Ayah? Ibu? by LYBP HiNa Sasa

Naruto by Masashi Kishimoto

T/T+

Family, Hurt/Comfort

Naruto U x Ino Y

Warning : AU, Typo, OOC, Pasaran dll.

Summary : Mereka egois! Mereka tidak pernah bisa memahami perasaanku yang menginginkan keluarga yang rukun, harmonis dan utuh. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan tentang aku?Apa aku memang tidak pernah diharapkan oleh mereka? Kalau memang benar kenapa mereka tidak berusaha untuk menggugurkanku saja, dari pada aku harus seperti ini.

.

.

.

.

.

Kebahagiaan.

Kasih sayang.

Dan cinta adalah tiga hal yang indah yang bisa dirasakan dalam kehidupan ini. Namun dari mana kita bisa mendapatkan ketiga hal itu dengan pasti?

(Kekasih atau pacar?)

Akh, lupakan mereka bisa selingkuh dan menduakan kita saat kita tidak bersama mereka. Mungkin hanya setengah persen pasangan yang setia dan setengah dari setengah persen dari mereka benar-benar setia.

(Teman dan sahabat?)

Mereka hanya memberikan kasih sayang yang tidak bisa melebihi cinta.

(Lalu siapa yang bisa memberikan ketiga hal yang indah itu? Keluarga?)

Akh, iya. Kalian benar, hanya keluarga yang bisa memberikan ketiga hal itu tanpa imbalan apa pun.

Berkumpul bersama keluarga terutama ayah dan ibu adalah kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa kita dapat dari teman atau kekasih. Bersama ayah dan ibu kita juga bisa mendapatkan kehangatan keluarga yang utuh dan harmonis.

Kasih sayang pun bisa kita dapatkan dari mereka sejak kita dalam kandungan. Cinta? Jangan diragukan lagi. Saat kita sakit orang tua lah yang paling panik sedangkan teman dan sahabat atau kekasih hanya bisa menyemangati kita untuk cepat sembuh.

Tapi sepertinya keluarga yang ku katakan tadi tidak cocok dengan pendeskripsian keluargaku, terutama ayah dan ibuku.

(Kenapa?)

Karena...

(...)

Sejujurnya orang tuaku berbeda dengan orang tua kebanyakan orang yang bisa rukun dan harmonis.

(?)

Oke, mungkin dalam keluarga ada istilah badai pasti selalu datang silih berganti dalam kehidupan berkeluarga. Tapi yang namanya badai datang gak setiap hari kan?

(?)

Kalian masih bingung?

(Iya.)

Baiklah akan aku beritahu, tapi ini rahasia antara kau dan aku.

.

Sebelum memulai bercerita izinkan aku untuk memperkenalkan diri. Namaku adalah Kou Namikaze, umurku 14 tahun. Aku merupakan anak tunggal dari Naruto Namikaze dan Ino Yamanaka.

(Ino Yamanaka itu dulu sekarang Ino Namikaze kan?)

Tidak juga. Ibuku tidak pernah mau mengganti nama belakangnya dengan Namikaze, dia tetep ngotot ingin menggunakan nama Yamanaka dibelakang namanya.

(Loh? Bukannya mereka sudah menikah?)

Ya, dan ini merupakan salah satu dari masalah yang akan aku ceritakan pada kalian. Jadi tolong dengarkan aku, karena aku sedang butuh teman curhat.

Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku ini adalah anak tunggal dari Naruto Namikaze dan Ino Yamanaka. Alasan kenapa ibu tidak mau mengganti nama belakangnya walaupun sudah menikah yaitu karena ibuku sangat membenci ayahku.

(...)

Bukan hanya ibuku yang benci pada ayahku tapi ayahku juga sangat membenci ibuku.

(!)

Jangan kaget, aku juga awalnya tidak percaya kalau mereka itu saling membenci tapi seiring berjalannya waktu aku jadi percaya kalau mereka memang saling membenci, apa lagi setiap hari mereka selalu bertengkar dan selalu pergi dengan selingkuhan mereka masing-masing secara terang-terangan.

Kenapa aku tahu semua ini? Tentu saja karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, walau aku akui umurku masih terlalu muda tapi aku sudah mengerti apa yang terjadi diantara mereka. Bahkan ketika mereka bertengkar pun mereka tidak pernah melihat sekitar mereka dan memperdulikan aku.

Aku ini bagaikan anak yang tidak mereka harapkan kehadirannya. Aku sendiri bingung kenapa mereka bisa seperti ini? Mereka menikah dan sudah memiliki aku tapi kenapa kerjaan mereka selalu bertengkar dan bertengkar.

Apa pernikahan mereka hanya karena perjodohan paksa karena urusan bisnis? Tapi kenapa aku harus kena dampak dari itu semua.

Dampak apa yang aku terima? Banyak.

Setiap mereka bertengkar aku selalu menangis tanpa mereka ketahui.

Setiap mereka berteriak aku selalu ketakutan di dalam kamar.

Setiap mereka merusak barang aku selalu menjerit dalam hati dan berkata "kenapa? Kenapa mereka selalu seperti ini? Kenapa mereka tidak pernah bisa rukun satu sama lain. Apa mereka tidak memperdulikan aku bila aku melihat kelakuan mereka?"

Dan dampak yang paling kurasakan adalah sakit dihati, kesepian dan kerinduan yang aku rasakan karena mereka.

Anak mana yang tidak akan sedih dan sakit bila orang tuanya bertengkar bahkan saling melempar makian di depan kita?

Anak mana yang tidak akan kesepian bila ayah dan ibunya selalu pergi bahkan jarang pulang untuk menemani kita? Bahkan sekalinya mereka pulang rumah langsung berubah seperti neraka.

Dan anak mana yang tidak akan merasakan kerinduan orang tuanya bila ayah dan ibunya tidak pernah memperhatikan kita lagi?

Dan itulah yang aku rasakan.

Aku ini anak mereka tapi mereka terlihat seperti tidak memiliki anak. Bahkan mereka lupa kapan aku ulang tahun dan berapa umurku saat ini. Mereka terlalu egois dengan pemikiran mereka sendiri hingga melupakan aku. Mereka egois! Mereka tidak pernah bisa memahami perasaanku yang menginginkan keluarga yang rukun, harmonis dan utuh. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan tentang aku?

Apa aku memang tidak pernah diharapkan oleh mereka? Kalau memang benar kenapa mereka tidak berusaha untuk menggugurkanku saja, dari pada aku harus seperti ini.

Ayah...

Ibu...

Apakah kalian menyayangiku?

Jika iya kenapa kalian tidak bisa berdamai?

Aku disini menderita ayah, ibu.

Aku selalu merasa sendirian selama ini.

Aku ingin memeluk kalian berdua secara bersamaan, tapi... jangankan untuk bersamaan. Saat kalian sendiri saja kalian selalu menolakku walau secara halus. Aku ingin pelukan hangat ayah dan ibu, kapan aku bisa merasakan pelukan hangat kalian Ayah? Ibu?

Aku disini hanya bisa duduk terdiam dibangku taman seorang diri. Menatap anak-anak kecil yang asik bermain bebas bersama yang lain dan orang tua mereka yang menunggui mereka dengan senyum hangat yang terukir. Kini aku hanya bisa menunduk. Kapan ayah dan ibu bisa seperti itu?

Ku pejamkan kedua mataku. Sekilas memori yang buruk bagiku melintas lagi bagai kaset yang tidak ada habisnya. Memori saat aku pulang sekolah dan hendak masuki rumah, namun yang ku dapati adalah lagi-lagi ayah dan ibuku bertengkar.

Flashback.

PRANGG...

Suara pecahan piring atau gelas membuatku terdiam di depan pintu masuk saat diriku ingin memasuki rumah milik kakek Minato. Untuk saat ini yang mungkin ada di rumah adalah ayah dan ibu, berhubung nenek dan kakek sedang pergi keluar kota untuk menjenguk bibi Karin (kakaknya ayah) yang sedang sakit. Aku sengaja tidak ikut karena minggu ini ada ulangan kenaikan kelas bagiku.

"SUDAH BERAPA KALI AKU KATAKAN JANGAN PERNAH MENCAMPURI URUSANKU NARUTO!" Suara teriakan ibu terdengar saat aku baru memasuki rumah ini.

"Dan kau juga lebih baik tidak usah mencampuri urusanku!" Ujar dingin dan datar ayah saat aku berdiri di dekat ruang keluarga. Seharusnya mereka bisa melihatku disini karena aku tidak bersembunyi dimana pun dan justru menampakan wujudku.

"Cih, siapa juga yang sudi mencampuri urusanmu. Lebih baik kau ngaca dulu bagaimana kau brengsek. Kau juga selingkuh tapi kau hanya menuduhku seorang demi menjaga nama baik keluargamu!? Eh! Jangan buat aku tertawa. Jika kau ketahuan selingkuh oleh para publiks rasakan, tapi ingat jangan bawa-bawa aku karena aku bukan siapa-siapa mu?" Mereka terus bertengkar kan walau aku berada di dekat mereka.

"Heh, kau memang buka siapa-siapaku. Bagiku kau hanya wanita pembawa sial bagi kehidupanku." Bahkan makian pun masih bisa keluar dari mulut mereka.

"Brengsek kau Naruto! Kau sendiri yang membuatku seperti ini kau ingat!"

"Tidak. Dan untuk apa aku mengingatnya, mana sudi, cih." Ujar ayah sambil membuang ludah kelantai.

"Brengsek."

PRANGG...

Melihat ibu sudah melemparkan piring aku lebih memilih meninggalkan mereka berdua dan merenungi nasibku di taman.

Flashback end.

Mengingat itu membuatku muak sekaligus sedih secara bersamaan. Sebenarnya apa yang membuat mereka bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan kalau mereka saling membenci?

"Kou?" Panggil sebuah suara yang tidak asing bagiku. Itu suara Aoko Uchiha temanku, ayahnya pun adalah sahabat ayahku yang tidak lain bernama Sasuke Uchiha.

"Oh kau Aoko. Sedang apa kau disini?"

"Aku sedang jalan-jalan terus tidak sengaja aku melihatmu sendirian, ya sudah aku putuskan untuk mendekatimu. Kau sendiri sedang apa melamun disini?" Ucap Aoko sambil melangkah duduk disebelahku.

"Meratapi nasib." Jawabku asal. "Mungkin."

"Kau aneh."

"Terima kasih."

"Hei itu bukan pujian." Ucapnya sedikit berteriak namun aku tidak perduli. Aku dan dia hanya diam sambil menatap anak kecil yang tentunya memiliki umur di bawah kami sedang asik bermain di dalam kotak pasir, hingga sebuah suara membuat kami berdua menoleh secara bersamaan.

"Papa!" Pekik Aoko saat melihat ayahnya menghampirinya dan membuat Aoko langsung berlari dan memeluk ayahnya. Sepertinya mengasikkan bila bisa seperti Aoko.

"Kou kau disini?" Tanya ayah Aoko.

"Iya paman. Paman Sasuke baru pulang?" Tanyaku dan paman Sasuke pun melangkah mendekatiku dengan Aoko yang digendong dibelakang punggungnya. Ck, gadis itu sudah besar tapi masih saja manja pada ayahnya, membuatku iri.

"Iya. Aku baru saja pulang dari Suna dan saat melewati taman aku melihat kalian berdua jadi ku putuskan untuk beristirahat disini saja dulu." Ujar paman Sasuke yang sekarang berjongkok untuk menurunkan Aoko. "Ayo turun Aoko."

"Enggak mau. Aku masih kangen sama papa, papa kan sudah pergi selama seminggu dan hari ini aku ingin memeluk papa seharian sampai aku puas." Ujar Aoko manja membuatku menatap kecut pada mereka.

"Jadi kau mau memeluk papa saja?" Aoko mengangguk. "Tidak mau mengambil oleh-oleh." Lagi-lagi dia mengangguk, namun detik berikutnya dia berkata...

"Papa bawa oleh-oleh? Mana?" Tanya antusias Aoko sambil melepaskan pelukan dileher ayahnya.

"Tentu. Ada dimobil."

"Berikan kunci mobilnya padaku." Pinta Aoko sedikit memaksa. Aku heran dia itu mengikutin siapa sih? Ku rasa ayahnya adalah tipe lelaki yang tidak banyak omong, ibunya juga adalah wanita pemalu yang lemah lembut tapi kenapa anaknya seperti ini. Oke mungkin hanya fisiknya saja yang mengambil dari ibunya, rambut indigo dan mata putih yang cantik.

"Ini." Ujar paman Sasuke seraya memberikan kunci mobil pada Aoko. Dan setelah menerima kunci itu Aoko langsung pergi entah kemana.

"Kenapa kau tampak sedih Kou?" Tanya paman Sasuke padaku. Tapi aku hanya diam.

"Baiklah aku tidak akan membuatmu tambah sedih."

"Paman boleh aku bertanya sesuatu?" Ucapku langsung dan membuat paman Sasuke terdiam.

"..."

"..."

"Apa?"

"Paman dan ayah sudah bersahabat sejak lamakan?"

"Iya. Lalu?"

"Apa paman... tau alasan ayah dan ibuku menikah?" Kuberanikan diri bertanya padanya.

"?... Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Hanya penasaran dengan kisah cinta mereka." Jawabku yang tidak sepenuhnya berbohong.

"Apa ada alasan lain?"

"Tidak."

"Kau pasti melihat mereka bertengkar lagi?" Ujar paman Sasuke yang entah dari mana mengetahui bahwa ayah dan ibu sering bertengkar.

"..."

"Sekarang aku bertanya padamu, bagaimana menurutmu tentang kisah cinta mereka?"

"Tidak ada."

"Maksudmu?"

"Aku tidak bisa melihat tatapan cinta dari mereka selain... tatapan kebencian." Ujarku bersamaan dengan Aoko yang datang kembali dengan kantung permen.

"Hayo lagi apa? Lagi ngomongin aku ya?" Tanya Aoko dengan nada jahil. Lalu paman Sasuke menarik hidungnya.

"Iya, kami bilang kalau kau adalah gadis yang jelek." Ujar paman Sasuke dengan gemas sambil menarik dan mencubit hidung Aoko.

"Akh... sakit. Aku bilangin mama nanti." Ujar manja Aoko dengan hidung merah dan mata berkaca-kaca.

"Jangan cengeng. Sini duduk samping papa."

"Gak mau. Aku mau duduk samping Kou week." Ujar Aoko dan langsung duduk disebelah kiri ku sehingga membuatku berada di tengah-tengah antara paman Sasuke dan Aoko.

"Karena tadi aku ngeliat kamu kayak orang putus cinta nih aku kasih permen satu." Ucap Aoko padaku sambil menyodorkan permen lolipop. Berhubung aku suka manis aku terima pemberiannya dan mengucapkan terima kasih.

Pluk...

Kurasakan sebuah telapak tangan bertengger manis di atas kepalaku. Dan aku tahu itu adalah tangan paman Sasuke.

"Aku tahu kau muak dengan pertengkaran mereka kan?" Aku mengangguk sambil membuka lolipop pemberian Aoko.

"Apa kau benar-benar ingin tahu atas dasar apa mereka menikah?" Tanya paman Sasuke meyakinkan bahwa aku benar-benar ingin tahu.

"Mereka menikah bukan atas dasar cinta. Boro-boro untuk merasakan cinta yang ada hanya kebencian yang entah timbul karena apa pada diri mereka masing-masing."

Sambil mendengarkan ucapan paman Sasuke, aku masukan permen lolipop ke mulutku sambil berpikir 'rupanya sudah sejak dulu mereka saling membenci?'

"Pasti perjodohan yang membuat mereka menikah?" Ujarku namun paman Sasuke menggeleng.

"Bukan."

"Lalu?"

"Jika kau ingin tahu akan ku beritahu tapi kuatkan dirimu jika kau benar-benar menginginkan jawabannya." Aku mengangguk dan mencoba menguatkan diri.

"Ya, aku siap atas jawaban yang paman berikan." Ujarku mantap.

"Baiklah karena kau sudah cukup besar untuk mengetahui hubungan orang tuamu maka akan ku beritahu."

"..."

"Pernikahan yang dilakukan oleh ayah dan ibumu bukan dikarenakan atas dasar cinta, pernikahan mereka memang terpaksa tapi itu bukan karena perjodohan melainkan karena..."

"..."

"..."

"Karena apa paman?"

"... karena..."

"..."

"Ayahmu lebih dulu menghamili ibumu sebelum ada ikatan pernikahan diantara mereka." Mendengar perkataan paman Sasuke secara tidak sengaja aku menjatuhkan permenku.

"Maksud paman... apa?"

"Sebelum Naruto dan Ino menikah mereka sudah pernah melakukan sex satu kali karena sama-sama terpengaruh minuman yang memiliki kadar alkohol yang tinggi bagi anak usia delapan belas sampai sembilan belas tahun."

"..."

"Setelah kejadian itu terlewatkan mereka semakin membenci satu sama lain hingga dua bulan kemudian diketahui bahwa Ino hamil, karena saat melakukannya mereka tanpa pengaman dan saat itu Ino dalam masa suburnya."

"..."

"Keluarga Yamanaka yang tidak senang dengan apa yang dialami oleh Ino segera mendatangi keluarga Naruto dan meminta pertanggung jawaban atas janin yang berada dalam kandungan Ino sehingga pernikahan mereka pun terjadi tanpa ada rasa cinta, kasih dan sayang." Jelas Sasuke diakhiri dengan helaan nafas panjang.

"Jadi mereka menikah hanya karena terpaksa dan itu dikarenakan aku?"

"Kou?"

"Jadi benar aku ini sebenarnya..."

"..."

"... adalah anak yang tidak diharapkan kehadirannya oleh mereka?"

.

.

.

.

.

Tbc...

Mencoba fic NaruIno, yang gak suka jangan marah karena ini hanya fiksi oke.