EXTRAORDINARY SCHOOL
disclaimer: I just own the story
.
.
.
saya pemalas, belum di edit
.
.
Extraordinary School.
'Luar biasa' disini mengandung arti yang sebenarnya. Tidak ada orang dengan kemampuan biasa yang bisa masuk ke sana.
Ada 2 kategori murid dalam sekolah ini. Kategori pertama adalah jenis murid jenius dan kateori kedua adalah ajaib. Jika anda tidak masuk dalam kategori tersebut maka jangan sekalipun berharap bisa masuk ke dalam sekolah ini.
Tidak ada klasifikasi khusus untuk menentukan kelas atau tingkatan di sekolah ini, jika seorang murid bisa berkembang dengan pesat ia akan dengan cepat naik kelas begitu juga sebaliknya. Tidak terlalu jelas siapa sunbae dan siapa hoobae disini, mereka menentukan kesenioran hanya dari berapa lama mereka sudah ada di sekolah tersebut.
.
.
.
.
Sekitar tiga puluh orang berkumpul di dalam sebuah aula tidak terlalu besar, terkantuk-kantuk mendengarkan pidato pria tua di depan mimbar dan beberapa dari mereka bahkan sudah tertidur menjadikan tangan mereka sebagai bantalan.
"Kalian adalah calon-calon penyelamat dunia di masa depan"
Pemuda dengan mata lebar dan wajah kekanakan mendengus, menjulurkan lidahnya seraya membuat suara tinggi menirukan kalimat si kepala sekolah. Itu mengudang protes dari pemuda kecil di sampingnya.
"Jangan berulah jika tidak ingin mendengarkan Park Chanyeol"
Park Chanyeol mendengus kembali, meskipun pada detik berkutnya dia benar-benar tidak berulah. Pemuda tinggi itu mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada 'bocah manja Oh' (Itu nama pada kontaknya)
-disini menyebalkan- ketiknya
Tanpa menunggu detik berlalu pesannya sudah terbaca dan pesan balasan langsung masuk ke dalam ponselnya.
-aku tau-
Hanya itu balasannya. Chanyeol menggeram, ia hampir mati karena bosan dan sahabatnya tidak membantu sama sekali.
-kau sama menyebalkannya dengan orangtua di depan Oh Sehun-
"Hyung lebih menyebalkan" pemuda di samping krinya berguman "Kenapa mengirim pesan padahal aku ada tepat di samping hyung?"
Chanyeol tidak menjawab. Ia memfokuskan perhatiannya pada ponselnya kembali mengetikkan beberapa kata dengan cara yang berlebihan kemudian melempar ponselnya masuk ke dalam tas sambil merengut.
-itulah kenapa kau menyebalkan-
.
.
.
.
.
.
Pada sore hari setelah acara basa-basi tak terlalu penting di aula, semua siswa baru di giring masuk ke dalam asrama mereka, melihat seluruh isi asrama bersama pada subae yang berwajah galak dan berbicara dengan nada ramah.
"Ini kamar kalian" senior itu berbicara tanpa ekspresi, membuka pintu kamar mereka kemudian melemparkan kunci itu pada si pemuda bermata bulat yang langsung sigap menangkapnya.
"Jadi aku tidak satu kamar dengan Sehun?"
Chanyeol bertanya dengan wajah horrornya, mata lebarnya bergerak gelisah menatap seniornya dan 'calon teman satu kamarnya' bergantian. Koper yang ada di tangannya tergeletak saja di lantai dan ia sudah sibuk menekan ponselnya.
Setelah seharian penuh bersama pemuda tinggi ini, menghadapi kelakuan ajaibnya yang menyebalkan, mengeram karena emosi mendengar celoteh berisiknya, dan kali ini mendengar protes yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk di kemukakan. Kyungsoo si pemuda bermata bulat akhirnya berteriak marah.
"Aku harus berada satu kamar dengan Sehun, sunbae"
"Kau disini bukan untuk piknik Park Chanyeol, jangan manja"
Gadis yang bertugas membagikan kamar itu terlihat semakin menyeramkan, ia tak terlihat seperti orang Korea dengan mata biru dan kulit pucatnya (mungkin lebih pucat dari Sehun). Rambut pirang bergelombangnya langsung berkibar ketika ia berjalan keluar kamar menjauhi mereka, membagikan kamar pada murid lain.
"Aku harus satu kamar dengan Sehun" Chanyeol bergumam lagi, ia terlihat panic serta ketakutan. Dan untuk kali ini Do Kyungsoo yang mendengarnya tak terlihat semakin marah, pemuda dengan mata bulat itu mendekatinya dan menyentuh tangannya.
Panas.
"Chanyeol"
"Aku tidak bisa, Kyungsoo"
"Hyung!"
Kemudian pintu kamar mereka terbuka dengan paksa. Pemuda lain masuk dan berlari mendekati Chanyeol. Menyatukan telapak tangannya dengan Chanyeol dan secara ajaib Kyungsoo merasa ada hawa sejuk di kamar mereka.
"Kita pindah hyung, guru Hong setuju kita di kamar yang sama"
Sehun menarik koper Chanyeol, tersenyum tipis pada Kyungsoo kemudian berjalan meninggalkan 'mantan calon kamar' Chanyeol. Si pemuda yang tubuhnya terasa seperti terbakar tadi mengekor di belakang Sehun, ia berhenti di depan Kyungsoo untuk mengajaknya bersalaman.
Dengan ragu Kyungsoo menyambut uluran tangan tersebut. Tangan Chanyeol terasa hangat, tidak sepanas beberapa menit lalu.
"Kita bisa tetap berteman walaupun tidak satu kamar Kyungsoo"
Dan kemudian Chanyeol berlari keluar.
Ada yang aneh dengan hubungan mereka.
.
.
.
.
Extraordinary School bukan sekolah biasa, ini bukan elementary school yang membutuhkan waktu 6 tahun untuk lulus atau bahkan middle school yang hanya butuh 3 tahun untuk bisa lulus. Tidak ada yang tau harus berapa tahun di habiskan di sekolah ini agar bisa di sebut sebagai pahlawan yang sebenarnya.
Yang murid-murid disini tau, mereka harus terus berlatih membuat kekuatan mereka lebih hebat untuk bisa menghancurkan.
Seorang senior seperti Luhan seharusnya sudah terbiasa dengan semua kebiasaan disini, ia masih harus berada di tempat ini beberapa tahun lagi, dan menghela nafas setiap ada siswa baru tidak akan menyelesaikan masalah apapun.
Ia sudah hapal betul anak-anak ajaib di seluruh dunia akan terus dipilih, di bawa ke daratan di atas langit dan di latih untuk menghancurkan. Mereka berada jauh dari orang tuanya, di hapuskan dari rasa rindu dan kasih sayang.
Seperti sudah di cuci otaknya.
Yang dia tau, ketika mereka pertama kali masuk ke sekolah ini tidak ada ritual apapun yang menandakan pencucian otak, ia masih ingat bagaimana Wu Yifan (salah satu rekannya yang saat ini sedang memainkan api di tangannya) menangis karena merindukan ibunya 2 tahun lalu.
Dan sekarang ini, secara menyedihkan semua temannya bahkan tidak pernah mengungkit apapun tentang kehidupan normal di bumi.
Ia meletakkan kepalanya di atas tangan yang di lipat di atas meja. Memperhatikan puluhan anak baru yang sedang tertawa bahagia karena pembagian kamar. Dan beberapa anak baru yang mulai memamerkan kekuatan mereka.
"Baru masuk saja sudah membanggakan kekuatan mereka, aku mempertanyakan apa yang akan terjadi dengan kepribadian mereka dua bulan lagi?
"Aku bosan jadi tuan healing, kenapa tidak ada orang lain yang bisa menyembuhkan" pemuda lain mengeluhkan masalah berbeda, mengerucutkan bibirnya seraya membawa matanya berkeliling mempehatikan penghuni baru asrama mereka.
"Karena healing bukan sebuah kekuatan"
Si tuan healing melirik pemuda tinggi yang baru saja berkomentar, ia berdecak sebal kemudian mengangkat dua buah gelas kosong di atas meja, membawanya menuju dapur asrama untuk di cuci.
"Kau akan menelan kesombonganmu jika ada salah satu dari murid baru adalah pengendali api Wu Yifan"
Wu Yifan tergelak, bukan tawa untuk sebuah lelucon tapi tawa mencemooh seolah berkata 'tetap saja aku yang lebih kuat'. Pemuda itu meneruskan aksi angkuhnya dengan melirik si pemilik kekuatan penyembuh beberapa detik kemudian merapikan anak rambutnya dengan cara yang sangat dramatis.
"Jangan bercanda Zhang Yixing, pengendali api hanya ada dua orang di dunia, aku dan guru Han"
.
.
.
.
.
Mungkin benar pengendali api ada dua di dunia. Tapi bocah yang terbuat dari api hanya ada satu.
Dia yang saat ini sedang tertawa karena guyonan konyol Oh Sehun dan Kim Jongin. Tertawa dengan suara yang hampir hilang yang mengundang tatapan mencemooh Do Kyungsoo.
Baiklah, Do Kyungsoo memang akan selalu menganggap semua hal yang di lakukan Chanyeol sebagai bahan celaan.
"Dosa apa yang aku lakukan sampai aku harus berkenalan dengan mereka? seharusnya aku mencari teman yang lebih normal" ia mendengus. Sebenarnya itu hanya komentar sekenanya, karena ia tidak berpikir akan ada orang seramah mereka bertiga di sekolah seistimewa ini.
"Tenang hyung, akan ku buat hyung lebih tenang" si magnae berkomentar terlalu mantap bersamaan dengan datangnya angin lembut yang membelai wajahnya menenangkan.
Sehun si pengendali angin tidak terlihat sedang memainkan tangannya, sepertinya pemuda itu sudah paham betul bagaimana memainkan kekuatannya.
"Yah magnae jangan pamer kekuatan disini"
Jongin menempeleng kepala si magnae, mengerucutkan bibirnya seraya menggumamkan keluhannya yang lain. Sementara Chanyeol yang ada di samping Sehun dengan sigap membelai kepala Sehun yang menjadi korban kepalan tangan Jongin beberapa detik lalu. Mungkin itu kebiasaan mereka.
Mereka bertiga sudah lebih dulu bersahabat sebelum masuk ke dalam sekolah aneh ini. Itu wajar.
Kyungsoo juga ingin sahabatnya bisa masuk sekolah ini ketika melihat mereka.
"Kita bisa menjadi sahabatmu Kyungsoo"
Kyungsoo sebenarnya tidak suka orang konyol seperti mereka bertiga, tapi ia lebih tidak ingin menolak tawaran persahabatan itu.
.
.
.
.
Musim semi tahun ini terasa panas sekali.
Jongin menyeka keringatnya kemudian berdecak melihat sahabatnya 'si bocah api' yang terlalu sibuk membenarkan gelang perak di tangan kanannya. Melihat wajah merah pemuda itu Jongin bisa menebak dari mana hawa panas ini berasal.
"Sepertinya gelangku hampir terbakar, aku butuh yang lebih kuat" tepat seperti dugaannya
Sehun dan Jongin secara bersamaan mengalihkan focus pada sahabat mereka itu, atau lebih tepatnya hanya dia yang memusatkan fokusnya pada Chanyeol, karena bocah manja Oh menatapnyanya dan Chanyeol bergantian. Ia tau apa arti tatapan itu.
"Aku sudah membawakan gelang baru kemarin, ku taruh di rak bukumu"
Dan Chanyeol tersenyum lebar mendengar jawaban itu, ia tidak ingat melihat apapun berbentuk gelang di rak bukunya.
Kim Jongin si tukang mengeluh sudah pasti mengeluh, ia memukul kepala sahabatnya pelan kemudian menghilang, dan dalam hitungan detik pemuda itu muncul kembali menenteng gelang perak dengan garis oranye dan bertuliskan angka 4 yang tidak terlalu jelas.
Gelang itu untuk menekan kekuatan Chanyeol. Atau lebih tepatnya membuat Chanyeol seolah-olah tidak memiliki kekuatan apapun.
Hanya Sehun dan Jongin yang tau ia adalah bocah api. Semua orang di sekolahnya menganggap ia hanya jenius biasa yang akan membantu para pahlawan dengan alat buatannya.
"Jika semua orang tau siapa kau sebenarnya, mereka akan takut padamu" komentarnya ketika Chanyeol selesai dengan gelang itu. pemuda paling tinggi tersenyum manis walaupun terlihat mengancam.
"Jika semua orang tau siapa aku yang sebenarnya, kau adalah yang pertama kali ku bakar"
Jongin merengut, ia menggerutu lagi mneyesalkan kenapa tidak berangkat bersama Kyungsoo saja dan malah menunggu dua makhluk menyebalkan ini.
.
"Aku baru dua minggu berada di sekolah ini dan aku sudah bosan" Sehun tiba-tiba mengeluh, keluar dari topic pembicaraan. Ia mengamati seorang siswa yang pernah berada di kelas yang sama dengan mereka sedang melayang sambil membaca buku. "orang-orang disini terlihat terlalu menikmati kekuatan mereka"
"Aku rindu di hukum karena datang terlambat"
Itu keluhan Jongin.
Chanyeol dan Sehun secara kompak memutar mata mendengar itu. dan tanpa menunggu detik berlalu dua pemuda itu sudah berjalan lebih dulu meninggalkan si tukang mengeluh.
.
.
.
.
Sekolah ini tidak mengangkat siswa baru setahun sekali, tidak juga satu semester sekali. Tidak ada yang tau kapan ada penerimaan siswa baru. Yang mereka tau anak-anak baru itu sudah ada disini.
Byun Baekhyun tidak terlalu menunggu siswa baru, ia tidak suka pada siswa baru dengan kekuatan tidak berguna itu, ketuatan mereka tidak akan menyelamatkan apapun.
Walaupun begitu ia selalu penasaran sejenius apa 'para pembantu pahlawan' di setiap angkatan.
Dan hal yang paling di sayangkan adalah jenius pada angkatan ini hanya ada dua orang, apa yang di cari sekolah ini sebenarnya? Para jenius adalah penolong yang sebenarnya.
"Orang dengan kekuatan itu tidak berguna"
"Sunbae kan juga punya kekuatan"
Baekhyun berjingkat, seorang junior dengan mata lebar tersenyum padanya. Pemuda itu lebih tinggi darinya, rambut coklat karamelnya yang sedikit panjang membuat wajahnya terlihat seperti seorang gadis tomboy (yang terlalu tinggi).
"Park Chanyeol! Kau menakutiku"
Chanyeol terlihat terkejut karena teriakannya, pemuda itu membelai dada kirinya dengan membuat wajah bodoh yang membuat Baekhyun merasa kasihan.
"Sunbae juga menakutiku"
Baekhyun tidak menjawab, ia menghela nafas berat seraya memijit kepalanya.
"Hai sunbae, hai Chanyeol"
Seorang gadis cantik melambaikan tangannya pada mereka. Baekhyun sebenarnya sudah melihat gadis itu sesaat sebelum Chanyeol menjawab teriakannya. Gadis ini jelas akan membuat harinya lebih cerah.
"Hai Dasom, kau cantik seperti biasa"
Itu bukan pujiannya, si mulut besar Chanyeol yang melakukan itu. Baekhyun ingin menyumpalkan kaos kaki pada mulut bocah itu. Kenapa tidak bisa bersikap keren sedikit?
"Chanyeol kau juga… cantik seperti biasa" Dasom menggantung kalimatnya selama beberapa detik kemudian tersenyum lebar setelah menyelesaikan ucapannya. Chanyeol jelas tidak suka dengan pujian itu, mungkin ia akan memotong rambut coklat karamelnya besok agar terlihat lebih 'tampan'.
"Kau boleh menyebutku imut, tapi aku tidak cantik. Terimakasih Kim Dasom"
Dasom dan Baekhyun tertawa, Park Chanyeol itu kenapa bisa aneh sekali.
Hanya ada dua orang 'pembantu pahlawan' tahun ini. Tapi sepertinya dua bocah ini akan membuat suasana tidak membosankan.
.
.
.
.
.
Jika pada kelompok jenius hanya ada dua orang baru, di kelompok penyembuh justru lebih buruk karena hanya atu orang baru yang bergabung.
Dan pemuda itu bahkan tidak mengerti kemampuannya sendiri.
Kim Seok Jin. Dia tidak mengerti dengan keluhan semua orang disini, dia tidak tau apa yang bisa di perbuat dengan tangannya, beberapa minggu lalu secara tidak sengaja ia bisa menanam kembali bunga yang sudah layu, dan seseorang menyeretnya ketempat aneh ini.
Berada jauh dari sahabat-sahabatnya dan keluarganya, bahkan berada jauh dari tanah yang sebenarnya.
"Akan ada kelas khusus tentang penyembuhan setiap hari, tenang saja kelas disini bukan seperti di sekolah yang akan mencekokimu dengan materi, kau akan tau bagaimana cara menggunakan kekuatanmu dengan cepat" seorang senior yang sepertinya paham perdebatan batinnya berkomentar.
"Aku tidak berpikir aku bisa menyembuhkan sunbae, aku bukan dokter"
"Kau lebih dari itu"
Sunbaenya ini tersenyum. Sebenarnya Jin tidak yakin jika orang di depannya ini benar-benar sunbae, ia terlihat seperti bocah 15 tahun, dengan pipi dan mata bulatnya.
"Hyung terluka lagi?" sebuah suara lembut membuat perhatiannya teralih, mengamati pemuda berlesung pipi yang baru saja berjalan masuk ke ruangan mereka.
Itu sunbaenya yang lain, namanya Zhang Yixing.
Dia adalah keajaiban yang sesungguhnya disini, memang ada beberapa orang dengan kekuatan menyembuhkan. Tapi Zhang Yixing. Semua hal dalam dirinya adalah healing, bahkan suara lembutnya, dan senyum manisnya.
"Aku membekukan kaki Jongdae"
"Hyung bisa minta Yifan ge mambakarnya"
"Ya ya Hyung, itu jahat sekali"
Suara sunbae yang kakinya beku itu tinggi sekali, Jin tau pemuda itu memiliki kekuatan petir, mungkin karena itu juga suaranya keras seperti petir.
Tanpa menunggu detik berlalu tuan healing melakukan tugasnya, pemuda itu hanya menyentuh kaki beku Kim Jongdae dan wajah kesakitan pemuda itu berangsur menghilang.
Jin semakin mengidolakan sunbaenya yang satu ini, tanpa banyak bicara dan langsung membuat segala lebih baik. Pemandangan itu membuat Seokjin memantapkan niatnya. Ia ingin menjadi tuan healing generasi kedua.
.
.
.
=Continued=
.
.
Or not?
.
.
jadi kemarin, fic ini (dengan bodohnya) ga sengaja kehapus, haha
saya lupa judul fic saya sendiri..
.
The one that got away perlu di publish ulang ga? gausah ya? oke..
