Ketika aku menyadarinya.

.

.

Aku masih ingat ketika kau mengatakan sebuah janji yang harus ku pegang. Kau tahu? Aku tak pernah bisa untuk menjaga janjimu yang kau ucapkan di penghujung kematianmu. Harus kuulangi untuk kau mengerti, Obito. Aku tak pernah bisa. Aku dibayangi kematianmu yang selalu menyalahkanku. Dan ternyata aku memang dibayangi olehmu setiap waktu dan aku tak tahu sejak kapan waktu berlalu dengan cepat. Kau berada di depanku. Menghakimiku. Ya, kau memang boleh memperlakukan ku seperti itu tapi mengapa karena kesalahanku, kau menghakimi semua orang? Kau menghancurkan kebahagian semua orang. Cukup, Obito. Cukup!. Aku tak sanggup lagi untuk menumpu beban dari keberdaanmu. Aku lelah, Obito jika kau ingin mengetahuinya. Tapi aku harus terlihat kuat, Obito. Harus! Karena semua orang memberiku sebuah beban dan aku harus mampu menyangganya.

Kau pernah bilang saat kau masih menyamar kepada muridku di negara tetsu, bahwa Naruto –muridku- akan bertarung dengan Sasuke –yang masih tetap muridku meskipun ia mengkhianati desa- sebagai orang yang ada dalam legenda? Tidak, Obito. Aku tidak akan pernah membuat mereka seperti itu. Kau menyadarinya tidak, Obito. Bahwa kitalah yang akan saling bertarung sebagai legenda percis seperti yang kau ucapkan. Namun, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu. Kau ingin tahu? Akh.. kau pasti ingin tahu karena aku tahu siapa kau sebenarnya. Kau adalah tipe orang yang akan selalu memaksa jika kau belum mengetahui informasi yang sebenarnya sangat rahasia. Benarkan?

Ya, satu pertanyaan untukmu dan juga untukku. "Apakah yang kau katakan di negara tetsu itu adalah tentang kita?". Kulihat kau hanya menyeringai, membuatku semakin merasa bersalah. "Entalah. Aku juga tak tahu. Hm, lebih tepatnya aku tak mengerti hal-hal yang rumit seperti dirimu yang selalu memikirkan hal-hal sepele". Kau menatap tajam ke arahku. "Tapi mungkin pertanyaan itu benar"

Aku butuh kepastian, Obito. Aku tidak ingin kau mengucapkan kata 'mungkin' yang seolah-olah kau mengingkarinya ataupun kau menyetujuinya. Aku lelah, Obito. Berjalan sendirian dalam roda waktu yang berputar semakin cepat membuatku ingin segera mengakhirinya. Aku menatap lekat pada wajah Minato –sensei yang dibangkitkan kembali bersama hokage yang lainnya. Aku tahu sebenarnya Minato –sensei terkejut setelah mengetahui siapa laki-laki bertopeng yang menyerangnya 16 tahun yang lalu. Tapi bukan itu yang menjadi permasalahannya. Aku tahu juga jika Minato –sensei tak percaya bahwa kau masih hidup dan menghancurkan segenap kepercayaannya tentangmu, Obito. Tentangmu yang selalu bersemangat segala hal yang berbau dengan kedamaian dan cita-cita. Aku tahu Minato –sensei kecewa padamu. Aku tahu tapi mungkin Minato –sensei tahu seberapa kecewanya aku padamu. Terkadang dalam setiap serangan yang kulancarkan padamu aku merasa sebagai seorang penjahat yang sesungguhnya. Aku hanya bisa tersenyum saja dan entah mengapa aku bersikap seperti itu.

Penjahat.

Satu kata yang cocok bagiku. Aku lah yang menyebabkan penderitaan pada Naruto sesungguhnya. Aku lah yang menyebabkan penderitaan bagi semua orang di dunia ini. Aku lah yang menyebabkan ini terjadi. Jadi tolong hentikan, Obito. Aku lelah jika pada akhirnya aku lah yang menanggung semuanya.

Aku menghentikanmu.

Dan...

Kau menghentikanku.