"Aku melihatnya," Ucap gadis itu, pelan dan ketakutan. "Matanya memandang kita, seolah berkata bahwa kitalah yang akan ia bunuh selanjutnya."
Gadis itu gemetar hebat, kata-kata apapun seperti tidak bisa menenangkan dirinya yang sudah diambang kematian. Aku menelan ludah, seraya membawa gadis itu ke dalam dekapanku perlahan.
"Tidak apa-apa," Ucapku. "Aku akan melindungimu."
.
.
.
Dearest Marionette
Author: Nacchan Sakura
.
Chapter 1: Bayangan yang menari
.
.
.
"Kalian dengar tidak, ribut-ribut dari kelas C tadi?"
"Ah, iya, aku dengar… itu pasti dia lagi 'kan? Anak yang sedikit gangguan jiwa itu."
"Iya, namanya….. Rin Kagamine, bukan?"
Aku berjalan melewati tiga gadis yang sedang berbincang itu, dan dengan sengaja menabrak salah satu gadis yang membawa beberapa tumpukan buku. Namun sebelum puluhan kata protes gadis itu dilontarkan, aku menatap dingin gadis dengan rambut berwarna merah muda itu.
Ketiga gadis itu terdiam dan menutup rapat mulut mereka, begitu tahu siapa sosok yang menabrak mereka hingga terjatuh. Mereka dengan cepat mengambil buku-buku yang berjatuhan dan berlari meninggalkan aku.
"Rin adalah saudara perempuanku yang manis," Gumamku diantara keramaian. "Tak ada yang boleh menyakitinya."
.
.
.
Tahun 20xx, 10 tahun setelah tragedi July Nightmare terjadi. Dunia yang sudah seperti akan hancur, kini telah kembali menjadi bumi yang kembali normal seperti dulu kala.
July Nightmare, tragedy yang mungkin sekarang benar-benar terlalu menakutkan untuk diingat. Dimana hampir seluruh umat manusia terkena suatu virus yang membuat mereka menjadi monster pemangsa sesama yang kehilangan akal.
Mungkin sedikit mirip dengan Zombie, hanya saja, virus ini bisa dihilangkan dengan sebuah penawar yang kini mungkin sudah jadi sangat, sangat langka.
Sekarang, beberapa orang yang terkena virus itu sudah sehat kembali seperti sedia kala. Ada juga yang sebagian sudah mati karena harus dibunuh secara mau tidak mau.
Dan ada juga yang menjadi Half Doll karena gagal menerima reaksi dari penawar virus tersebut.
Half Doll, Virus ini tidak berbahaya—orang yang terkena virus ini tidak akan menjadi monster pemakan manusia seperti yang terjadi pada July Nightmare. Orang yang terkena virus ini hanya akan menjadi manusia yang tak punya emosi, seperti boneka. Namun jika mereka berusaha mengingat bagaimana caranya mendapatkan emosi itu kembali, akibatnya fatal.
Mereka bisa saja terbangun kembali menjadi Zombie, atau kehilangan kendali dan tanpa sadar mengamuk dan berteriak.
Seperti..
"Rin!" Aku membuka pintu ruang kesehatan sedikit keras—membuat Dokter di Ruang kesehatan sedikit menatap tajam ke arahku. Aku mengabaikan tatapan tajam itu dan berjalan ke arah Rin, adikku yang sedang memandang keluar jendela. "Kau tidak apa-apa?"
Rin mengalihkan pandangannya ke arahku, dan mengangguk perlahan—ia tak mengucapkan apapun, ia juga tidak tersenyum. Tapi reaksinya yang seperti itu sudah cukup agar aku bisa bernafas lega.
"Lain kali, kau diam saja jika ada yang mengataimu, ya? Tubuh dan otakmu belum mampu mengingat emosi, tapi yang pasti, tadi kau 'mencoba' untuk marah, 'kan?"
"Mereka mengataimu." Jawab Rin, datar. "Mereka tidak mengataiku. Mereka mengatakan hal buruk tentangmu. Aku... aku tidak terima.. karen—" Rin menghentikan kata-katanya seketika—rasa sakit dan sesak itu muncul lagi, rasa sakit yang muncul jika Rin berusaha mengingat suatu emosi yang tak bisa teringat.
"Rin, sudahlah..." Aku menepuk pelan punggung gadis yang rapuh itu. "Lain kali, biarkan saja mereka. Aku tidak keberatan dikatai apapun, aku tidak akan sedih, aku tidak akan marah. Aku sama seperti Rin, jika kau tidak merasakan apapun, maka aku juga tidak."
"Karena kita berdua adalah sama."
.
.
.
Rintik-rintik hujan membasahi kaca jendela, suaranya yang sedikit menganggu entah kenapa membuat diriku merasakan betapa sunyinya rumah ini.
Padahal, di saat umurku masih 6 tahun, begitu terasa sekali ramainya rumah ini. Ayah dan Ibu yang setiap hari menunggu di ruang makan, Ibu yang selalu membuatkan aku Pancake untuk sarapan, Ayah yang selalu menyapaku sambil membaca koran,
Dan aku yang tersenyum bahagia, dikelilingi oleh orang-orang yang begitu sayang kepadaku.
Setidaknya... sampai mereka semua direnggut oleh Virus Doll sialan itu.
"Len, aku lapar.."
Suara kecil itu mengantarkanku kembali kepada kenyataan, membuat semua kenangan masa laluku buyar menjadi memori yang sebaiknya tak perlu diingat kembali. Aku menoleh, dan tersenyum ke arah Rin yang menatapku dengan tatapan kosong.
Hanya dia yang kini kumiliki,
Hanya dia yang kini akan aku lindungi.
"Bagaimana kalau Pancake dengan sirup rasa Jeruk? Jeruk adalah makanan kesukaanmu, bukan?" Ucapku sambil tertawa kecil, yang dibalas dengan anggukan dari Rin. "Tunggu disini, ya?"
Rin—dia adalah adikku satu-satunya, yang tersisa dari segala yang aku miliki. Namun.. tubuhnya rentan, karena ia mengidap penyakit Half Dollyang masih belum diketahui apa penawarnya.
Aku menyayangi Rin. Aku yang akan melindunginya.
Tidak akan kubiarkan siapapun menyakitinya, aku tak ragu untuk melenyapkan siapapun yang berusaha mengambilnya dariku.
Aku mencintai gadis tanpa emosi itu, lebih dari saudara—setidaknya, lebih dari apa yang sudah kujanjikan.
Rin Hatsune—itulah nama asli dari 'adik'ku ini. Ia sebetulnya adalah gadis yang aku temui saat kejadian July Nightmare, ia kehilangan orang tuanya, sama sepertiku. Dan akhirnya, kami memutuskan untuk menjadi keluarga karena sama-sama tak memiliki siapapun.
Aku tak akan pernah melupakannya, hari dimana ia menatapku seperti anak yang kehilangan arah—hari dimana ia meminta pertolongan padaku bagaikan anak yang sudah tidak punya harapan hidup.
Semenjak saat itu, aku memutuskan untuk selalu melindunginya, apapun yang terjadi.
"Len... Len...?"
"A-ah?" Aku kembali terbangun dari lamunanku ketika Rin memanggil namaku. Rin kemudian menunjukkan jarinya ke arah wajan yang sedang kupakai untuk membuat Pancake.
"Pancake.. gosong..."
"Eh—HWAA!"
.
.
.
"Damai sekali disini~" Seorang gadis tertawa kecil dibalik jubah hitam yang menutupi hampir seluruh wajah dan tubuhnya. Malam yang hanya ditemani oleh terangnya bulan membuat wajahnya tak terlihat jelas—yang pasti, orang itu tersenyum lebar layaknya Cheshire Cat.
"Kalau terlalu sunyi seperti ini rasanya kurang seru.."
"Bagaimana kalau kita ulang lagi kejadian July Nightmare 10 tahun yang lalu?"
.
.
.
Manusia adalah mahluk yang tak akan pernah merasa puas,
Jika ia sudah diberikan sesuatu yang layak untuk hidupnya, ia akan meminta lebih.
Bahkan jika manusia memohon untuk kebahagiaan..
Pasti waktu akan merusak kebahagiaan itu.
"Kali ini, bagaimana kita akan bertahan?"
To Be Continued
