WARNING

Yaoi

Din't Like? Don't Read!

Disclaimer: Naruto Masashi Kishimoto

Rating: Mature

Fandom: Naruto

Relationship: SasuNaru | SaiNaru | SasufemNaru

Characters: Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, Shimura Sai ect

Additional Tags: OOC, MISTYPO(S), Drama, Romance

Notes: Cerita ini murni fiksi. Semua kesamaan

nama, tokoh, tempat, dan cerita tidak lain dan

tidak bukan merupakan kesengajaan Author

yang memang sudah STRESS dari sononya.

.

.

.

Author Pov

"Ini... Dia adalah pasien yang harus kau tangani kali ini. Namanya Uchiha Sasuke." Wanita itu menyerahkan selembar foto seorang pemuda tampan pada pemuda pirang yang duduk di hadapannya.

Pemuda itu memperhatikan foto yang diberikan seniornya dengan seksama. "Dia tampan," celetuknya.

"Tidak ada waktu untuk memuji pasienmu sendiri, Uzumaki-san." Tekannya.

"Ara... Ara... Lalu apa yang dialami lelaki ini?"

Wanita itu menghela napas sejenak. Melipat kedua tangannya di depan dada.

"Dia mengalami depresi berat sejak calon istrinya meninggal dunia satu tahun yang lalu. Dia berubah menjadi sosok yang dingin dan tak mampu bersosialisasi dengan baik."

"Jadi, dengan kata lain dia terlihat seperti orang normal pada umumnya, tapi pada kenyataannya dia sulit untuk bersosialisasi. Begitu?"

"Kau tahu petusahaan Uchiha Corporation kan? Dia adalah pemimpin sekaligus pemilik perusahaan itu, Naruto."

"APA?"

.

.

.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Nada suara itu terdengar dingin dan menusuk. Membuat kedua orang itu menoleh ke asal suara.

"Ah, Sasuke..."

"Apa yang kau lakukan pada tunanganku, Sai?!"

Naruto menoleh ke arah Sai, "jadi kau..."

Sai tidak mengatakan apa pun. Pemuda itu hanya terdiam, menatap si pirang. Sedangkan Sasuke menatap bingung ke dua orang itu.

"Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?! Naru, kenapa kau lebih dulu menghubungi Sai?" Bentak Sasuke.

"Sasuke, mungkin kau salah orang. Dia adalah..."

"Apa kalian berselingkuh di belakangku."

"Berselingkuh?" Ulang Naruto, bingung.

"Sasuke, kau salah paham. Dia itu..."

"Diam!" Bentak pemuda raven itu keras. Membuat kedua orang itu berjengkit kaget. "Apa kau ingin mencoba merebut tunanganku, Shimura Sai?!"

"APA?"

.

.

.

"Sebenarnya banyak yang ingin aku bicarakan denganmu. Tapi, ada hal lain yang ingin kuminta darimu."

"A-apa maksudmu?"

"Maukah kau berpura-pura menjadi, Naruko? Tadi aku sempat berpikir, mungkin dengan cara seperti ini Sasuke akan dapat kembali seperti dulu lagi."

"Apa?" Pemuda pirang itu tersentak mendengar ucapan Sai. "Aku rasa ini bukan cara yang baik, Shimura-san. Percayalah, aku sudah menangani banyak pasien depresi sepertinya. Dan bukan suatu yang baik untuknya jika kita terus mengungkit masa lalunya. Terlebih menggunakan sesuatu yang semakin membuatnya berpikir jika masa lalunya itu hanyalah sebuah mimpi buruk."

"Bukankah itu lebih baik? Dengan begitu Sasuke akan melepaskan semua masa lalunya yang kelam."

Naruto menggeleng. "Itu justru akan membuatnya semakin tergantung dengan hal itu. Dan bisa saja kejiwaannya semakin terganggu lebih parah daripada sebelumnya."

"Aku sarankan lebih baik kau mencari orang lain untuk menjadi Dokter Pendamping Terapi Sasuke, Shimura-san. Naruto beranjak dari duduknya. Hendak pergi dari ruangan itu.

"Tunggu..." dengan segera Sai menahan tangannya. "Aku mohon, aku hanya ingin agar Sasuke dapat pulih kembali. Hanya kau lah harapanku."

"Maaf. Aku permisi," Naruto membungkuk singkat sebelum berlalu.

.

.

.

"Kita menikah, bagaimana?"

"Kau benar-benar sudah gila rupanya?!"

"Aku hanya mencari solusi dari masalah kita."

Dengusan sebal dari pemuda pirang itu tak mengusik onyx sang raven yang sedang berusaha meracuni otaknya. Bahkan menatap pemuda pirang itu antusias. Menunggu jawaban si pirang.

"Aku hanya tidak ingin apa yang menjadi milikku jatuh ketangan orang yang tak seharusnya. Dan kau... Semua rahasiamu akan aman jika menikah denganku. Hanya enam bulan. Bagaimana?"

"Apa maksudmu?" Selidik Naruto tajam.

"Aku sudah tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Kau Uzumaki Naruto, bukan Namikaze Naruko, aku akan melindungimu sampai saat itu tiba. Bagaimana?"

"Sepertinya aku harus memeriksa otakmu kembali, Uchiha-san."

.

.

.

"Baik, jika itu yang kau ingin kan. Aku akan memperlakukannya sebagai mana mestinya. Memperlakukannya seperti suamiku. Aku akan tidur dengannya. Apa kau puas, Shimura Sai?"

Nada sinis itu mengalun kasar di telinga Sai. Bahkan iris biru itu menatapnya penuh amarah.

"Terima kasih, Nauto. Saat dia resmi menjadi pendamping hidupmu, belajarlah untuk mencintainya dan lupakan aku."

"Kau tidak perlu mengajari siapa yang harus kucintai." Naruto membalikan tubuhnya. Melangkah menjauh seiring dengan air matanya yang mulai jatuh membasahi pipinya.

Sai tersenyum, tidak sampai ke mata. "Perlahan kau akan sadar siapa yang pantas untuk kau cintai." Balasnya pelan setelah tubuh itu menjauh darinya.

.

.

.

Naruto menarik napasnya dalam sebelum akhirnya membuka mulutnya. Melawan tatapan pemuda yang duduk di hadapannya.

"Aku setuju... menikah denganmu."

"Kau serius?"

"Tak ada lagi waktu untuk bercanda saat ini."

.

.

.

PLAKK.

Beberapa lembar foto menghantam wajah Naruto yang berdiri diam terpaku. Shock dengan tatapan marah Kurama. Bahkan ia tak peduli lagi dengan semua mata yang sedang menatapnya terperangah saat ini. Sedangkan pemuda pirang itu sendiri tetap tertunduk dengan tatapan kosong.

"Ku..."

"Kau pembual ulung. Kau berusaha memeras kami. Kau seorang penipu!"

Teriakan murka itu membuat semua orang terperangah. Secara perlahan kepala Naruto terangkat, menatap tak percaya pada Kurama. Sedangkan di sisi lain seorang pria paruh baya membeku di tempatnya. Menatap kedua wajah itu secara bergantian dengan mata yang sulit di artikan.

"Kau seorang penipu. Begitu tega dirimu menyakiti kami seperti ini. Apa salah kami padamu. Aku menyayangimu melebihi diriku sendiri, tapi kau diam-diam berniat membunuh kami."

"Jaga bicaramu Namikaze Kurama!"

"Kenapa? Apa ada yang salah denganku. Aku anak kandungmu, Minato. Seharusnya kau membelaku. Bukan membela seorang penipu sepertinya."

"Berhenti mencaci makinya."

"Kau... Kau masih membelanya, Uchiha? Kau sadar? Kita semua menjadi korban dari kebusukkannya. Dia... Lelaki ini yang mempermainkan hidup kita."

Wajah itu tetap tenang. Membalas tatapan garang Kurama dengan tatapan dinginnya.

"Aku mengenal istriku."

.

.

.

"Lepaskan aku," bentak Naruto ketika sebuah lengan kekar menyeretnya masuk ke dalam kamar dan menghempaskannya begitu saja ke atas ranjang.

"Kau lihat kan ketololanmu?"

Naruto berdiri, menantang pria di hadapannya. "Itu semua tak ada hubungannya denganmu." Sahutnya dengan nada dingin. Seolah tak mempedulikan tatapan yang kini terperangah saat mendengar ucapannya.

"Kegilaan terbesar di dalam hidupmu adalah mencintai seseorang tanpa batas. Saat kau berusaha menggapainya, mempertahankan cintamu, kau akan berpikir semuanya adalah benar, itu lah surga yang kau cari. Tapi disaat kau gagal, kau akan merasa terpuruk, merasa kakimu tak menapak bumi lagi, hingga akhirnya secara tak sadar kau menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam panasnya api neraka, sama saja mencabut nyawamu secara perlahan. Tak ada pilihan saat cinta itu mulai membutakanmu."

"Berhentilah menyiksa dirimu sendiri dengan cinta konyolmu itu, Naruto. Lupakan Sai, karena sampai kapan pun kau tak akan bisa menggapainya. Dan berhentilah diam terpaku ketika seseorang memakimu!"

Seringai sinis itu menembang begitu saja, membuat onyx di depannya tak berkedip sama sekali.

"Mencintai seseorang tanpa batas? Cih! Kau sedang mengatakan dirimu sendiri hah, Uchiha-san?! Naruko... Namikaze Naruko, kau mencintainya tanpa batas kan? Kau tak tahu apa-apa mengenai hidupku Uchiha. Kau tak tahu apa-apa. Kau tak berhak mencampiri urusanku."

"AKU SUAMIMU!"

"JANGAN MENGINTIMIDASIKU DENGAN KALIMAT ITU. Kau hanya suamiku di atas kertas... Apa kau lupa itu Uchiha-san?!"

"Kau istriku. Secara hukum dan agama kau adalah istriku, Uzumaki Naruto!" Ucapnya tajam dan melemparkan tubuh si pirang ke atas ranjang.

.

.

.

"Aku hanya ingin kau mengakhiri hubungan kalian secepatnya."

Naruto mengangkat kepalanya. Menatap datar gadis yang persis dengannya, yang tengah duduk di hadapannya dengan malas.

"Aku sudah pernah melepaskan seseorang yang kucintai untuk wanita lain. Aku bukan malaikat yang akan terus-terusan mengorbankan diriku untuk kebahagiaan orang lain. Hanya sekali, tak akan pernah ada yang kedua kalinya."

"Kau..."

"Maaf Namikaze-san, tapi tak akan pernah melepaskan sesuatu yang sudah menjadi milikku. Bukan salahku jika Sasuke mencintaiku. Lagipula dari awal anda sudah melepaskannya dan... Aku berterima kasih padamu yang telah mempertemuka kami."

Jaaa

Kepanjangan ya untuk ukuran teaser. Bahkan ini sudah sampai tamat loh. Lol