"Bagaimana..."
"...ini..."
"...bisa terjadi?"
Kinako menghela nafas. Semua kakak kelas beserta Kagami dan Kuroko diam menatapnya. Bahkan Nigou yang biasa gonggong senang pun kini ikut terdiam.
"Sepertinya akan susah urusannya..."desah Riko.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Awal pagi hari...
KRIIIIINGGG! KRIIIING!
"Berisik!"gerutuku sambil mematikan alarm yang ada tepat di atas kepalaku.
Aku bangkit dari kasurku dan mengambil handuk menuju kamar mandi. Saat aku ingin mencuci muka, suatu hal aneh terjadi...
"Hm? I-ini...?"
Hening. Hening.
"Huaaaaaaaaaaaa!"jeritku.
Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba aku menjadi laki-laki? Aku habis makan apa kemarin hingga aku menjadi seperti ini?
Aku berkaca pada diriku yang sekarang. Wajahku berubah menjadi tegas dan tubuhku berotot meski tidak sebesar teman-teman laki-laki yang ada di klub basketku, yah hampir sama dengan Kuroko-kun lah. Tinggiku juga bertambah drastis. Rambutku jadi pendek dan hanya menyisakan poni panjang menutupi mata kiriku. Ini benar-benar diriku yang berbeda. Aku menjadi laki-laki!
"Nee-chan, apa yang—SIAPA KAMU?!"Kohane masuk ke kamar mandi dan melihatku dengan tatapan horror.
"Tu-Tunggu dulu, Kohane! Ini aku, Kinako! Kakak—"
"Keluar dari sini COWOK MESUUUM!"jeritnya sambil melempar wajan ke arahku.
"Auuughhh!"
Aku pun jatuh terduduk saat wajan tersebut sudah mencium dahiku dan kini jatuh di sampingku. Kohane yang sudah marah, sudah ancang-ancang dengan pisau jagalnya.
"Ko-Kohane! Ini aku, Kinako! Sungguh! Aku terbangun dan sudah seperti ini!"tahanku.
"Bohong! Mana ada nee-chan seperti ini! Nee-chan itu cewek dan sepantar denganku tahu!"
"Aaaarrgghhh! Kohane! Lihat mataku baik-baik! Aku tidak bohong!'teriakku sambil memperlihatkan mata kiriku yang berwarna hijau. Duh, suaraku juga agak ngebass pula. Aku benar-benar berubah menjadi laki-laki tulen.
Kohane mengerjapkan matanya beberapa kali sampai akhirnya level marahnya merendah.
"A-oh...ini, benar-benar nee-chan?"tanyanya.
Aku mengangguk. "Ma-maafkan akuuu! Aku tidak peka, hueeeee! Dahinya sakit ya? Maafkan akuuu!"meweknya langsung memelukku. Aku menghela nafas lega sambil mengelus kepala Kohane. Kohane yang dalam pelukanku juga menjadi mungil, mungkin karena dadaku jadi bidang dan tinggiku bertambah hingga jadi seperti ini.
"Iya, iya, aku maafkan, aku tahu kamu kaget karena melihatku berubah seperti ini,"tenangku.
"Masa' iya, ada yang benci sama nee-chan lalu nyantet dijadikan laki-laki? Kan ngga mungkin, nee,"
"Aku juga tahu itu. Dimana-mana yang namanya nyantet itu bunuh orang, bukan merubah hidup orang, hhh"desahku.
Kami pun pindah ke ruang makan dan sarapan dulu. Setelahnya kami ke ruang keluarga dan duduk di kotatsu. "Jadi bagaimana kalau nee-chan seperti ini? Nee-chan kan ga punya baju seragam laki-laki,"mulai Kohane.
"..."
"..."
"..."
"Ah, rumah kita kan tak terlalu jauh dengan rumah Kuroko-kun, aku coba hubungi dia. Eh, kamu saja yang hubungi,"ujarku sambil menyodorkan ponselku pada Kohane.
"Kenapa aku yang harus hubungi?"tanyanya.
"Dia akan kaget kalau yang aku nelpon, suaraku saja berubah, pasti dia tak akan percaya kalau aku yang menelponnya,"
"I-iya juga yah,"angguk Kohane.
Ia pun mencari kontak Kuroko-kun dan menelponnya. Aku menunggu Kohane mulai bicara dengan perasaan agak was-was. Aneh sekali. Kemarin aku hanya latihan seperti biasa, makan bersama Kuroko-kun, Kagami-kun, Kohane, dan Ryouta di Majiba. Setelahnya aku dan Kohane pulang seperti biasa. Apa yang salah dari itu semua? Aku juga tidak menenggak minuman aneh yang tak jelas warnanya macam animasi anak-anak yang biasa kutonton. Hhhngggg...dimana salahnya?
"Moshi moshi?"
"Ah, Kuro-nii, ini Kohane. Apa Kuro-nii masih dirumah?"
"Ini mau berangkat, kenapa?"
"Kuro-nii, tolong bawakan baju seragam milik Kuro-nii. Kumohon!"
"Eh? Memangnya untuk apa?"
"Ki-Kinako-nee mau pinjam sebentar, ini darurat sekaliii! Kumohon, Kuro-nii, ke rumah kami segera dan bawa seragam Kuro-nii!"ucap Kohane memelas.
"Darurat? Eh,,, umm, baiklah, tunggu sebentar yah, aku akan segera ke sana,"
"Terima kasih, Kuro-nii!"
Percakapan pun selesai dan Kohane menyerahkan kembali ponselku. Ternyata berguna juga ponsel ini di saat darurat seperti ini. Ini juga pemberian Ryouta lantaran aku malas punya ponsel. Aku menghela nafas frustasi.
"Nee-chan, Kuro-nii akan ke sini tak lama kok, mau kutemani tidak?"
"Yakin kamu tidak terlambat ke sekolah?"tanyaku.
"Uhm...bisa telat sih, apa aku izin saja?"
"Hhh...sebenarnya aku tak ingin sampai kamu izin, tapi apa boleh buat. Kamu bisa kasih tahu Aomine-kun kan?"
"Iya! Tenang saja!"
"Baguslah kalau begitu..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Begitulah ceritanya hingga saya pakai baju pinjaman dari Kuroko-kun dan izin masuk kelas,"ujar Kinako.
Setelah mendengar penjelasan Kinako panjang lebar, semua anggota tampak tegang dan bingung. Keanehan Kinako memang tak wajar, apalagi sampai harus berubah gender. Tak ada berita kalau ada yang membencinya hingga menyantetnya dengan merubah gendernya. Tapi yang namanya nyantet pasti membunuh orang pelan-pelan, bukan merubah hidup orang pelan-pelan. Kinako menghela nafas frustasi sambil mengacak rambut pendeknya.
"Bagaimana ya...besok juga ada latihan tanding dengan SMA Kaijou, itu juga undangan dari Kise loh, Kinako,"ujar Koganei bingung.
"Mana Izuki-senpai juga izin pulang kampung lagi, padahal ini saat yang darurat banget buat latihan ekstra,"tambah Furihata.
Riko berpikir keras sambil melihat Kinako yang terduduk di bangku panjang bersama Kuroko dan Kohane. Ia pun maju mendekati Kinako. "Kinako-chan, bisa berdiri sebentar?"pintanya.
"Hm? Oh, iya,"
Kinako berdiri sesuai perintah Riko. Riko menatap baik-baik Kinako dari atas sampai bawah dengan jeli. "Ah, aku tak bisa melihat detail kekuatanmu. Ayo, kamu ganti baju dulu dengan seragam pemain,"
"Eh? Loh?"
"Sudah jangan banyak tanya dulu, ganti baju dulu. Ikut aku,"perintahnya lalu berjalan menuju ruang ganti.
Kinako menurut saja dan mengikuti Riko. Hyuuga memandang Riko dengan curiga. "Apa yang akan direncanakan oleh Riko?" pikirnya. Kohane menatap punggung kakaknya dengan cemas, lalu pundaknya ditepuk oleh Kuroko. Kuroko tersenyum dan menggeleng tanda semua akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian, Riko kembali sambil membawa Kinako yang sudah berganti baju menjadi seragam basket Seirin bernomor 17. Semua melongo melihat Kinako yang kini terlihat gagah dan agak malu-malu karena pertama kali memakai baju seragam basket untuk laki-laki.
"Aku sudah melihat dirinya saat di ruang ganti tadi dan memutuskan untuk memasukkan Kinako ke dalam tim reguler untuk sementara menggantikan Izuki!"ucapnya mantap. Kinako malah memalingkan mukanya ke arah lain.
"Eeeeeehhhhh?!"jerit yang lain.
"Tu-tunggu dulu! Kamu serius mau memasukkan Kinako ke dalam tim reguler? Yang dia hadapi nanti Kise Ryouta loh!"sergah Hyuuga.
"Tentu saja aku serius! Lagipula dia punya skill yang hebat dan sepantar dengan Kise Ryouta dari Kaijou, dan...ehem, maklum dia kan pacarnya,ehehee"
"Senpai, tolong jangan ungkit soal itu. Pacar dan basket itu hal yang berbeda,"Kinako mengernyitkan alisnya sambil menahan malu.
"Kita lihat saja, Kinako-chan. Apakah kamu kuat melawan salah satu Kiseki no Sedai macam Kise Ryouta? Aku tahu kau punya skill, jadi buktikan kalau kamu bisa mengalahkannya. Siapa tahu setelah kamu menang, kamu bisa kembali ke wujudmu semula,"tunjuk Riko tepat di hidung Kinako.
Kinako melihat ke teman-teman yang lain. Mereka semua tersenyum yakin dan percaya pada dirinya. "Semuanya...". "Kau pasti bisa, Kinako,"ujar Kuroko. "Kita kan sering main basket jalanan, aku tahu kamu lebih gesit dariku dan peka seperti Izuki-senpai,"tambah Kagami.
"Percaya diri lah, nee-chan,"dukung Kohane.
Kinako tersenyum pada Kohane lalu pada yang lainnya. "Kalau begitu, mohon bantuannya,"
.
.
.
.
.
Esok harinya...
Kise bersenandung sambil memantul-mantulkan bola basketnya dengan malas. Setelahnya wajahnya jadi merengut ditambah monyong yang ndak imut di bibirnya. Oh yah, dia lagi cemberut karena semalam ia mengirim e-mail kepada Kinako tapi tidak dijawab. Sudah di spam pun juga masih tidak dijawab. Ditelpon malah diputus oleh pihak yang ditelpon. Kise nelangsa sekali hari ini. Belum lagi karena dikerumuni oleh gadis-gadis kelasnya yang mengajak dia untuk makan di cafe pun ditolak lantaran sudah kena tendangan sayang dan dijemput oleh senpai tersayang, Kasamatsu.
"Hari ini aku nelangsa sekali, ssu..."rengutnya.
"Oi, Kise! Jangan melamun saja! Cepat jemput rombongan Seirin ke sini!"seru Kasamatsu agak kesal melihat monyongnya Kise yang ndak imut itu.
"Iya, iya, senpaai...haaaah,"desahnya sambil membuang bola basketnya.
Ia keluar gym dan menuju gerbang sekolahnya untuk menjemput rombongan tim Seirin. Terlihat beberapa orang berjaket putih dan bertuliskan 'Seirin' di dada kiri mereka. Ah, mereka sudah datang rupanya. Kise pun cepat-cepat menghampiri mereka.
"Heeeii!"
"Ah, Kise Ryouta,"ucap Hyuuga.
"Aku disuruh oleh Kasamatsu-senpai untuk menjemput kalian semua,ssu,"
"Ah, tak usah repot jemput segala. Kita kan sudah sering ke sini,"ujar Hyuuga.
"Hahaha, tak apa. Aku juga kangen sama Kurokocchi, ssu,"balas Kise sambil menoleh ke arah Kuroko yang bersebelahan dengan Kagami. Tiba-tiba matanya tertuju pada laki-laki berponi panjang yang menutupi mata kirinya. Mata merahnya mengingatkannya pada seseorang yang ia kenal. Ia menatap laki-laki itu agak lama sampai Kuroko memanggilnya.
"Kise-kun?"panggil Kuroko.
"A-ah, maaf, ssu. Ayo kita ke gym!"cepat-cepat Kise berbalik dan berjalan menuju gym.
Kise memicingkan matanya sambil melirik ke arah laki-laki yang berada diantara rombongan Seirin. Tingginya hampir sama dengan Akashi, poni rambutnya menutupi mata kiri, dan mata merah delima yang tajam. Ia pikir dia adalah Kinako versi laki-laki. Kise jadi sangat penasaran dengan laki-laki satu itu dan mendekati Kuroko.
"Psst! Kurokocchi, cowok baru yang poni panjang itu siapa?"bisiknya dekat telinga Kuroko.
"Uhm...itu..."Kuroko gelagapan. Bingung harus jawab apa. Tapi ia langsung ingat apa yang sempat dirundingkan sebelum ini.
.
.
.
.
.
.
.
Sebelumnya...
"Duh, memang bisa sih kalau memasukkan Kinako ke dalam tim. Tapi yang jadi permasalahan, bagaimana kalau ia sampai ditanya namanya? Kise pasti tak akan percaya kalau itu kamu, Kinako,"tanya Kagami sambil menggaruk kepalanya frustasi.
"Dan lagi yang punya nama marga antimainstream kan hanya Kinako saja,"tambah Fukuda.
"Kupikir tak ada salahnya tetap memakai marga yang sama, tapi..."Kinako membuka suara. Semua menoleh padanya menunggu kelanjutannya.
"...aku akan ganti nama kecilku menjadi, Shuuma,"Kinako mengangkat kepalanya yakin.
"Se-serius? I-itu bukannya nama ayahmu yang dipakai?"tanya Kuroko agak terkejut.
"Hah? Nama ayahnya itu toh?"tanya Kagami dan Furihata berbarengan.
"Iya, aku pernah bertemu dengan ibu angkat Kinako, jadi sempat cerita tentang keluarganya sedikit termasuk ayahnya,"jawab Kuroko.
"Ayah dulu juga pemain basket sebelum menikah dengan ibu. Jadi, tak ada salahnya memakai namanya kembali untuk menyamar,"tutur Kinako sambil memantulkan bola basket yang ada di tangannya.
"Oh...ya, okelah,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kembali ke dunia nyata.
"Uhm...dia Yukihira Shuuma, salah satu saudara Kinako. Dia datang menggantikan Izuki-senpai untuk sementara,"jawab Kuroko agak ragu.
"Heee, pantas saja wajahnya mirip Kinakocchi. Agak macho tapi wajahnya shota gitu,"candanya. Kinako yang mendengarnya langsung muncul perempatan di wajahnya.
'Dasar Kise idiot! Ngejek muka orang sembarangan! Awas saja kamu ya!'gerutunya dalam hati.
Sesampainya di gym, mereka membuka jaket dan kaos putih yang merangkap seragam basket mereka. Kise pun berganti baju dan setelahnya menuju bangku panjang untuk meletakkan tasnya. Dari jauh ia melihat Kinako sudah selesai berganti baju dengan cepat dan langsung ke lapangan meminjam satu bola basket dari salah satu anggota tim Kaijo. Ia memantul-mantulkan bola tersebut dan menembaknya ke dalam ring basket dan masuk. Kinako mengenakan baju seragam bernomor 17 dan membuat Kise tak asing dengan baju tersebut.
'Itu bukannya baju yang juga digunakan Kinakocchi?'tanyanya dalam hati.
Akhirnya ia pun memberanikan dirinya untuk mendekati Kinako –ingat dia masih belum tahu siapa Kinako-. "Hei, kamu anggota baru ya?"tanya Kise langsung to the point.
Kinako langsung bergidik saat Kise sudah berada di dekatnya. "I-iya..."jawabnya.
"Aku Kise Ryouta, kau pasti saudaranya Kinakocchi ya?"
"Darimana kau tahu, Kinako?"tanya Kinako pura-pura sok. Ia sudah mulai aktingnya dari sini.
"Heheh, dia pacarku tahu, anak manis itu tak akan kuserahkan padamu begitu saja, mengerti?"ancamnya.
Kinako langsung kaget dan bersemu merah. Berpikir sebentar. Apa Kise selalu seperti ini kalau ada yang tahu tentang dirinya. Padahal saat ini ia sedang menyamar, ternyata tak ketahuan olehnya.
'Bodoh, padahal orangnya ada di depan hidungmu dan kamu mengancamku? Menarik,'batin Kinako.
"Heh, boleh saja. Siapa takut?"balas Kinako mengejeknya.
PRIIIIIIT!
"Berbaris!"seru pelatih.
Semua anggota tim pun berkumpul di tengah lapangan dan berbaris menyamping. Ini pertama kalinya Kinako berbaris sejajar dengan Kuroko dan Kagami dalam satu tim. Di hadapan Kinako persis, ada Kise yang berbaris dengan anggota lainnya.
"Beri hormat!"perintah pelatih.
Permainan pun baru saja dimulai.
To be continued...
Special for: emak dari si kembar, Yukihira Yuzu, yang selalu kuracuni asupan setiap ada kesempatan, karena kalo setiap hari namanya bukan ngasup lagi, tapi neror karena ffnya belum kelar-kelar. Aku pun juga belum kelar bikin ff tapi udah mau nyaplok fandom lain gara-gara efek ngegame.
