"Gadis ini sangat cantik." ujar seorang wanita paruh baya berkerudung putih dengan mata berbinar melihat sebuah foto gadis cantik berkerudung dengan warna merah jambu yang sedang duduk dibangku taman didepan masjid.
"Ya gadis ini memang cantik." ucap seorang pria tua yang duduk didepan wanita tadi.
"Aku tidak mau kalau hanya cantik fisik tapi juga cantik akhlaknya." sahut pria paruh baya yang duduk disamping wanita berkerudung putih. Pria tua itu tersenyum.
"Dia sangat sopan dalam betuturkan kata bahkan suaranya sangat kecil kalau berbicara dengan laki-laki yang bukan mahromnya, ia akan sering menundukkan kepala. Ia benar-benar menjaga penglihatannya. Pemalu. Dia sangat pemalu apalagi wajahnya sering merona. Kata istriku, gadis ini sangat menjaga sholatnya baik wajib maupun sunnah, ia juga menjaga puasa sunnahnya. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi mengenai gadis ini tapi saya jamin. Gadis ini sangat cocok." ujar pria tua itu dengan rasa bangga dihatinya.
"Baiklah." kedua suami istri itu tersenyum mendengar perkataan pria tua yang duduk dihadapan mereka.
"Kami terima."
.
.
.
.
.
.
.
Aku Ingin Menikah
Chapters 1
Pair . SasuSaku.
Rate . T
Genre . Islami . Romance
Discalimer . Masashi Kishimoto
By
Author
Mitsuki HimeChan
Baturaja, 28 Februari 2016
.
.
.
.
.
Semua mahasiswa/mahasiswi muslim dan muslimah Universitas Islam Konoha atau yang sering disingkat UNISKO. Kini tampak berdiri didepan aula dengan senangnya karena hari ini Lembaga Dakwah Kampus (LDK) mereka mengadakan talk show dengan tema 'Cinta Islami' yang juga akan dihadiri langsung oleh seorang Hafizd Qur'an lulusan Cairo berdarah Jepang-Indonesia.
Siapa yang tak mengenal sosok pemuda tampan itu, ia adalah anak pengusaha muslim terkaya di Asia. Bahkan posisi President Direktur akan segera ia duduki. Dia juga Hafizh Qur'an, penulis buku, sekaligus pengusaha muda yang sukses karena diusianya yang baru saja menginjak usia 17 tahun ia sudah berhasil membantu sang ayah mengembangkan bisnis mereka hingga sampai pasar Eropa dan kini pemuda itu berusia 27 tahun dan diusianya yang sudah matang ini seharusnya ia sudah memiliki pasangan hidup tapi lagi-lagi, ia masih ragu dan akhrinya hanya menurut saja saat orang tuanya juga ikut turun tangan.
Dialah, Uchiha Sasuke.
Dengan wajah dingin tapi terkesan ramah, Sasuke berajalan memasuki aula diiringi dengan tepuk tangan para mahasiswa/mahasiswi yang menghadiri acara tersebut. Sasuke duduk dikursi yang ada altar bersama dengan seorang ulama, ketua umum LDK UNISKO, ketua umum Sastra Muslim Konoha, dan juga seorang moderator yang berdiri dengan microphone yang ada ditangannya.
"Assalamu'alaikum warrohmatullohi wabarokatu!" seru moderator mengucapkan salam dan yang siap membuka acara.
"Waalaikum'salam warrohmatullohi waborokatu!" jawab semua orang yang hadir.
"Apa kabarnya UNISKO?!"
"Alhamdullillah luar biasa Allahu akbar!"
"Alhamdullillah pada semangat ya hari ini semoga Allah selalu senan tiasa melimpahkan segala nikmat kesehatannya bagi kita semua amin, amin ya robbal alamin."
Seorang gadis berkerudung biru toska tengah berjalan dengan pelan dibalik kerumunan orang-orang yang berdiri. Ia memakai id card yang terpasang dilehernya dengan tulisan 'Panitia' gadis yang memiliki sepasang emerald indah itu tampak bersembunyi dibalik salah satu pilar yang ada didalam ruangan tersebut dan sesekali ia mengintip dan melihat kearah Sasuke yang kini sedang memberikan penjelasan mengenai kenapa islam melarang adanya pacaran.
Hatinya bergetar dan rona merah menghiasi kedua pipinya. 'Ya Allah, maafkanlah aku karena aku menyukainya, aku kagum padanya, meski aku tak dapat menggapainya. Ya Allah maafkanlah kedua mataku serta niat ku untuk memeprhatikan wajahnya, sebentar saja ya Allah.' bantinya. Gadis itu sedikit terkejut saat Sasuke melihat kearahnya dan buru-buru ia kabur dari tempatnya bersembunyi tadi.
Setelah acara selesai dan para tamu yang datang langsung menyerbu sebuah meja yang sudah disiapkan oleh panitia untuk menjual buku yang ditulis oleh Uchiha Sasuke dan dibubuhi oleh tanda tangannya.
"Ada pena?" tanya Sasuke cukup bingung.
"Kalau spidol ada." jawab gadis cantik yang tadi mengintip Sasuke secara diam-diam. Gadis itu menyerahkan sebuah spidol berwarna biru dongker yang katanya warna kesukaan Sasuke.
Sasuke tersenyum kecil dan menerima spidol tersebut dan segera menadatangani buku-buku yang sudah dibeli.
Gadis itu berdiri diam dibelakang Sasuke dan sesekali membantu jika Sasuke membutuhkannya dan jangan tanya lagi apa yang dirasakan gadis itu, gugup, malu, serta wajahnya yang kini sudah berubah warna menjadi merah seperti tomat.
Acara selesai dan semua buku milik Sasuke habis terjual. Semua panitia tampak senang bisa foto bersama dengan Sasuke bahkan meminta tanda tangan. Gadis itu menundukan kepalanya karena malu dan gugup.
"Sakura!" seru salah satu temannya. Temannya itu menarik lengannya dan mendekatkan dirinya kepada Sasuke. Sakura benar-benar gugup karena saat ini ia berdiri berdapingan dengan Sasuke.
"Uchiha-san, ini Sakura. Dan dialah yang menyarankan kami agar anda saja yang hadir dalam acara kami ini dan ternyata hasilnya luar biasa, yang hadir sangat banyak." ujarnya.
"Ino." ucap Sakura pelan.
"Baiklah kalian foto dulu ya karena cuma Sakura saja yang belum foto sama Uchiha-san." ujar Ino sambil melihat Sasuke dan Sakura bergantian.
"Iya." sahut Sasuke singkat.
Sakura dan Sasuke pun berdiri berdampingan namun tidak terlalu dekat karena mereka tau batasan antara laki-laki dan perempuan.
Ckrek.
Sakura segera megeluarkan sebuah buku dari dalam tas kecilnya dan meminta tanda tangan Sasuke. "Bolehkan?" tanya Sakura gugup. "Tentu." Sasuke mengangguk lalu menandatangani buku tersebut yang memang ditulis oleh Uchiha Sasuke sendiri.
"Ini spidol milik mu kan? Terima kasih." ujar Sasuke dan menyerahkan spidol beserta buku yang baru saja ia tanda tangani. Sakura menerimanya lalu berterima kasih..
Sasuke pamit dengan para panitia karena akan segera pulang. Sakura sendiri masih sangat gugup.
"Aku tahu, kau menyukai Uchiha Sasuke sejak pemuda itu menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Islam itu Indah lalu buku Cinta dibalik Hujan." ujar Ino yang berdiri tepat disamping Sakura.
"Iya." Sakura mengangguk setuju karena pada dasarnya memang Sakura menyukai Sasuke sejak buku pertama yang diterbitkan oleh Sasuke. Buku itu penuh motivasi dan inspirasi mengenai islam yang memang adalah agama damai dan penuh cinta. Sakura menyukai tata bahasa yang digunakan Sasuke. Ringan, mudah dipahami, serta tidak terlalu muluk-muluk. Sakura menyukainya.
"Semoga dialah jodohmu Sakura." ujar Ino dengan senyum jahil diwajahnya.
"Eh? Eng-eng-enggak mu-mungkinlah, Sasuke itu ganteng, kaya, hafizd Qur'an pula, aku mah apa? Cantik enggak, kaya enggak, Hafiza Qur'an? Aku aja cuma hapal juz 29 dan 30. Aku juga gak pintar seperti Sasuke." ujar Sakura, ada nada sedih dibalik semua perkataannya dan Ino menyadari hal itu.
Ino merangkul pundak sahabat baiknya itu. "Kalau Allah sudah berkendak, manusia bisa apa?" tanya Ino. Sakura terdiam.
"Semua yang terjadi didunia ini atas izin Allah, Sakura dan kita hanya menjalani dan menurut dan masa depan kita Allah yang mengatur. Kau tenang saja." Sakura mengangguk mendengar penejelasan Ino.
"Sekarang kita beres-beres dulu lalu pulang, oke?" tanya Ino.
"Oke!" Sakura tersenyum.
.
.
.
.
.
Sasuke merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dan mencoba untuk menutup kedua matanya untuk sebentar namun suara ketukan dipintu kamar menyadarkan dirinya.
Sasuke bangkit lalu membuka pintu kamar. Itachi tersenyum melihat wajah adiknya yang terlihat lelah.
"Ada yang ingin ayah katakan padamu ayo turun." ajak Itachi.
"Hn." Sasuke mengangguk lalu keluar dari dalam kamarnya dan mengikuti kakaknya dari belakang.
Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto telah duduk disofa dengan nyaman sambil menikmati seduhan teh hangat. "Duduklah." ucap Fugaku.
"Iya." Sasuke duduk disofa bersama dengan Itachi.
"Ayah sudah menemukan calon yang pas untuk mu Sasuke dan ayah sudah melamarnya. Hari pernikahan kalian hari jum'at ini." ujar Fugaku. Sasuke dan Itachi kaget mendengarnya bahkan susah untuk meneguk ludah.
"Ayah, kenapa cepat sekali seperti ini bahkan aku belum mengenalnya." ujar Sasuke. Fugaku hanya diam saja lalu menaruh cangkir tehnya diatas meja.
"Itu tujuan ayah Sasuke, ayah ingin kalian saling mengenal satu sama lain setelah pernikahan karena kau tahu sendiri didalam keluarga kita tidak ada yang namanya pacaran semua ta'aruf." sahut Fugaku. Sasuke menghela nafasnya.
"Baiklah ayah tapi kenapa cepat sekali hari pernikahannya?" tanya Sasuke bingung. Karena hari ini adalah hari selasa dan itu artinya hari pernikahannya tinggal satu hari lagi.
"Kami tidak mau hal baik seperti ini ditunda terlalu lama apalagi kau sudah cukup umur, Sasuke." jawab Fugaku.
"Baiklah jika itu hal yang baik bagi ayah dan ibu maka aku akan terima, lalu siapa nama gadis yang akan aku nikahi?" tanya Sasuke lagi.
"Haruno Sakura."
.
.
.
.
.
"Uchiha Sasuke." tubuh Sakura menegang bahkan jantungnya berdegup kencang tak terkendali mendengar nama yang disebutkan oleh pamannya.
"Dia yang akan menikah dengan mu Sakura." ujar Iruka selaku paman Sakura.
'Semua yang terjadi didunia ini atas izin Allah, Sakura dan kita hanya menjalani dan menurut dan masa depan kita Allah yang mengatur. Kau tenang saja.' kata-kata Ino tadi siang berputar dan menari diingatan Sakura. Ia tak menyangka akan semua hal ini. Apalagi kata pamannya bahwa kedua orang tua Sasuke sudah setuju bahkan Sasuke sendiri mau menikah dengannya.
"Paman serius?"
"Paman serius dan ijab qobulnya akan dilaksanakan dimasjid Islamic Center."
"Apa paman dan bibi mau menjadi waliku?"
"Tentu saja Sakura."
.
.
.
.
.
"Orang tuanya sudah meninggal dunia saat ia berusia tujuh tahun karena kecelakaan mobil jadi saat ini Sakura ikut tinggal bersama dengan paman dan bibinya." ujar Mikoto.
"Kalian tidak boleh bertemu sampai nanti ijab baru boleh." imbuhnya.
"Ayah." panggil Sasuke.
"Iya?"
"Terima kasih."
"Untuk Saukra."
"Tentu."
"Kau mengenal Sakura?" tanya Itachi.
"Tidal, hanya saja tadi saat aku menghadiri sebuah acara, banyak orang mengatakan bahwa dia gadis cantik berakhlak mulia."
Fugaku tersenyum mendengarnya. Benar-benar gadis yang cocok untuk Sasuke! pikirnya.
.
.
.
.
.
Bersambung~
