Fanfic ini adalah sebuah percobaan. Percobaan? Iya, karena selama ini aku gak pernah nulis fanfic multi-chapter dengan jumlah kata sekitar 1000 perchapternya. Pernah ngeliat ada fanfic ngelakuin percobaan ini sebelumnya, dan memang meski rada nyebelin buat pembaca, tapi ini lebih mudah buat penulis. Jadi, aku mau coba~

Oh ya WARNING, para karakter Boboiboy di sini ceritanya udah SMP. Terus ini AU tanpa kekuatan super, juga... ini OOC banget suer. Terutama Boboiboy dan para persona-personanya. Ini perlu buat kebutuhan cerita, karena di sini, Boboiboya kelainan jiwa. Silahkan dinikmati bila berkenan.

Oh ya, sebenarnya gak ada pairing, aku berusaha netral. Fang juga... entah, aku mungkin munculin dia antara di tengah, di akhir atau gak muncul sama sekali, karena aku pusing gimana bagi peran ke dia.

Ok, silahkan dinikmati

Warning: AU, no super power, no-pairing, OOC, friendship, kelainan jiwa, miss typo

Disclaimer: Monsta, pinjem karakternya bentar ya *dilempar meja kantor


Broken Pieces

Pulau Rintis merupakan pulau kecil di negara Malaysia. Pulau yang masih memiliki pemandangan asri. Pulai ini dihubungkan dengan jembatan besar ke pulau utama. Karena itu, pembangunannya cukup maju dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya, namun pada saat yang sama tak semaju seperti di pulau utama.

Banyak pemuda dari pulau Rintis yang akhirnya pergi merantau ke pulau lain, menyisakan orang tua dan anak-anak di pulau kecil tersebut. Bahkan, jumlah anak-anaknya pun tak banyak.

Itulah alasan kenapa sekolah-sekolah di pulau Rintis, meski megah dan bagus, namun terasa kosong. Satu kelas maksimal di isi 10 orang.

Dan itu juga, yang membuat siswa siswi SMP pulau Rintis heboh ketika ada kabar mereka kedatangan murid baru.

"Wow, ini pertama kalinya ada murid pindahan ke sini!" seru siswa keturunan India bernama Gopal.

"Sudahlah, tak perlu berlebihan begitu, lagipula belum tentu masuk kelas kita," tegur siswi berkerudung pink yang bernama Yaya.

"Iya, tak perlu terlalu berharap," komentar siswi keturunan Cina bernama Ying.

Mereka bertiga di kelas II A SMP Pulau Rintis. Dimana untuk kelas II, hanya terbagi dua, II A dan II B.

"Eh, bu guru datang!" seru siswa lain.

"Selamat pagi, bu guru!" pimpin Yaya, yang merupakan ketua kelas II A.

"SELAMAT PAGI, BU GURU!" seru siswa siswi yang lain.

"Selamat pagi murid-murid," kata guru tersebut.

Para siswa siswi kelas II A kecewa saat melihat tak ada siapapun yang mengikuti guru mereka masuk kelas. Itu berarti, anak pindahan itu tidak di kelas ini?

Namun, belum sempat mereka menikmati kekecewaan mereka, seorang murid baru masuk melewati pintu.

Kalau saja Gopal tidak menahan diri, mungkin ia sudah melompat kegirangan. Apalagi, murid baru itu jelas laki-laki! Ia akhirnya dapat teman baru!

Murid baru itu memakai jaket tanpa lengan dan topi dengan warna oranye yang mencolok. Bahkan bisa dibilang, desain topinya... sedikit kekanakan. Itu kadal atau dinosaurus? Tapi karena ia memakainya dengan cara di balik, jadi tak terlalu jelas topi macam apa yang sebenarnya anak baru itu kenakan.

Meski secara penampilan mencolok, terlihat sekali kalau pemalu dan nervous berat. Langkah kakinya pelan dan matanya terus menunduk ke bawah dengan pipinya yang juga sedikit kemerahan. Setelah akhirnya sampai di samping guru, ia berbalik menghadap kelas, sempat menaikkan pandangan namun dengan cepat memandang ke bawah lagi. Dan bagaimana satu tangannya terus bermain dengan ujung jaketnya, menunjukkan kalau ia sangat grogi.

"Hari ini, kalian mendapatkan teman baru, nah, ini Boboiboy yang baru pindah ke Pulau Rintis," terang sang guru.

Akhirnya, anak baru itu mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. "Perkenalkan, aku Boboiboy," katanya pelan.

Nama yang aneh.

Dan di kelas II A, ada yang tidak mampu menahan diri.

"Pfft."

Mendengar ada yang menahan tertawa, Boboiboy segera memandang ke bawah lagi, kali ini wajahnya jadi lebih merah karena malu.

"Sudah sudah, nah Boboiboy, kau bisa duduk di bangku yang kosong di dekat jendela," kata bu guru.

"Baik bu," katanya dan segera melangkah cepat menuju bangkunya.

Kesan yang Boboiboy berikan untuk pertama kali adalah...

Ia seorang siswa dengan penampilan mencolok tapi dengan sifat yang pemalu.

IoI

"Hai, Boboiboy, salam kenal, aku Yaya, ketua kelas di sini."

Boboiboy mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis pada gadis di depannya. "Salam kenal juga," katanya dengan nada ragu.

Entah ini imajinasi Yaya atau tidak, tapi untuk sepersekian detik, Boboiboy terlihat takut.

"Kalau ada yang kau tak mengerti tanyakan saja padaku," kata Yaya seramah mungkin. Mungkin, siswa baru ini seperti Ying, pemalu, tapi Yaya yakin sifat pemalunya bisa meleleh jika ia sudah kenal baik dengannya.

"Yo Boboiboy! Aku Gopal! Salam kenal! Mulai sekarang, kita adalah teman baik!" muncul siswa lain berbadan yang besar yang tiba-tiba mengalungkan lengannya ke leher Boboiboy dengan gaya sok akrab.

Boboiboy segera membatu, kemudian panik. "Eh?" sahutnya tidak mengerti.

"Gopal, kau menakutinya!" muncul siswi lain yang memakai kacamata. "Oh kenalkan, aku Ying," kata Ying sedikit malu-malu.

Boboiboy hanya bisa menyugingkan senyum, terlihat kalau ia tak nyaman disentuh Gopal.

"Aku senang sekali! Ini pertama kalinya ada murid pindahan di sini!" seru Gopal dengan semangat akhirnya melepaskan rangkulannya juga.

"Tidak begitu juga, maksudnya, untuk kami, baru kali ini ada murid pindahan di angkatan kami," terang Yaya, memperbaiki kosakata Gopal yang hiperbola.

"Oh... begitu...," gumam Boboiboy, tampaknya mulai mengerti situasi dirinya.

"Jadi, kenapa kau pindah ke sini?" tanya Ying.

Boboiboy terperanjat dan tampak sedikit kalang kabut. "Uh... hm... aku...," Boboiboy gelagapan.

Yaya segera menyikut sahabat karibnya, pertanyaan itu meski terdengar tanpa dosa tapi mungkin sudah menyinggung topik sensitif untuk Boboiboy.

"Tak perlu dijawab kalau kau tak mau, oh ya, nanti saat istirahat siang, kuajak kau keliling sekolah, bagaimana?" tanya Yaya, mengalihkan pembicaraan.

Boboiboy tampak lega karena ia tidak harus menjawab dan akhirnya mengangguk.

Kesan kedua dari Boboiboy adalah... ia lebih pemalu dari Ying dan tampaknya sedikit kesulitan dalam bersosialisasi, tapi selebihnya... ia kelihatannya anak yang baik.

IoI

"Di situ kantin, nah kalau kita jalan lurus ke sana itu lapangan..."

Boboiboy mengangguk dan mencatat sesuatu di notes kecil di tangannya.

Yaya mengedipkan mata beberapa kali, apa Boboiboy sedang mencatat apa yang ia jelaskan?

"Itu catatan apa Boboiboy?" tanya Gopal yang ada di samping Boboiboy.

Kelihatan sekali kalau Boboiboy tak ingin ada orang lain yang membaca catatannya dan cepat-cepat menutup notes kecilnya.

"Bukan apa-apa," jawabnya cepat.

Yaya hanya mengernyitkan dahi, ia melihat pulpen yang masih digenggam Boboiboy sementara notesnya sudah dimasukkan ke saku jaketnya. Pulpen itu adalah pulpen dengan banyak warna, intinya seperti empat pulpen dijadikan satu. Yaya tahu model pulpen seperti ini tapi tak suka dengan bentuknya yang terlalu besar untuk tangan kecilnya.

"Sudahlah, jangan ganggu Boboiboy, Gopal!" tegur Ying, sang siswa berbadan besar itu hanya tertawa cengengesan. Sementara Boboiboy segera menaruh pulpen yang ia genggam ke dalam saku jaketnya.

Yaya segera menggelengkan kepalanya. Sebaiknya lanjutkan saja tur keliling sekolahnya. "Nah, kalau kita masuk ke gedung ini..."

IoI

Boboiboy adalah seorang pemuda yang... simpel dan sederhana. Pendek kata, ia pemalu dan sangat menahan diri. Dalam banyak kesempatan, kentara sekali kalau ia mencoba untuk menjadi tidak terlihat. Namun bodohnya, dengan penampilannya yang sangat mencolok, itu mendekati mustahil.

Tapi, selebihnya, ia anak yang baik. Ia tidak pernah berkata kasar, yah memang sih karena dia juga tidak banyak bicara. Ia juga terlihat suka membantu orang. Sekali waktu, ia pernah membantu Gopal piket tanpa diminta. Atau membantu Yaya membawakan hasil pekerjaan rumah.

Singkatnya, ia pemalu dan pendiam, tapi baik.

Meski, Yaya, Ying dan Gopal berharap, Boboiboy mau membuka dirinya lebih jauh pada mereka. Kelihatan sekali kalau ia selalu menjaga jarak dengan mereka. Sudah seminggu sejak ia pindah dan belum ada perubahan berarti dari sikapnya semenjak datang.

Karena itu...

"Boboiboy, main bola yuk!"

Itu pertama kalinya, Yaya, Ying dan Gopal melihat wajah Boboiboy terlihat berseri-seri. Meski hanya mengangguk, namun terlihat kalau teman baru mereka ini sangat senang diajak bermain bola.

"Kau suka main bola, Boboiboy?" tanya Ying.

Boboiboy tersenyum tipis, terlihat agak malu. "Iya," jawabnya singkat namun itu berarti kalau ia sangat menyukai permainan bola, karena wajahnya sangat bersemangat.

"Oke, kita main satu lawan satu!" seru Gopal yang sudah sampai duluan di lapangan. Boboiboy menoleh kepada dua orang temannya yang lain.

"Ah, aku tidak bisa main bola," jawab Yaya.

"Aku juga menonton saja," jawab Ying. Keduanya menjawab pertanyaan Boboiboy yang tak terucap.

Boboiboy kelihatan agak kecewa namun tak mengatakan apapun. Ia segera fokus bermain bola bersama Gopal.

Sebenarnya, Yaya dan Ying tidak harus menonton permainan bola, yang agak sedikit menyedihkan karena cuma dimainkan oleh dua orang, ini. Tapi, mereka ingin mengenal kawan baru mereka lebih jauh. Dan ini pertama kalinya, mereka melihat Boboiboy terlihat senang.

Senyum yang ada di bibirnya sekarang adalah senyum yang murni karena senang. Bukan senyum tipis, senyum nervous ataupun senyum tertahan yang selama ini terlihat.

Saat sedang bermain dengan semangat, Gopal tak sengaja menendang bola dengan kencang dan menghantam wajah Boboiboy. Temannya yang bertopi itu segera jatuh, topinya terlepas, dan notes kecil serta pulpen yang selalu ia bawa di dalam saku jaketnya ikut berhamburan.

"Ya ampun, Boboiboy, kau tidak apa-apa!?" seru Gopal panik, merasa bersalah. Kedua gadis yang lain pun segera menghampiri mereka.

Sebenarnya, Gopal tahu ia salah, namun begitu ia melihat wajah Boboiboy ada merah bulat karena bola, ia tak sanggup menahan tawa.

"Hahaha... maaf, tapi wajahmu lucu, hahaha," Gopal tak mampu menahan diri.

Yaya mendelik kesal padanya namun belum sempat ia mengatakan apapun, Boboiboy sudah berdiri.

"BRENGSEK! Orang lagi luka malah diketawain!"

Yaya dan Ying hanya mampu terdiam dengan mata membelalak. Mereka mengerjapkan mata, saling pandang kemudian memandang Boboiboy dengan wajah tak percaya. Gopal pun sudah berhenti tertawa dan hanya mampu mematung memandang Boboiboy.

Boboiboy selama ini tak pernah meninggikan suaranya, apalagi kata-kata kasar. Dan lagi, Boboiboy yang sekarang sedang melotot pada Gopal terlihat sangat asing. Boboiboy yang biasanya pemalu jarang mau bertemu wajah dengan orang lain, tapi sekarang...

"Awas! Ketawa sekali lagi...," Boboiboy mengepalkan tangannya dan Gopal hanya mampu merinding ketakutan dan segera menutup rapat mulutnya.

Boboiboy mengusap wajahnya, yang masih merah karena kena hantam bola, dengan raut masam. Ia segera memungut topinya kemudian memakainya, namun kali ini lain dari biasanya. Ia memakai topi itu dengan benar, maksudnya, tidak di kebelakangkan seperti biasanya.

Lalu, ia menarik topi itu begitu rendah, sampai bagian depan topi seakan membayangi wajahnya. Tapi, daripada memberikan kesan 'pemalu', justru bayangan topi di wajah Boboiboy, memberikan kesan seram...

Ia kemudian mengambil notes dan pulpennya, sempat mendecak lidahnya dengan kesal dan akhirnya berlalu meninggalkan Yaya, Ying dan Gopal yang hanya bisa terpaku di lapangan.

Apa yang baru saja terjadi?

TBC


Ya, bukan TBC tuberkulosis, tapi to be continued. (ya iyalah, masa ya iya dong?)

Jadi, ya benar, di sini, Boboiboy punya kelainan jiwa *nari kesenengan

Kelainan jiwanya apaan? Ya ampun, pasti tahu lah apaan... *nggak mau jawab sekarang

Nah, karena kelainan jiwa itulah, Boboiboy sifatnya jadi pemalu gitu. Sebenarnya bukan pemalu... dia cuma jaga jarak sama orang lain, gak mau terlalu dekat. Ia juga takut, takut ketauan kalau dia sakit jiwa.

Ok, kira-kira segitu aja deh, chapter pertama, sumpah gaje banget. Kalau yang review sedikit, ini discontinued ah *dilempar bata sama pembaca

Makanya, review~