

Beberapa saat kemudian, Misaki menarik diri lantas mempertemukan mata cokelat emasnya dengan mata hijau cerah Takumi. Ia berusaha mengulas senyuman. "Pergilah. Aku tak bisa mencegahmu pergi." Walaupun aku ingin. "Itu keputusan dari Kakekmu."

"Maafkan aku."

"Kau tak perlu meminta maaf, Usui Bodoh."

Takumi tersenyum lembut. "Kau tak perlu khawatir, Misa-chan. Aku akan tetap menemuimu setiap hari meskipun aku sudah pindah."

"Aku tak memintamu untuk menemuiku," sanggah Misaki sambil menundukan kepala.

"Tapi matamu mengatakan iya, Misa-chan."

"Bodoh," ucap Misaki pelan. Ia baru saja akan kembali ke kursinya ketika kedua matanya melihat ke arah jam dinding. Ia membelalakan mata lalu berteriak, "YA USUI! KAU MEMBUATKU MENUNDA PEKERJAAANKU!"

Terdengar tawa kecil yang terlepas dari bibir Takumi. "Baik, baik. Aku akan membantumu menyelesaikan tugasmu, Ayuzawa," tukasnya sambil menepuk rambut hitam Misaki.

Tamat untuk Edisi Hari: Sore