Selamat datang di fanfic author yang terbaru!

Author ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk readers setia yang telah mengikuti fanfic saya sampai fic yang ke-10 ini! Tak terasa sudah hampir 2 tahun saya berkarya! #ngelap keringet.

Daripada saya ngomong hal yang gak jelas, lebih baik langsung scroll ke bawah aja ya!

Selamat membaca!

Character : Gray F.

Disclaimer : Hiro Mashima

Genre : Friendship

Warning : Saya bingung mau ngasih warning apa...

Pagi hari yang cerah di Guild Fairy Tail. Semua mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada pesta nanti malam.

"Kue udah dipesan belum?!" Teriak Mira.

"Kursinya kurang nih!" Teriak Lucy.

"Mana sakenya?!" Teriak Kana.

"Mana bajuku!" Teriak Gray.

Ya, Gray Fullbuster, peran utama kita ini sedang sibuk mencari bajunya yang bisa kabur dari tubuh pemiliknya. Dia tidak peduli dengan semua keramaian yang memang sudah biasa terjadi itu. Natsu Dragneel, peran utama di film Fairy Tail, tapi di sini, dia bukan peran utama. Natsu sedang makan enak bersama Happy, anjing peliharaannya!

"Aku bukan anjing author!" Teriak Happy pada layar. Oke, author salah.

Natsu sedang makan roti, daging, spagetti, minum susu, dan lain-lain yang biasanya ia makan di guild. Dia makan dengan lahap. Sedangkan Happy hanya makan ikan yang rasanya tawar.

"Natsu. Kok kau gak bantu-bantu yang lain sih? liat tuh semua lagi pada repot, Lucy kasihan dari tadi mondar-mandir. Tapi kau di sini enak-enak makan... " Kata Happy menasehati Natsu.

"Happy... lihat Carla yang dari tadi mondar-mandir... kau di sini malah enak-enakkan makan... " Balas Natsu.

Happy menengok ke arah Carla yang lagi sibuk mondar-mandir bawa tirai dan peralatan lainnya.

"Welah! Carla! Sini biar ku bantu!" Kata Happy yang langsung melompat ke arah Carla.

Natsu pun melanjutkan acara makan-makannya sendiri.

"Gray! Ke sini sebentar!" Panggil Erza dengan topi kuning plastik yang ada di atas kepalanya.

"Apaan?" Tanya Gray yang sudah menemukan bajunya kembali.

"Bantu aku memindahkan semua kursi ini ke dalam. Gak perlu ditata, nanti biar Lisanna sama Levy aja yang nata." Jelas Erza. Gray hanya mengangguk dan mulai memindahkan kursi-kursi itu satu per satu.

Juvia yang sejak tadi sudah memperhatikan Gray memilih keluar dan membantu Gray memindahkan kursi-kursi itu. Sekalian nyari perhatian.

"Gray-sama! Biar Juvia bantu! Ini mau dibawa kemana?" Tanya Juvia sambil tersenyum penuh harap.

"Oh, terima kasih ya, Juvia. Ini mau dibawa ke sana." Jawab Gray yang bersiap mengangkat 2 kursi.

Juvia mengangguk hebat. "Juvia siap melakukan apapun demi Gray-sama!" Dengan cepat Juvia menarik 2 kursi dan membawanya ke tempat yang ditunjukkan Gray.

Setelah semua kursi telah dipindahkan ke tempat yang diinginkan Erza, Gray pun memanggil Lisanna dan Levy yang sedang asyik mengobrol dan menyuruh mereka untuk menata kursi itu sesuai dengan permintaan Erza.

"Nah, sekarang apa lagi yang bisa kubantu... " Kata Gray sambil meregangkan otot tangannya. Melihat Gray yang sedang meregangkan otot tangannya, Juvia makin terpesona dan mematung di tempat.

"Gray!" Panggil Bisca yang sedang menggendok Asuka.

"Ya! Aku segera ke sana!" Gray pun berlari ke tempat Bisca. Juvia masih mematung di tempat dengan senyum yang tertempel di wajahnya sambil menatap Gray yang sedang membawa masuk semua kue yang dipesan Mira.

Tiba-tiba Erza datang dan mengecek kue-kue yang baru datang itu.

"Bagus. Semuanya lengkap. Kue-kue ini tolong kau bawa ke belakang dan masukkan ke kulkas ya." Kata Erza pada Gray.

"Oke." Gray pun membawa semua kue itu dan meletakkannya di kulkas.

"Hah? kok gak ada es batu? Kulkasnya gak dingin pula... " Kata Gray yang bingung dengan kulkas milik guildnya itu.

"Oh, maaf ya... kulkasnya rusak dan belum aku perbaiki." Kata Master Makarov yang sedang minum sake bersama Gildarts.

"Oh, kalau begitu gak masalah." Gray pun meletakkan semua kue itu ke dalam kulkas, dan dengan sihir es-nya, dia membuat puluhan bongkah es dan menatanya dengan rapi di dalam kulkas.

"Kalau begini kue ini akan tetap segar saat pesta nanti." Kata Gray yang kembali berjalan ke depan.

"Nee-chan, ini piring mau ditaruh dimana?" Tanya Elfman yang sedang membawa ratusan piring di tangannya.

"Taruh saja di sana." Jawab Mira sambil menunjuk meja yang ada di belakangnya.

"Ini lampu pake mati segala lagi!" Gerutu Laxus pada salah satu bolam yang tidak mau menyala. Ia pun celingak-celinguk mencari orang terdekat yang bisa ia mintai tolong.

"Oh! Gray!" Panggil Laxus pada Gray yang kebetulan lewat.

"Tolong kau ke gudang, dan ambil bolam seperti ini ya! Yang itu mati! Buang aja!" Kata Laxus. Ia pun melempar bolam itu ke arah Gray. Setelah bolam itu ada di tangannya, Gray pun berjalan ke gudang.

"Hmm... ternyata banyak barang bekas di sini... " Gumam Gray di dalam gudang.

Ia pun mencari bolam yang diminta oleh Laxus.

"Ini dia!" Gumam Gray.

Setelah memberikan bolam itu pada Laxus, Gray pun duduk di samping Natsu yang masih sibuk makan.

"Kerjamu itu makan terus... bantu sedikit di sini!" Kata Gray menyidir Natsu. Natsu menoleh ke arah Gray.

"Aku bantu kalian menghabiskan makanan ini!" Kata Natsu dengan mulut penuh.

"Bukan itu yang aku maksud!" Kata Gray sambil terkekeh.

BRAK!

Tiba-tiba Lucy datang dan menggebrak meja Natsu, membuat Gray kaget, dan Natsu tersedak.

"Kau ini cuma bisanya makan aja! Kalau kau makan terus, nanti makanan untuk pesta akan habis! Sudah berhenti makan, dan bantu aku memasang tirai di panggung!" Kata Lucy agak membentak. Natsu yang masih tersedak hanya mengiyakan perkataan Lucy dengan mengangguk.

Akhirnya Natsu dan Lucy memasang tirai di panggung yang kecil itu.

Gray masih duduk di meja tempat Natsu makan tadi. Tak lama, Wendy datang sambil membawa papan dan spidol warna-warni.

"Apa yang mau kau buat dengan papan dan spidol itu?" Tanya Gray pada Wendy.

"Erza-san menyuruhku untuk menggambar ucapan selamat datang. Papan ini akan dipasang di pintu masuk." Jawab Wendy sambil tersenyum ke arah Gray.

"Lalu apa yang mau kau gambar?" Tanya Gray.

Wendy menggeleng. "Belum tau." Jawabnya.

"Bagaimana kalau tulisan 'Selamar Datang' dengan pelangi di atasnya?" Usul Gray.
Wendy mempertimbangkan perkataan Gray. Kemudian ia menjawab, "Karena yang datang kebanyakkan orang dewasa, aku pikir gambar pelangi tidaklah cocok untuk ucapan selamat datang... " Kata Wendy sambil menempelkan ujung spidol di dagunya yang kecil.

"Kalau begitu gambar saja kesan klasik pada papan itu." Usul Gray lagi.

"Ide yang bagus! Tapi aku tidak pernah menggambar hal yang klasik sebelumnya... " Kata Wendy dengan wajah yang khawtir.

"Tenang aja, Reedus kan sedang tidak melakukan apa-apa, mintalah bantuannya untuk menggambar hal yang klasih di papan ini." Kata Gray sambil menunjuk Reedus yang sedang duduk sambil memperhatikan teman-temannya bekerja. Wendy mengangguk lalu berlari ke arah Reedus.

"Kau ini bagaimana!? Coba tarik yang sebelah sana!" Teriak Lucy pada Natsu yang kebingungan dengan tirai yang melilit itu.

"Oi, Gray. Lama tidak ketemu." Kata seorang pria yang tiba-tiba datang dan cukup mengagetkan Gray yang sedang memperhatikan Natsu dan Lucy.

"Oh, Jellal. Baru datang?" Tanya Gray pada Jellal yang duduk di sebelahnya.

Jellal menggeleng. "Tadi aku ngobrol sebentar dengan Erza." Jawabnya.

"Setauku kau jadi tamu undangan di pesta nanti malam ya?" Tanya Gray.

"Iya. Undangannya sampai kemarin. Jadi aku agak bingung. Secara rumahku itu kan cukup jauh dari sini... " Kata Jellal sambil garuk-garuk kepala. "Tapi demi melihat kericuhan yang akan terjadi nanti malam, aku putuskan untuk datang ke sini." Lanjut Jellal sambil memperhatikan Gajeel yang sedang membersihkan gitarnya.

"Sepertinya malam ini Gajeel bakalan nyanyi-nya?" Tanya Jellal dengan wajah miris.

"Seperti biasa, dimana ada pesta, di situlah dia bernyanyi." Jawab Gray malas. Jellal hanya tertawa mendengar jawaban Gray.

Tak terasa, hari sudah menjelang sore. Tamu-tamu diundang pun mulai berdatangan.

"Selamat datang Ichiya-san beserta rombongan. Silahkan masuk dan menikmati pesta dan hidangan di dalam." Kata Mira sopan sambil merunduk. "Pakaian anda sangat menawan malam ini." Kata Mira sambil tersenyum. Ichiya menari-nari dan perlahan masuk ke dalam guild. "Men... " Gumam Ichiya.

"Selamat datang Lyon-san beserta rombongan, silahkan masuk dan menikmati pesta dan hidangan di dalam." Kata Lisanna sopan sambil merunduk seperti kakaknya.

"Pastinya akan ada kegaduhan dalam pesta ini... aku jadi penasaran... " Kata Lyon dengan gayanya yang sok keren.

Kedua saudara Strauss ini memang ditugaskan oleh Makarov untuk menjadi gadis penerima tamu.

Hari sudah menjelang malam. Musik pun terdengar dari dalam guild. Tapi tetap saja, suara kegaduhan yang ada di dalam guild dapat menutupi suara lantunan musik yang ada.

"Pesta yang meriah bukan?" Kata Erza sambil melihat tamu-tamu yang sedang mengobrol bersama.

"Aah... sepertinya pesta kali ini sukses... " Kata Gray yang membantu Bisca dan Levy mengeluarkan kue-kue di dalam kulkas.

"Waah... ini pasti kerjaannya Gray ya! Kau meletakkan es di kulkas yang rusak ini! Kuenya masih segar!" Puji Levy. Gray hanya tersenyum kemudian kembali melihat tamu-tamu yang sedang mengobrol itu.

Gajeel bernyanyi dengan sepenuh hati, Mira bernyanyi dengan lembutnya. Lisanna melakukan atraksi sulap bersama Elfman. Erza yang mondar-mandir mengobrol dengan tamu-tamu yang lain. Natsu, Lucy, Juvia, Kana, dan Wendy yang sedang makan di meja yang sama. Pesta ini berjalan layaknya pesta seperti biasa. Dan kericuhan ini juga berjalan seperti kericuhan di guild seperti biasa.

Langit malam yang dipenuhi bintang menjadi atap untuk guild yang sedang berpesta.

Laxus dan ketiga pengikutnya mengobrol dengan asyik sambil lomba minum sake. Asuka bersama Romeo yang sedang ada di atas guild sedang memandang bintang bersama. Tetapi, Asuka dan Romeo melihat sesuatu. Sesuatu yang jatuh dari langit dengan kecepatan tinggi. Romeo menyipitkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya pada benda yang jauh itu.

"Romeo-niisan... apa yang sedang kau lihat?" Tanya Asuka.

"Itu... " Gumam Romeo sambil terus melihat ke arah benda yang semakin dekat itu. Asuka menengok ke arah benda yang jatuh itu.

"Itu meteor!" Teriak Romeo. Ia langsung menggendong Asuka dan berlari turun ke bawah. Tempat pesta sedang berlangsung. Tempat orang tidak menyadari adanya meteor yang akan menghantam mereka.

"Apa kuenya sudah keluar semua?" Tanya Mira.

"Kuenya habis tanpa sisa!" Kata Gray sambil tertawa. Semuanya tertawa terbahak-bahak.

"Ternyata pesta kali ini sukses ya!" Kata Makarov sambil tertawa.

"Natsu! Hentikan makanmu itu! Nanti kau gendut lho... " Kata Lucy malas sambil menatap Natsu yang tidak henti-hentinya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Tenang saja... Natsu itu tidak bisa gendut-gendut walau makan sebanyak apapun... " Kata Kana yang sudah setengah mabuk. Wendy hanya tertawa kecil melihat Kana.

"SEMUANYA! ADA METEOR YANG AKAN JATUH KE SINI!" Teriak Romeo dari lantai 2.

Semua mengengok ke arah Romeo. Sayangnya waktu tidak berpihak padanya. Cahaya dan rasa panas dari meteor itu sudah terlebih dulu dirasakan sebelum semuanya menyadari kedatangan meteor itu.

Meteor itu sukses mendarat tepat 1 kilometer dari guild Fairy Tail.

Hello How Are You?

"Ngg... " Gray baru terbangun dari pingsannya yang lama. Yang pertama kali ia lihat adalah atap tenda berwarna putih. Pandangannya masih kabur, tapi ia berusaha untuk bangun.

"Jangan bangun dulu. Tidurlah, kau masih sakit." Gray mendengar suara lembut seorang wanita. Dia melihat wanita itu.

"Ah, iya. Dia Mira." Batin Gray saat melihat Mira yang memakai perban di tangannya sambil memegangi kepalanya yang agak sakit.

"Apa yang terjadi?" Gray mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dia tidak menemukan apapun selain tanah, reruntuhan, orang yang dirawat, dan orang yang mondar-mandir.

"Waktu pesta berlangsung, tiba-tiba Romeo datang dan berteriak, setelah itu rasa panas menjalar ke seluruh tempat dan aku kami tidak ingat apa-apa lagi... " Jawab Mira.

Gray mencoba mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu. Kepalanya terasa sakit namun ia memaksakan kepalanya untuk ingat.

Sekelebat memory pun terlintas di kepala Gray.

"Benar juga... waktu Romeo berteriak... meteor itu langsung jatuh ke bumi... " Gumam Gray.

"Ah,maaf. Aku harus merawat korban yang lain. Kalau kau butuh bantuan, kau bisa memanggil orang terdekat atau aku." Kata Mira sambil tersenyum dan beranjak pergi.

Gray tersenyum tipis pada Mira. "Terima kasih. Mira. Kau memang selalu bisa diandalkan." Kata Gray.

Mira yang sudah membelakangi Gray, perlahan berbalik. Wajahnya tampak terkejut namun wajah terkejut itu berubah menjadi wajah penuh keceriaan dan senyuman.

"Tidak masalah... ngomong-ngomong... aku punya satu pertanyaan untukmu... " Kata Mira dengan senyum yang lekat di wajahnya.

"Darimana kau tau namaku?"

To Be Continued

Wah! Ini prolog yang panjang bukan!?

Kalau kalian penasaran silahkan review! Author sadar betul kalau gak ada humor di dalam fic ini... KASIH SARAN! Author gak tau kalau cerita kayak gini genrenya apa... hehe... :D

Akhir kata,

Jangan lupa review! :D