DARI SUDUT PANDANG SASUKE.

FFN eror jadi karakternya juga eror =A= makaci


I can't stop my self from writing. -,-"

Hanya fiksi sederhana yang dibuat dalam 10 menit. Okay, poetry, anyone?

.

Disclaimer: Naruto is Masashi Kishimoto's

Warning: Alternate Time, time skipping.

.


Seringkali

Oleh LuthRhythm


.

.

Seringkali aku terdiam karena tak tahu apa yang harus aku lakukan.

Seringkali aku termenung karena tak tahu apa yang harus aku khayalkan.

Seringkali bibirku terkatup, mataku terkunci, khayalku terpatri menatapmu, gadis yang selalu tahu apa inginmu, apa mimpimu, bahkan begitu rinci.

Seperti saat kau katakan kau ingin menikah denganku di bentangan luas padang bunga, dengan langit biru cerah yang menyapa. Bahkan tak lupa kau katakan kau akan berdoa pada Tuhan agar salah satu awan di langit nanti akan membentuk sebuah hati.

Hal yang mustahil, tapi itulah mimpimu.

.

Seringkali aku merasa sesak tanpa tahu apa yang harus aku tangisi.

Seringkali aku merasa hancur tanpa tahu apa yang harus aku ratapi.

Seringkali bibirku terkatup, mataku terkunci, khayalku terpatri menatapmu, gadis yang selalu tahu apa yang harus kau tangisi, apa yang harus kau ratapi, bahkan begitu rinci.

Seperti saat kau memohon padaku untuk tidak pergi, untuk terus berada di sini. Seperti saat kau memekik tentang cinta yang sesungguhnya tak perlu kau ucapkan dengan lisan. Karena air matamu telah menyiratkan, senyummu telah meneriakkan, sentuhmu telah menegaskan. Namun tetap kembali kau teriakkan dengan begitu lantang, membuatnya sebagai sebuah penghadang.

Hal yang mustahil, terbukti dengan tetap menjauhnya aku dari isakmu.

.

Berulangkali aku ingat senyummu untukku, ingat tangismu karenaku, ingat uluran tanganmu padaku.

Berulangkali aku terngiang kata cintamu yang kau sampaikan dalam senyuman, dalam tangisan, dalam sentuhan, dan hal itu membuatku heran dengan apa yang terjadi di hadapan.

Kau mengenakan gaun putih semata kaki, berdiri menapak di padang bunga matahari, menggandeng sang pangeran yang tersenyum sedari tadi.

Bukan. Tentu saja pangeran itu bukan aku, karena aku tidak berdiri di atas padang bunga seperti dirimu, sebaliknya, aku bersembunyi di balik rimbun dedaunan, menatapmu yang tersenyum dengan cemerlang.

Aku tahu aku tak berhak datang, karena aku memang tak pernah pulang.

Karena itu aku bersembunyi di balik dedaunan, untuk pertama kali mengetahui apa yang harus aku lakukan, apa yang selama ini aku khayalkan di hatiku yang terdalam. Namun bukankah kini sudah tiada arti? Karena kini aku bukan lagi sang tambatan hati.

Untuk pertama kali aku tahu apa yang harus aku tangisi, untuk pertama kali aku tahu apa yang harus aku ratapi. Walau pada akhirnya aku hanya diam menatapmu dari tepi.

.

Aku sempatkan diri mendongak sembari menguatkan diri, lalu kusadari, tak kutemukan awan berbentuk hati.

.

Seringkali aku tak mengerti,

Namun kini, walau terlambat telah aku sadari.

.

.

FIN

Apa ini hahahaha

Maap ya kalo gabagus, yak, hanya izeng. Semoga suka.

Review?