NiYo Chan

Proudly Present

G.A.Y

Naruto © Masashi Kishimoto

Warn(s):

BOY'S LOVE

OOC

TYPO(s)

PWP (Maybe)

NOT EYD

Bold and Italic are Flashback

Pairing : SasuNaru, ItaKyuu, etc

No Flame, DLDR, RnR

Rate T-M

Chap: 1

=Naruto pov=

"Aku tidak menyukaimu, ok…" kata Kyuu meremehkan Deidara-Senpai, musuh bebuyutannya, mungkin?

Kyuubi, dia kakak laki-lakiku. Berambut panjang orange-kemerahan, matanya juga merah, seram seperti rubah. Dia manusia berotak pemberontak, sepertinya diturunkan oleh ibuku. Tingginya seratus delapan puluh tiga sentimeter, sepertinya diturunkan oleh ayahku. Dan dia, manusia paling sadis di rumah, atau mungkin di dunia.

"Oh, begitu, kah?" balas Deidara-Senpai santai sambil menyeringai kecil.

Sungguh, jika ada yang baru bertemu dengannya pasti ia akan disangka seorang gadis. Ya, Kyuubi juga sih.

Sama seperti Kyuubi, Deidara juga memiliki rambut yang panjang. Namun, warna rambutnya sewarna dengan rambutku, kuning durian, itulah kata Kyuubi. Warna matanya juga hampir sama dengan warna mataku, safir. Hah, sepertinya dia lebih cocok menjadi kakakku. Tingginya tak lebih tinggi dari Kyuubi, er, mungkin seratus tujuh puluh tujuh sentimeter.

Aku tak tahu apa masalah mereka berdua. Setiap kali bertemu, selalu saja ada petir yang menyambar.

"Apa kalian selalu seperti ini setiap kali bertemu?"

Hah, suara itu, suara yang akan membuat Kyuubi menjadi semakin sadis. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Itachi, kakak si pantat ayam yang selalu bersama Kyuubi, Sasuke.

"Apakah aku harus memasukkan kalian ke ruangan itu lagi, hn?" tanya Itachi-Sensei dengan nada merayu.

Hah, merayu?

Sepertinya sebentar lagi Kyuubi akan meradang.

"Ayo, pergi." Ajak Kyuubi kemudian.

Tentu, aku akan dengan secepat kilat mengikutinya. Siapa yang mau berurusan dengan dosen mesum yang satu ini, iyuh.

Aku pernah mendengar jika Itachi-Sensei seorang biseksual. Hn, sedikit mengerikan.

"Kau tak ikut, Sasuke?" tanyaku saat melihat Sasuke sama sekali tak bergendik dari tempat ia berdiri.

"Hn."

Sial, aku benci dia.

"Larilah selagi masih bisa, honey." Kata Itachi pelan kepada Kyuubi, namun aku yakin Kyuubi bisa mendengarkannya terlihat dari tangannya yang terkepal erat.

Dan beginilah jadinya jika Itachi-Sensei muncul, peperangan, mungkin, antara Kyuu vs Dei pasti akan terhenti secara tak jelas. Yah, sekali-sekali aku ingin melihat mereka saling jambak, er, maksudku saling tonjok.

Karena perasaannya tak juga membaik, Kyuu memutuskan untuk membolos mata kuliah pertamanya. Aku? Hn, hari ini aku hanya mempunyai satu mata kuliah dan itupun sore. Aku datang lebih awal karena orangtuaku sedang berada diluar negeri untuk melakukan meeting. Sasuke? Hah, tentu saja dia ikut juga. Entah bagaimana, Kyuu dan Sasuke sangat lekat bagai super glue. Maksudku, sungguh, siapa yang mau berteman dengan manusia es seperti Sasuke. Kata-kata yang dia keluarkan hanya "Hn", "Hn", dan "Hn". Aku bisa gila.

Oh, Kyuu dan Sasuke seumuran, dua puluh tahun. Mereka juga satu kelas.

Sasuke…

Hah, entah kenapa sejak masuk keperguruan tinggi, hidupku selalu dipenuhi oleh tampang datarnya. Sial. Iya, aku akui itu. Sial.

Dia memiliki rambut hitam sedikit kebiruan, maklum anak muda, dan rambutnya, er, bermodel pantat ayam, itu kata Kyuubi. Dan matanya, tajam bagai elang, warnanya juga sama hitam. Tingginya seratus delapan puluh sentimeter. Kulitnya putih, itulah satu-satunya hal lucu yang bisa aku lihat dari dirinya, untuk saat ini. kalau aku, tentu saja warna kulitku seperti kebanyakan laki-laki lain, tan. Tapi sayangnya tinggiku…hah, tinggiku hanya seratus tujuh puluh sentimeter.

"Kenapa manusia keriput itu selalu mengganggu kesenanganku?" keluh Kyuubi sambil membaringkan dirinya disalah satu kursi panjang yang ada dikantin.

Hey, dengar, dia selalu memberikan julukan yang aneh-aneh kepada semua orang. Ingatkan aku jika ia memanggilku "kepala durian", "anak ayam", "pangeran es" untuk Sasuke, "gadis nakal" untuk Deidara, dan "Manusia keriput" untuk Itachi, oh dan "Keriput mesum" juga.

"Lain kali aku akan membunuh kakakmu, Pangeran Es." Tambah Kyuu sambil memandang tajam kearah Sasuke.

"Bukan urusanku." Balas Sasuke santai sambil meminum jus tomat yang ia pesan tadi.

"Kyuu…" panggilku sedikit takut.

"Apa?" jawab sekaligus tanyanya ketus.

Sedikit memanyunkan bibir, aku rasa aku terkena dampak badmoodnya.

"Hn, apa masalahmu dengan Dei-Senpai?" tanyaku pelan tak ingin membuat kyuu meledak.

"Bukan urusanmu." Jawab Kyuubi yang lagi-lagi ketus.

Oke, selalu saja begini. Sepertinya dia tak pernah mengerti aku. Bodo.

"Baiklah. Aku pergi." Kataku kemudian. Tentu saja aku tak tahan jika harus bersama dua manusia yang selalu diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Tak ingin memandang keduanya, langsung saja aku berjalan cepat dengan menghentakkan kaki meninggalkan kantin yang sedikit sepi itu, aku kesal.

"Aku benci Kyuu. Aku benci Sasuke. Aku benci Kyuu. Aku benci Sasuke." Itulah kata-kata yang selalu aku rapalkan sepanjang perjalananku ke taman belakang kampus.

=Normal pov=

"Aku benci Kyuu. Aku benci Sasuke. Aku benci Kyu….yu.. hn?" tiba-tiba saja mantra Naruto terhenti saat ia melihat seseorang, atau mungkin dua orang yang berada di kursi taman belakang kampus, membelakanginya.

Iya, taman belakang memang selalu sepi. Jarang sekali ada mahasiswa atau mahasiswi yang mau berkumpul disana. Padahal tempatnya lumayan bagus dan tenang.

Karena rasa penasaran telah terlanjur memenuhi kepalanya, akhirnya Naruto memutuskan untuk menguping.

=Naruto pov=

Karena aku penasaran akhirnya aku memutuskan untuk menguping.

Ingat, aku sangat jarang sekali ingin menguping atau bahkan mengintip seperti sekarang ini jika itu bukan karena hal-hal yang penting.

Namun sekarang, demi Tuhan, itu Itachi-Sensei dan Deidara-Senpai.

Itachi-Sensei duduk disebelah kiri Deidara-Senpai. Keduanya tampak saling membuang muka.

"Kalian berkelahi lagi?"

"Iya, jika kau tak datang."

Hn, percakapan pertama tertangkap bagus oleh telingaku. Dari nada bicaranya sepertinya mereka membicarakan tentang "pertemuan" Dei-Senpai dan Kyuubi tadi.

"Kau tak menyayangi dirimu sendiri, hn?" tanya Itachi-Sensei yang kemudian menolehkan tatapannya kepada Dei-Senpai yang masih menunduk.

Hah, jika dilihat seperti sekarang ini, keduanya seperti sepasang kekasih, menggelikan. Lalu hubungan mereka berdua apa?

"Jangan tanyakan itu." Jawab Dei-Senpai kemudian menatap tajam Itachi-Sensei.

Cup

'SIAL!' batinku berteriak kemudian lari secepat kilat meninggalkan taman belakang. 'Apa? APA YANG MEREKA LAKUKAN?' batinku masih berteriak sepanjang koridor kampus dimana kakiku juga masih berlari kencang. 'ARGHHH.! KENAPA ITACHI-SENSEI MENCIUM DEI-SENPAI!' lariku semakin kencang mengingat akan apa yang aku lihat tadi.

Mengerikan, Tuhan.

Bugh!

"AKH!"

"Ouch."

Dengan anggunnya bokongku mencium lantai keramik. Sakit.

"Kau tidak apa-apa?" tanya orang yang sepertinya aku tabrak tadi.

"Tidak apa-apa. Seharusnya aku yang bertanya begitu. Aku yang menabrakmu." Kataku sambil bangkit dari jatuhku.

"Aku tidak apa-apa." Jawabnya sambil tersenyum padaku.

Ih, untuk sesaat senyuman itu mengerikan dimataku.

"Maaf, sepertinya tadi aku juga tak memperhatikan jalan didepanku." Katanya lagi sambil membungkuk meminta maaf.

'Aku belum pernah melihat orang ini?' batinku.

"Aku Sai." Kata orang itu memperkenalkan diri.

"Naruto." balasku.

"Aku mahasiswa pindahan. Semester enam." Katanya sambil memberikan senyum mengerikan kepadaku, lagi.

"Semester dua."

"Oi, Dobe."

Kretek.

Satu perempatan tercetak dikeningku. Dan tentu saja aku tahu siapa manusia kurang manis(?) yang berani memanggilku begitu.

"SASUKE!" teriakku tak suka kemudian langsung mendatanginya yang berada dibelakangku. "JANGAN MEMANGGILKU BEGITU, TEME!"

"Uh, darimana kau mendapati kata kasar seperti itu, Dobe?" tanya Sasuke dengan wajah polos yang dibuat-buat.

Aku benci dia.

Tak ingin menanggapinya dan pikiranku sedang berantakan karena adegan ciuman ItaDei tadi, aku memilih untuk pergi keperpustakaan, berharap aku bisa mendapat ketenanang dan mencerna kejadian tadi.

Dengan tidak sopannya, aku meninggalkan Sai-yang baru aku kenal-begitu saja. Aku tak peduli tatapan apa yang ia berikan dibelakangku, demi Tuhan, aku butuh ketenangan. Ini masih pagi dan aku sudah dibuat seberantakan ini? akan seperti apa wajahku nanti jika memasuki kelas sore hari?

Hah, aku bisa gila.

Tiga jam kemudian, aku memutuskan untuk bangun dari tidurku. Iya, tadi pagi setelah aku begitu "kelelahan", aku memutuskan untuk tidur diperpustakaan. Toh, tak ada yang melihatku saat ini.

Aku sedang berada disalah satu pojokan perpustakaan, tempat favoritku untuk tidur. Aku sering tidur disini, terkadang aku juga bersembunyi disini. Yah, bersembunyi dan tidur, huahahaha.

"Berubahlah, Kyuu."

'Hn?' pendengaranku menangkap kata "Kyuu" disalah satu kursi…hey!dikursi dimana biasa aku duduki dan itu tepat berada didepan tempat persembunyianku.

Kenapa?

'Hey, itu Itachi-sensei' batinku memastikan rambut hitam panjang yang terikat rapi yang membelakangiku.

"Kau ingin memasukiku dan gadis nakal itu disatu ruangan lagi? Silahkan. Dan akan kupastikan, kali ini aku akan membuatnya tak bernyawa untuk selamanya."

Tunggu, suara itu….

Kyuu?

Apa mungkin itu benar-benar kyuubi?

Hah, tentu saja, dari awal saja nama Kyuubi sudah disebutkan. Tapi, kenapa? Kenapa Kyuu berbicara berduaan dengan Itachi-Sensei? Yang ku tahu, Kyuu sangat benci dosen yang satu ini.

"Kenapa kau keras kepala sekali?" tanya Itachi-Sensei.

Mungkin karena sedikit emosi, Kyuubi bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya. Ah, dia selalu begitu jika tak bisa berbicara.

Grab

'Hn?'

"Lepaskan aku." Kata Kyuubi tenang saat Itachi-Sensei meraih tangannya, menghentikan langkah Kyuubi.

Baru kali ini aku mendengar Kyuubi tak berteriak jika Itachi-Sensei menyentuhkan. Oh, tentu saja, ini perpustakaan. Meskipun Kyuubi dan aku anak pemiliki kampus ini, tentu saja petugas tak akan segan-segan memarahi kami.

"Duduk dan berbicaralah." Kata Itachi-Sensei atau mungkin tepatnya perintah darinya.

Dapat dilihat dari tampatku berada sekarang, tangan Kyuubi terkepal, rahangnya juga mengeras. Sayangnya aku tak bisa melihat ekspresi dosen mesum itu.

Namun meskipun terlihat tak suka, akhirnya Kyuubi menurut juga.

"Aku sudah berbicara kepada Deidara.."

"Aku tidak peduli." Potong Kyuubi cepat.

Tak ada lanjutan lagi dari perkataan Itachi-Sensei, keduanya hanya diam.

"Baiklah, aku pergi kalau begitu." Kata Kyuubi setelah keduanya diam selama kurang lebih lima menit.

Kali ini, Itachi-Sensei tak menahan tangan Kyuubi saat ia bangkit dari kursinya.

"Jangan campuri urusanku." Kata Kyuubi sambil membelakangi Itachi-Sensei.

Grab

Cup

=Normal pov=

Grab

Cup

Kedua manic ruby Kyuubi membulat sempurna saat Itachi dengan cepatnya mencium bibir Kyuubi. Tak kalah kagetnya, safir Naruto juga dibuat membulat akan kejadian yang terjadi tepat didepan matanya untuk yang kedua kalinya.

Pletak!

"Apa yang kau lakukan, bastard!?" desis Kyuubi tepat didepan Itachi. Tampak dadanya naik turun menahan emosi yang bisa saja detik itu juga meledak. "Kau menjijikan, Itachi-Sensei." Desis Kyuubi lagi dengan menekankan kata "Sensei" dikalimatnya.

Setelah berkata demikian, dengan langkah kasar Kyuubi meninggalkan perpustakaan.

=Naruto pov=

'A…apa?' batinku yang lagi-lagi "harus" melihat adegan ciuman sesama jenis itu. Jika tidak memiliki pengendalian diri yang kuat, sepertinya aku akan berteriak seperti seorang gadis.

"Sakit juga." Kata Itachi, mengalihakan pikiranku sendiri.

Ia masih berdiri disana dengan tangan kiri mengusap pipi kirinya yang tadi telah Kyuubi daratkan telapak tangannya.

"Hn, aku akan membuatmu menyesal karena telah membuatku menahan sakit dipipiku, rubah manis." Dapat terdengar dengan jelas ditelingaku apa yang baru Itachi-Sensei katakan.

Kyuubi dalam bahaya.

Sial.

Sore

"Lebih baik kau berhenti, Kyuu. Itu hanya sebuah mobil. Ayah bisa membelikannya lagi untukmu." Nasihatku kepada Kyuubi.

Sekarang aku tahu kenapa Kyuubi sangat marah bahkan benci kepada Dei-Senpai. Itu karena beberapa bulan yang lalu, Dei-Senpai dengan tak sengaja menabrak mobil Ferrari merah milik Kyuubi disalah satu pusat perbelanjaan di Konoha. Pantas saja sejak saat itu, aku tak pernah melihat mobil yang selalu ia bangga-banggakan itu.

"Jaga mulutmu, bocah." Kata Kyuubi sambil menunjukku. "Itu bukan hanya sekedar mobil." Katanya lagi dan masih menunjukiku. "Dan satu hal yang perlu kau tahu, aku membelinya dengan uangku sendiri, bocah." Katanya kemudian berjalan angkuh meninggalkanku.

Hah, oke, untuk yang "aku membelinya sendiri dengan uangku." Aku tak tahu itu.

Tapi, ayolah, hanya karena mobil, Kyuubi dan Dei-Senpai harus bertengkar seperti sekarang. Kadang kakakku terlalu berlebihan.

"Kau kelihatan kusut, Naruto." kata Sai yang tiba-tiba berada disebelahku.

"Hn, ah, tidak. Aku tidak apa-apa." Kataku sedikit terkejut. "Jangan kagetkan aku seperti itu." Kataku memohon.

"Aku tidak mengagetkanmu." Balasnya dengan watados.

"Hn, aku ada kelas. Permisi." Kataku kemudian pergi meninggalkan Sai.

Malam

kediaman Namikaze

"Aku akan ke rumah Neji." Kata Kyuubi saat kami sedang duduk santai diruang tivi. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung bangkit dari sofa.

Yang benar saja, kenapa dia meninggalkanku disaat ayah-ibu tak ada dirumah?

Sendirian lagi.

"Kau sudah besar dan kau bukan seorang gadis. Tak ada yang akan memperkosamu, bocah."

'Shit.'

"Sepertinya aku akan menginap." Kata Kyuubi kemudian berjalan keluar dari rumah.

"Terserah kau saja." Balasku ketus. Akan ku adukan dia kepada ayah dan ibu. Awas saja.

=Normal pov=

Tok

Tok

Tok

Belum sempat tangan Kyuubi memegang ganggang pintu, pintu itu sudah diketuk duluan.

Ceklek.

"Hn, cepat sekali datangnya?" tanya Kyuubi kepada seseorang yang masih berdiri didepan pintu. "Aku tahu kau juga mesum, tapi, demi Tuhan, Naruto itu adikku. Jika sesuatu terjadi padanya, akan kupastikan, kau tak akan bisa melanjutkan kuliahmu di universitas manapun." Bisiknya.

mendengar itu, pemuda berambut "pantat ayam" itu hanya tersenyum santai kemudian melangkahkan kakinya memasuki kediaman Namikaze.

"He?" tampak Naruto cengok saat melihat Sasukelah yang bertamu ke rumahnya. "Apa yang kau lakukan disini? Kyuu, kau akan keluar bersamanya, ya?" tanya Naruto.

=Naruto pov=

"Tidak." Jawab Kyuu dan berhasil membuatku kebingungan. "Dia akan menjagamu." Tambahnya.

"Apa?" tanyaku sambil mengorek telingaku, takut-takut aku salah dengar. "Hey, bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku sudah besar, hah!?" tanyaku tak suka.

Yang benar saja, Sasuke kan adiknya Itachi-Sensei. Ih, dia pasti sama mesumnya. Ya, ya, siapa tahu dia juga biseks. Kalau boleh jujur, aku tak pernah melihatnya menggandeng seorang gadispun. Hah! Atau jangan-jangan dia..

"Jangan memikirkan hal yang aneh-aneh, bocah." Kata Kyuubi seperti dia tahu saja apa yang aku pikirkan. "Aku akan membunuh kalian berdua jika terjadi sesuatu." Ketus Kyuubi.

Gulp

Dengan berat, aku menelan liurku. Yang benar saja, kenapa aku juga kena?

Tak berlama-lama, Kyuubipun meninggalkan "kami".

"Hoam, aku mengantuk." Kata Sasuke sambil melangkahkan kakinya menuju…

"HEY! ITU KAMARKU, TEME!" teriakku histeris saat dengan santainya ia melangkahkan kakinya menuju kamarku. Demi Tuhan, dia sudah sering kesini, tak mungkin jika dia tak tahu dimana kamarku, ataupun kamar tamu.

"Mulutmu berbisa, Dobe." Tanggapnya santai dan masih melangkahkan kakinya ke kamarku.

"BERHENTI!" teriakku kemudian berlari ingin menghentikan langkahnya.

Grab

Bugh!

"Aku bilang berhenti, Teme." Desisku tepat didepan wajahnya.

"Kau berat, Dobe."

"Apa?" tanyaku mulai tak suka.

"Kau menindihku." Katanya san…tai.

'WHAT!'

Dengan kecepatan super, aku segera bangkit dari tubuhnya yang tadi tak sengaja aku tindih. Demi Tuhan, aku tak menyadari itu.

"A…a…aku…"

"Aku bergurau. Kau tak berat sama sekali." Kata Sasuke santai sambil bangkit dari jatuhnya. "Baiklah. Aku tidur dulu." Katanya panjang lebar kemudian membalikkan langkah menuju kamar tamu. "Dia memang saudaraku, tapi jangan samakan aku dengannya." Katanya saat ia melewatiku.

'sial.'

Benar, untuk sesaat ada rasa bersalah yang aku rasakan saat ia berkata begitu.

Setelah aku memastikan ia masuk ke kamar tamu, akhirnya aku memutuskan masuk ke kamarku. Aku juga mengantuk.

Kretek!

"HUWA!"

Tiba-tiba lampu padam dan aku sangat tak suka jika hal itu terjadi.

Brak!

Bugh!

"Ouch, sakit." Keluhku saat kakiku tak sengaja mengenai sesuatu, entahlah apa itu, aku tak bisa melihat sama sekali karena gelap.

'Oh Tuhan.' Batinku mulai kalut. "Senter, senter, senter…" rapalku sambil meraba-raba meja, atau apalah, AKU TAK TAHU!

Kenapa tiba-tiba mati lampu? Ingin rasanya aku menangis dan berteriak saat ini juga.

Srek!

Ctar!

"HUWA!"

Suara petir dan Guntur berhasil membuatku berteriak seperti seorang gadis. Oke, mati lampu tak apa-apa, tapi, aku sangat takut jika mendengar suara petir ataupun guntur.

"Shit!" erangku sambil meraba-raba dinding, berusaha mencari pojokan karena aku sama sekali tak dapat menemukan tempat tidurku. "Ibu…" sepertinya sebentar lagi aku akan menangis.

"Naruto!"

Tiba-tiba saja aku mendengar Sasuke meneriaki namaku.

"Naruto!"

Ceklek!

Dapat ku dengar suara pintu kamarku dibuka dengan kasar. Dan Sasuke segera menggerak-gerakkan senternya untuk mencariku.

"Aku disini." Kataku sambil bangkit dari dudukku.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sasuke sambil mendatangiku.

"Oh, senter, syukurlah." Kataku tiba-tiba menjadi gila saat melihat senter.

Yang benar saja, aku sangat tak suka dengan kegelapan. "Aku baik-baik saja."

"Kau berteriak seperti gadis." Ketus Sasuke kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.

"Kau mau kemana?" tanyaku cepat. Hey, yang benar saja, dia mau meninggalkanku sendirian disaat seperti ini, gelap?

"Pakailah ini." katanya kemudian meletakkan senternya diatas meja yang berada disamping tempat tidurku. "Dan tidurlah." Tambahnya kemudian keluar dari kamarku dengan hanya mengharapkan pencahayaan dari telepon genggamnya saja.

Ctarrr!

Lagi, suara guntur terdengar lagi. Dengan cepat aku berlari ketempat tidurku, menarik selimut, dan…menangis. Sial, aku sangat takut. Mungkin karena cuaca yang seperti ini lampu jadi mati.

Srek!

Ctarrr!

Ctarrr!

"SASUKE!" teriakku diluar kendali. Aku sudah tidak tahan. Lama-lama seperti ini, aku bisa mati. "SASUKE!" teriakku lagi.

Karena tak mendapati dirinya masuk ke kamarku, akhirnya aku memutuskan untuk mendatanginya. Baru keluar kamar, tiba-tiba badanku terhempas ke dinding.

"Hn?"

"Oh, maaf." Kata Sasuke yang ternyata dialah yang menabrakku hingga aku terhimpit diantara dinding dan badannya.

"Tidak apa-apa." Balasku karena memang aku merasa baikkan dengan keadaan yang seperti sekarang ini.

"Yang benar saja, Dobe, kau sudah 18 tahun dan masih takut dengan hal semacam ini?" remehnya sambil menatapku.

Sedikit menengadah karena memang dia sedikit tinggi dariku, aku hanya menatapnya kesal. Bukan urusannya jika aku aku takut, bukan? Dasar.

"Sudah hampir larut. Aku mengantuk. Ayo." Katanya kemudian menarik tanganku.

Apa?

Menarik tanganku?

"Hey! Apa yang kau lakukan?" tanyaku sambil berusaha melepaskan diri.

"Kau yakin akan tidur sendiri, Dobe? Ya, sudahlah." Katanya kemudian melepaskan tanganku dan berjalan dengan angkuh menuju kamar tamu.

Ctarrr!

Sialnya keadaan tak menyuruhku untuk tidur sendirian.

"Aku ikut." Kataku kemudian.

Hey, tak apa-apakan aku tidur dengannya, lagian dia laki-laki dan aku juga. Tidak apa-apa dari pada aku mati ketakutan. Yah, aku pernah mendengar kasus jika ada orang yang mati karena dia ketakutan. Dan aku tak ingin mati muda.

=Sasuke pov=

Huahaha, ehem, maaf. Tapi, demi Tuhan, aku tak bisa menghentikan tawaku, ok, aku tertawa didalam hati pastinya. Bagaimana tidak? Ternyata seorang Naruto Namikaze, anak pemilik universitas terkenal seantero Jepang, dan terkenal dengan ke-"cool"-annya,takut akan suara petir dan guntur. Oh, dan jangan lupa, dia juga takut dengan kegelapan, huahaha.

Apa lagi saat mendengar dia berteriak. Seperti gadis saja.

Awalnya aku tak yakin saat pertama kali dia berteriak saat lampu mati. Namun setelah mendengar teriakkan kedua, aku yakin sekali jika itu Naruto. seperti anak kecil saja.

Iya, awalnya aku juga kaget kenapa lampu bisa mati. Namun setelah mendengar suara petir dan guntur, yah, aku tahu alasannya.

Awalnya aku agak kesusahan untuk mencari senter dengan penerangan yang sangat minim dari layar telepon genggamku. Yang benar saja, apa mungkin dikamar tamu ada senter?

Namun, syukurlah, dewi Fortuna memihak padaku. Aku menemukan senter tepat berada dibawah meja.

Untuk sesaat aku sempat merasa ketakutan juga saat mendengar suara petir dan guntur berlomba-lomba menyambar bumi, namun mendengar Naruto meneriaki namaku, sepertinya ada manusia yang lebih takut dari pada aku.

Dengan secepat kilat aku berlari menuju kamarnya. Awalnya aku bingung, kenapa kakiku bergerak dengan sendirinya. Demi celana dalam pink milik Kyuubi yang tak sengaja aku lihat, aku ingin melihat Naruto menangis ketakutan. Namun, entahlah, sesuatu didalam diriku mengambil alih pikiranku untuk mendatangi Naruto.

Aku berlari dan dengan kasarnya membuka pintu kamarnya, mengedarkan senterku untuk mencari dimana ia berada, dan disana, ia duduk dipojokan dengan tangannya memeluk lututnya.

Untuk sesaat aku merasa kasihan melihatnya. Aku mendatanginya dan…dia menangis.

Setelah memastikan keadaannya baik-baik saja, aku memutuskan untuk kembali ke kamar tamu. Karena sepertinya Naruto tak dapat menemukan senternya, aku memutuskan untuk meninggalkan senter agar ia bisa tidur dengan sedikit tenang.

Sesaat setelah aku keluar dari kamar Naruto, suara petir dan guntur kembali menyerang pendengaran.

"SASUKE!" teriak Naruto. Dengan sedikit kesusahan karena gelap, aku hanya bisa berjalan cepat menuju kamarnya dan tiba-tiba saja badanku menabrak badan Naruto yang juga sepertinya memang akan mendatangiku.

"Hn?" tampak ia terkejut saat badan kami saling berhimpitan.

"Oh, maaf." Kataku cepat.

"Tidak apa-apa." Balasnya sedikit salah tingkah.

Sialnya, kenapa badanku tak ingin menjauh dari badannya? demi Tuhan, this is so weird, man. Karena tak ingin merasa ada sesuatu yang aneh, akhirnya aku menggodainya.

"Yang benar saja, Dobe, kau sudah 18 tahun dan masih takut dengan hal semacam ini?"

Sedikit menengadah, ia menatapku dengan tatatapn kesal. Dan itu…lucu.

"Sudah hampir larut. Aku mengantuk. Ayo." Kataku yang memang sudah sedikit mengantuk kemudian menarik tangannya.

Iya, tentu saja aku akan mengajaknya tidur bersama. Tak mungkin kan aku harus lari bolak-balik dari kamar tamu ke kamarnya karena dia takut akan suara petir dan guntur. Itu gila.

"Hey! Apa yang kau lakukan?" tanyanya sambil berusaha melepaskan diri.

Oh, lihat wajahnya. Seperti aku orang jahat saja.

"Kau yakin akan tidur sendiri, Dobe? Ya, sudahlah." Kataku kemudian melepaskan tangannya dan berjalan dengan santai menuju kamar tamu.

Aku tak akan berlari ke kamarnya jika dia berteriak, sungguh.

Ctarrrr!

Suara petir terdengar lagi.

"Aku ikut." Katanya kemudian.

Aku juga yakin sekali jika dia akan ikut denganku tidur. Mana berani dia tidur sendirian. Dasar dobe.

Dan disinilah kami sekarang, berbaring ditempat tidur single size dalam keadaan canggung. Tentu saja.

"Hn, Sasuke."

"Hn." Tanggapku.

Kami berdua sama-sama menatap langit-langit kamar yang hanya diterangi oleh cahaya senter. Oh iya, dia berbaring disebelah kiriku.

"Apa kau pikir Sakura-Senpai menyukaiku?" tanyanya pelan.

Yah, harus aku akui, si gadis pinky itu sering sekali terlihat menempel dengan si pirang dobe disebelahku ini, yah tidak setiap hari. Jika dia meminta pendapatku..

"Entahlah."

"Hah, aku…aku…aku sangat menyukainya." Katanya dan itu sedikit membuat dadaku sesak. Loh, kenapa bisa?

Oh, demi keriput anikiku, mereka berdua sangat tidak cocok. Yang satu, pinky, mulutnya comel, dan genit, menurutku. Dan yang yang satu lagi, pirang, cukup diam, dan kelewat polos. Mereka sangat tidak cocok.

Hah, apa urusanku?

"Aku ingin tidur." Kataku yang tak ingin mendengar ia membicarakan si pinky itu.

"Kau yakin?" tanyanya polos.

"Aku ada kelas besok pagi." Hah, yang benar saja. Tapi demi kebaikan telingaku lebih baik aku berbohong.

"Wah, aku pikir tak ada kelas mengingat Kyuu menginap dirumah Neji-Senpai. Dan juga yang aku tahu, besok hari sabtu." Jelasnya sambil menatapku kebingungan.

Sial.

"Aku punya kelas tambahan besok, Dobe. Sudah, aku mau tidur." Kataku kemudian menutup mataku.

"Ya sudah." Katanya kemudian membalikkan badannya membelakangiku. "Selamat malam, 'Suke."

"Hn." Balasku kemudian membuka mataku kembali dan meliriknya. Hah, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang aneh bagiku.

Pagi

"Hnh.." erangku pelan. Kubuka-tutup mataku.

Pirang.

Hah, apakah pagi hari sekarang semakin cerah?

"Hngh…"

Tunggu. Kenapa badanku susah untuk digerakkan?

Setelah mengumpulkan seluruh nyawa, akhirnya otakkupun menyadari jika Naruto sedang memelukku.

Sedikit menikmati "pemandangan" yang ada, aku biarkan saja dia memelukku seperti guling.

"Sakura-chan…"

'What!?'

Ok, fine. Aku harus segera melepaskan diri dari pelukannya. Demi Tuhan, dadaku sakit mendengarnya menyebut nama si pinky itu.

Entahlah. Apa mungkin aku menyukai Sakura? Hah! Tidak mungkin! Atau…jangan-jangan…oh, oh, oh, orangtuaku akan mengamuk jika aku juga seperti aniki biseks itu.

Setelah dengan sangat pelan melepaskan diri dari pelukan Naruto, aku memutuskan untuk bersantai ditaman belakang kediaman Namikaze tersebut.

/\

/\

/\

/\

"Aku pulang." Kataku saat aku dan Naruto telah selesai menikmati sarapan.

"Tak menunggu Kyuu?" tanyanya.

"Ingat, aku punya kelas tambahan." Tentu saja aku harus menyakinkannya dengan kebohonganku yang telah aku utarakan semalam. Lagipula aku tak akan tahan jika ia mulai membicarakan si Sakura itu.

"Baiklah. Hati-hati dijalan." Katanya kemudian duduk disofa diruang keluarga.

Sedikit bersyukur karena lampu masih mati. Aku sangat tahu betul kebiasaan Naruto jika pagi-pagi begini diakhir pekan. Dia pasti akan menyalakan televisi dengan suara yang sangat keras karena menonton anime yang dia suka. Dasar bocah.

=Normal pov=

"Kau mau pulang, anak ayam?" tanya Kyuu yang tiba-tiba saja sudah berada diruang tamu.

"Sasuke ada kelas tambahan." Kata Naruto sambil berjalan menuju Sasuke dan Kyuubi.

"Hah, benarkah? Aku tak tahu itu." Kata Kyuubi tampak kebingungan.

Setelah menatap Sasuke dengan tatapan menyelidiki dan tak mendapati balasan dari Sasuke, akhirnya Kyuubi tahu jika Sasuke berbohong.

"Ayolah, aku baru akan mengajakmu berjalan-jalan diakhir pekan." Rayu Kyuubi. "Sudah, mandi sana. Kau boleh memakai pakaianku." Kata Kyuubi sambil mendorong badan Sasuke memasuki kamarnya.

=Naruto pov=

'Yang benar saja. Katanya dia punya kelas tambahan diakhir pekan. Pembohong.' Batinku tak suka saat Sasuke membohongiku. Sungguh, aku sangat tak suka seorang pembohong. Mereka hanya akan menyakitimu saja.

"Kyuu!" panggilku sambil mengetuk pintu kamar Kyuubi. "Kyuu!"

"Ada apa!?" tanyanya dengan sedikit meninggikan suaranya. Sepertinya dia kesal karena aku meneriakinya.

"Kau tak mengajakku berjalan-jalan, Kyuu?" tanyaku sambil memanyunkan bibirku. Ah, jurus andalanku. "Kau…kau akan membiarkanku sendirian dirumah, Kyuu?" tanyaku lagi yang kali ini sudah mengeluarkan jurus mematikan milikku, puppy eyes no jutsu.

"Hah…" kudengar Kyuubi menghela nafas. "Ya sudah, mandi sana."

Katanya kemudian menutup pintu kamarnya.

'Yes!' dengan hati riang, aku berjalan cepat menuju kamarku, mandi, dan bersiap-siap untuk tebar pesona. Huahahaha!

/\

/\

/\

"Hah…aku lelah, Kyuu." Keluhku saat sudah menyelesaikan lipatan kertas undangan yang ke seratus.

Yang benar saja, aku pikir Kyuubi akan mengajak kami berjalan-jalan ke mall atau taman, eh ternyata dia mengajak kami kesalah satu rumah temannya yang sebentar lagi akan mengadakan pernikahan.

Aku benci ini!

Ini akhir pekan!

Dan aku menjadi budak!

"Jangan mengeluh!" kata Kyuubi sedikit kesal. "Lakukan atau kau pulang saja sana." Katanya dengan aura membunuh yang sangat pekat.

Tega sekali dia. Aku adiknya. Kenapa dia berkata begitu kepadaku?

Karena kesal, akhirnya aku melipat kertas undangan dengan asal-asalan. Kulirik Sasuke yang tampaknya tenang-tenang saja dengan pekerjaannya yang juga melipat kertas undangan. Ia tampak sama sekali tak terganggu.

"Oh, Kyuubi ternyata." Kudengar ada seorang gadis memanggil Kyuubi.

"Oh. Hi..hinata."

'Eh? Kenapa Kyuubi jadi tergagap begitu? Dan siapa gadis ini? aku tak pernah melihatnya.' Batinku kemudian menghentikan pekerjaan buruhku.

"Tak perlu repot-repot, Kyuubi." Kata gadis itu, yang tadi kalau aku tak salah bernama Hintata, sambil menepuk bahu Kyuubi. "Jadi merepotkanmu."

"Kau memang merepotkan." Ketusku sambil berdiri angkuh didepannya.

"Jaga mulutmu, Naruto!" bentak Kyuubi.

"Apa urusanku hingga aku harus menjadi budak diakhir pekan seperti sekarang ini!? aku tak mengenalnya!" kataku sedikit berteriak dan menunjuk langsung ke wajah gadis bermata lavender itu.

Pletak!

'A…apa?' batinku sedikit memproses kejadian barusan. 'Apa yang Kyuubi lakukan? kenapa? Kenapa wajahku memanas?' batinku sedikit panic.

"Apa yang kau lakukan, Kyuu?" aku mendengar Hinata sedikit memarahi Kyuubi. "Kau baik-baik saja?" tanya Hinata kepadaku. Tampak ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajahku yang masih memanas.

"Kau menamparku?" tanyaku kepada kyuubi sambil menepis tangan Hinata. "kau…kau menamparku, Kyuu?" tanyaku dengan suara bergetar.

Demi Tuhan, bahkan ayah dan ibu tak pernah melakukan hal itu kepadaku.

Karena merasa dipermalukan dan hatiku terasa sangat sakit, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari rumah temannya itu. Aku tak peduli jika harus berjalan kaki untuk sampai kerumah.

=Normal pov=

"Apa yang kau lakukan, Kyuu?" tanya Sasuke setelah Naruto pergi meninggalkan mereka. "Aku permisi dulu, Hinata." Pamit Sasuke kemudian dengan cepat ia berlari untuk mengejar Naruto.

"Kyuubi…" panggil Hinata saat Kyuubi sama sekali tak bergerak bahkan berbicara setelah menampar Naruto. "Tenangkan dirimu, Kyuu." Kata Hinata sambil mengajak Kyuubi untuk duduk disalah satu kursi yang tersedia di ruang tempat mereka melipat kertas tadi.

"Apa aku kurang meyakinkanmu, Hinata?" tanya Kyuubi secara tiba-tiba dan melenceng dari keadaan yang sebenarnya. "Apa laki-laki itu lebih baik dari padaku?"

Langkah kaki Hinata terhenti kemudian menatap Kyuubi dengan tatapan datar.

"Aku bahkan sudah memintamu untuk menikah denganku dan kau menolak. Lalu…" gantung kyuubi sambil menatap Hinata datar. "Kenapa kau menerimanya dan menolakku? Bukankah aku lebih lama menjalin hubungan denganmu dibanding dengannya?"

Setelah berkata demikian dan Hinata sama sekali tak menjawab, akhirnya Kyuubi memutuskan untuk pergi dari kediaman Hyuuga.

"Hoam…aku mendengar ada keributan." Kata Neji yang baru saja bangun tidur.

Iya, tadi pagi ia sempat bangun saat Kyuubi pulang. Namun karena bergadang semalaman dengan televisinya, akhirnya Neji melanjutkan tidurnya hingga siang bolong.

"Kyuubi?" panggil Neji saat Kyuubi melewatinya dan sama sekali tak menyapanya.

Setelah pintu kediaman itu tertutup, Neji menghampiri Hinata.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Neji sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. "Hinata?" panggil Neji saat Hinata pergi begitu saja meninggalkannya. Tampak ia kebingungan dengan keadaan yang ada.

/\

/\

/\

=Naruto pov=

'Kenapa kyuubi melakukan itu? Siapa gadis itu hingga ia manamparku? Aku benci Kyuubi!' batinku sambil berlari secepat mungkin menjauh dari tempat aku dipermalukan.

"Naruto!"

Aku mendengar Sasuke memanggilku. Sungguh saat ini aku ingin sendiri. Aku tak ingin memperlihatkan wajahku yang sudah dipermalukan kepada siapapun untuk saat ini. Apa lagi Sasuke. Dia pasti akan mengejekku.

"Naruto!"

Lagi, ia memanggilku.

Sret!

Ckit!

Aku mendengar suara decitan ban mobil terhenti tepat disampingku.

"Naruto." panggil seseorang dari dalam mobil.

"Sensei…" sapaku saat tahu jika dia adalah Itachi-Sensei.

"Sasuke?" tampak Itachi-Sensei kebingungan saat melihat Sasuke. "Kenapa kalian berlari disiang hari seperti ini?" tanyanya.

"Boleh aku ikut denganmu, Sensei?" tanyaku kemudian tanpa menunggu izin darinya langsung masuk kemobil dan diikuti oleh Sasuke.

Didalam mobil Itachi-sensei

"Kalian berdua berolahraga, ya?" tanyanya sambil tetap berkonsentrasi pada jalan raya.

"Fokuslah menyetir." Kata Sasuke yang berada tepat disebelah kananku. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil menatapku khawatir.

Eh, khawtir? Ada apa dengan tatapannya itu?

"Aku tidak apa-apa." Jawabku sambil membuang muka.

"Masih sakit?" tanyanya kemudian mengelus pipi kananku yang tadi ditampar oleh Kyuubi. Aku mengangguk karena memang masih sakit.

Cup

'Hn?'

"Pasti tak akan sakit lagi setelah itu." Kata Sasuke sedikit salah tingkah.

=Sasuke pov=

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil menatapnya.

Melihat keadaannya sekarang membuatku khawatir pada Naruto. Tidak salah, dong ya? Yang aku tahu, meskipun Kyuubi sangat kasar, Kyuubi tak pernah melakukan hal bodoh seperti tadi kepada Naruto, menamparnya.

"Aku tidak apa-apa." Jawabnya sambil membuang muka. Hah, aku tak suka jika aku sedang berbicara dengan seseorang dan orang itu mengacuhkanku. Aku tak suka itu.

"Masih sakit?" tanyaku kemudian mengelus pipi kanannya yang tadi ditampar oleh Kyuubi, sedikit menggodanya agar dia melihatku.

Ia hanya menganguk. Hah, memang, terdengar dari suaranya tadi, sepertinya tamparan Kyuubi memang sangat keras.

Cup

Entah apa yang merasuki otakku, dengan sendirinya kepalaku bergerak mendekati wajahnya dan mendaratkan bibirku pada pipinya yang masih sedikit memerah.

"Pasti tak akan sakit lagi setelah itu." Kataku sedikit salah tinggah.

Baiklah, ini memalukan.

"Terima kasih." Katanya dengan wajah yang memerah, sepertinya malu.

Baguslah, jadi bukan aku sendiri yang merasa malu saat ini.

=Itachi pov=

'Sepertinya Sasuke adalah seorang penyuka sesama jenis.' Batinku saat tanpa sengaja melihat Sasuke mencium pemuda pirang yang duduk disebalahnya.

Aku tak tahu jika Sasuke seberani itu untuk mencium pemuda itu. Demi kesadisan si rubah manis, Kyuubi, bahkan untuk dekat dengan gadis, hah, jangan tanya, dia tak begitu menyukai makhluk Tuhan yang seksi tersebut. Berarti tidak salah dong, jika aku berpikir jika Sasuke menyukai sesama jenis.

"Apa kalian mau menyewa hotel?" tanyaku sedikti menggodai keduanya.

Sesungguhnya, saat ini aku sedang mati-matian menahan tawa. Lihatlah wajah kedua anak manusia yang berada di jok belakangku, mereka hanya membuang muka, malu.

Hahaha, mereka sungguh lucu.

"Apa kau mengenal Hinata Hyuuga?" tanya Sasuke tiba-tiba dan sudah memasang muka datarnya kembali.

Sedikit mengernyit, aku mencoba mengingat nama itu.

Hinata Hyuuga?

"Aku sempat mengajarnya 2 tahun namun setelah itu dia pindah." Jawabku setelah aku yakin bahwa aku mengenal gadis bernama Hinata Hyuuga tersebut.

"Apa hubungannya dengan Kyuubi?" tanyanya banyak tanya.

Mendengar itu, dapat kulihat Naruto sedikit menegakkan kepalanya.

Antara Kyuubi dan Hinata?

Tbc

Maaf, sepertinya sudah ada yang pernah baca ff ini di fb, wkwkwkw

hanya pen publish di FFn aja.

Boleh kasi review lagi loh..

ditunggu ^,~