Eye's Breath

Cast: BTS members

Infires by a Thailand movie (I'm forget the title, sorry)

.

.

.

Disebuah rumah sewaan di Seoul.

"Bagaimana? Mau tidak?" tawar Jimin untuk yang kesekian kalinya.

Mereka bertujuh sedang berkumpul di ruang keluarga rumah sederhana sewaan mereka. Mereka adalah sekelompok mahasiswa dengan tingkat semester yang berbeda-beda. Disana ada Namjoon dan Seokjin yang sedang saling menyuapi kue beras, Taehyung dan Jungkook yang bergenggaman tangan dan ngobrol –mengacuhkan Jimin, Yoongi yang sesekali menguap memperhatikan Hoseok yang bermain game di handphone-nya. Jimin yang kesal karena diabaikan –lagi, berteriak final.

"oke! Aku anggap kalian semua setuju!" lalu melenggang masuk kamar.

Sedangkan enam nyawa yang lain hanya menyetujuinya –dalam hati.

.

.

.

Tiga hari kemudian mereka sampai di Busan.

Malam itu Jimin mengajak mereka semua liburan di rumah ibunya di Busan. Walaupun tidak ada yang menolak ataupun menyetujui, toh mereka tetap bertujuh ke Busan.

.

.

.

"Ibuuu, aku pulang!" pekik Jimin masuk rumah.

Rumah ibu Jimin sederhana, dengan arsitektur tradisional. Sederhana namun berwibawa.

"Jim, ibumu tidak dirumah?" tanya Taehyung heran, karena rumah Jimin sangat sepi.

"tidak, katanya dia sedang ke pasar. Tadi ibuku mengirimiku pesan" jawab Jimin riang, terlihat dia sangat bahagia bisa pulang.

"kenapa kau mengucap salam tadi" Jin yang dirangkul Namjoon memutar matanya malas.

"kebiasaan hyung, sudahlah ayo masuk" Jimin mengomando mereka masuk rumah, tepatnya sekarang ada di ruang keluarga.

.

.

.

"gila, aku hampir tidak percaya apa yang kulihat" Hoseok berdecak kagum melihat ruang keluarga Jimin.

Dari luar terlihat tradisional, dalamnya malah hampir seperti salah satu ruangan kerajaan zaman Joseon. Dengan berbagai macam perabot rumah yang tampak kuno tetapi masih sangat terawat dan tampak mahal, almari besar yang sangat indah, dindingnya terbuat dari kayu tebal, atap rumah dengan langit-langit juga terbuat dari kayu yang berpelitur mengkilap dengan kain-kain seperti tirai yang menambah kesan 'kerajaan' di rumah itu. Belum lagi perpaduan warna cokelat kayu, kuning emas dan merah darah yang mendominasi rumah ibu Jimin.

"ibuku suka hal-hal begini" kata Jimin mendudukkan dirinya di sofa merah marun yang ada disana.

"ini perpustakaan keluarga, Jim?" Yoongi mengamati rak buku berukuran sedang yang ada di sebelah pintu masuk.

"iya hyung" Jimin menghampiri Yoongi dan mengambil sebuah buku agak tebal yang sampulnya terlihat usang.

"itu, buku anak-anak kan? Buku cerita mitos zaman dulu" Yoongi ikut melihat buku yang dipegang Jimin. Jimin mengangguk lalu tersenyum.

"oy kemarilah" seru Jimin sambil berjalan ke sebuah meja kaca bulat berukiran artistik yang dikelilingi sofa. Mereka bertujuh mengelilingi buku yang dibawa Jimin.

"kalian tahu tidak tentang legenda dan mitos yang beredar di masyarakat kita?" Jimin membuka 'diskusi' mereka dengan tatapan sok misterius yang beredar menatap teman-temannya satu persatu.

"ah, aku tidak mau dengar" Hoseok yang tiba-tiba merinding menutup telinganya.

"kau ini laki-laki tidak sih?" Yoongi melirik Hoseok sinis.

Jimin mengabaikan mereka, "aku pernah dengar sesuatu" Jungkook angkat bicara. Dia paling suka dengan hal-hal seperti ini.

Semua pasang mata memandang Jungkook penasaran, "mitos tidak akan ada kalau tidak pernah terjadi" kata Jungkook mantap.

"apa maksudmu, baby?" Taehyung merapat pada kekasihnya itu.

"ibuku pernah bilang padaku, kalau semua mitos itu pasti ada yang pernah mengalaminya. Diceritakan dari mulut ke mulut, walau tidak semua orang mengalaminya, tetapi mereka tetap mengantisipasi mitos itu" jelas Jungkook.

"Jungkook benar, bahkan walaupun mitos itu tidak nyata dan sangat sulit diterima nalar di zaman modern sekarang ini, orang-orang akan secara tidak sadar maupun sadar tetap mempercayainya. Walaupun ada yang tidak mempercayainya pun, mereka akan ragu dengan yang mereka lakukan. Itu semua karena mitos yang sangat kuat menjadi pegangan masyarakat secara turun temurun" lanjut Namjoon.

Mereka semua diam memperhatikan, Jimin memperhatikan buku kuno itu.

"aku punya rencana, bagaimana kalau kita membuktikan mitos-mitos yang ada di buku cerita anak-anak ini" kata Jimin semangat, tersenyum riang.

"jangan bodoh Jim!" Hoseok mendelik, sangat tidak setuju.

"Hoseok hyung benar, jangan main-main dengan mitos Jim" Taehyung menyetujui Hoseok.

"maksudmu bagaimana Jim?" Jin yang dari tadi diam menatap Jimin serius, tampaknya dia tertarik.

"jadi begini hyung, kita akan melakukan semua hal yang ada di buku ini" Jimin mengangkat buku usang itu riang.

"kau gila Jim!" Hoseok tersenyum sinis, jantungnya berdebar. Takut.

"ayolaaah, ini hanya permainan!" Jimin membela diri.

Jungkook terlihat berpikir keras. Taehyung penakut, tetapi tidak sepenakut Hoseok. Jadi dia diam saja dengan wajah blankTae.

"baiklah, aku coba buka dul-"

"selamat sore anak-anak!" Jimin yang akan membuka buku itu terhenti oleh suara nyaring ibunya.

Hoseok yang kaget hingga terlonjak dari duduknya.

"oooh, apa aku terlalu mengagetkan kalian?" tanya ibu Jimin sambil terkekeh.

"annyeong hashimnikka ahjumma" Namjoon yang sadar pertama kali berdiri dan membungkuk kearah ibu Jimin yang diikuti 5 orang teman yang lain, sedangkan Jimin berlari memeluk ibunya riang.

"aku rindu ibuuu" rengek Jimin manja.

Ibunya balas memeluk Jimin dan mengelus rambutnya lembut.

"aku tidak sempat memasak, jadi aku membeli makanan di pasar. Tidak apa-apa kan?" Ibu Jimin menatap mereka semua dengan raut khawatir.

"tidak masalah ahjumma, kami malah merepotkan" Jin mengusap tengkuknya canggung.

"tidak! Aku sangat senang kalian disini. oh iya Jim, Adikmu akan pulang sebentar lagi" Ibu Jimin melirik jam dinding.

"benarkah? Aku rindu dengan gadis cantik itu" kata Jimin riang,

"baiklah anak-anak, aku akan menyiapkan makan malam spesial untuk kalian. Walaupun bukan masakanku sih" lalu ibu Jimin berlalu kedalam ruang makan.

.

.

.

Mereka semua melupakan apa yang sebelumnya mereka bicarakan, kecuali Jimin dan Jungkook. Mereka berdua masih memikirkan rencana tadi. Siapa yang memikirkan hal lain ketika mereka dihadapkan dengan berbagai macam makanan yang dihidangkan di meja makan di depan mereka. Apalagi Jin yang memenuhi mulutnya dengan makanan yang beragam. Yaampun.

Adik perempuan Jimin sudah pulang dari jam tambahan sekolahnya. Namanya Park Jirin, dia adalah murid tahun akhir senior highschool. Pendiam dan sangat cantik.

Jungkook menginjak kaki Taehyung yang sedari tadi memperhatikan adik Jimin.

"Jirin-ah, kau sudah punya pacar ya?" Tanya Taehyung genit.

Jungkook mencubit pinggul Taehyung ganas.

"issh, kenapa sih kook?" Taehyung melirik kesal. Jungkook mendelik, tetapi diabaikan oleh Taehyung.

Taehyung benar-benar bingung dengan aura yang terpancar dari tubuh adik Jimin itu.

Jirin hanya tersenyum malu sambil menggeleng,

Ibu Jimin tersenyum melihat Taehyung yang sepertinya tertarik pada anak gadisnya. Tidak tahu saja kalau Taehyung dan Jungkook adalah sepasang kekasih.

"ahjumma, ini enak sekali" Jin menunjuk-nunjuk ayam pedas manis didepannya dengan sumpit.

"iya, disini terkenal dengan itu. Makanlah yang banyak, habiskan saja kalau mau" sahut ibu Jimin dengan nada yang sangat keibuan.

Mata Jin tambah berbinar mendengar kata-kata ibu Jimin. Maka dia langsung berebut ayam pedas manis dengan Yoongi.

"setelah makan malam, nanti kita berkumpul di tempat tadi ya" 'perintah' Jimin di sela acara makan malam mereka.

Tidak ada yang menjawab namun mereka semua mendengarkan dan menyetujui –seperti biasanya.

.

.

.

Makan malam selesai dan mereka berkumpul di ruang keluarga yang sekarang diterangi lampu yang agak redup –kata Jimin memang dibuat redup oleh ibunya, sesuai ajakan Jimin tadi.

"jadi, bagaimana? Liburan kali ini harus seru dan anti-mainstream" Jimin kembali mengacungkan buku usang tadi.

"anti-mainstream kepalamu! Aku tidak ikut!" seru Hoseok kelewat mantap.

"hei hei, kau bagian dari kami kan?" Yoongi menjitak kepala Hoseok. Pasangan sadis yang aneh.

"hyung, please..." Hoseok memelas pada Yoongi. Yang tentu diabaikan oleh Yoongi.

"tidak, aku juga tidak mau ikut kok" Taehyung angkat bicara dengan tangan disilangkan didepan dada. Jungkook melirik Taehyung sebal, masih kesal di acara makan malam tadi.

"aku tidak keberatan sih, lagipula aku juga bosan dengan liburan yang mainstream" Jin menyahut sambil bersandar manja pada Namjoon.

"yasudah, begini saja. Kita coba satu permainan dulu, nanti mau diteruskan atau tidak urusan belakangan" putus Jimin yang diangguki oleh Jungkook, Yoongi dan Jin.

"kalian semua harus tetap ikut" Jimin menunjuk Taehyung, Hoseok dan Namjoon berurutan. Namjoon sih, kalau ada Jin pasti dia mau-mau saja.

"tidak!" kompak Taehyung dan Hoseok, yang langsung mendapat lirikan sadis dari kekasih masing-masing.

"Yoongi hyung, kau tahu kan aku seperti apa..." Hoseok memelas –lagi pada Yoongi.

"ayolah Hosiki,coba sekali dulu" Yoongi akhirnya berucap lembut, yang tidak mungkin bisa ditolak oleh Hoseok. Dengan sangat-amat-terpaksa-sekali Hoseok mengangguk dengan wajah yang sudah mulai memucat.

Meanwhile, Taehyung memasang aegyo paling imut sebisanya untuk Jungkook. Biasanya sih berhasil, tetapi Jungkook hanya tersenyum dan menggeleng lembut.

"aku akan selalu disampingmu hyung" Jungkook masih tersenyum dan mengusap pipi Taehyung yang menggembung. Taehyung kalau terkena attack seperti itu Cuma bisa menurut.

Jimin menunggu dengan sabar, lalu bertepuk tangan heboh setelah semua berhasil dibujuk.

"baiklah aku mulai, jangan terlalu tegang. Ini kan hanya permainan" kata Jimin menenangkan.

"kalau bukan karena Yoongi hyung aku tidak sudi ikut" gerutu Hoseok jengkel, Yoongi hanya merespon dengan kekehan dan pelukan ringan.

Jimin membuka buku usang itu cepat –agar tidak terlalu tegang, tetapi ketika Jimin membuka buku itu tiba-tiba seperti ada angin beku yang menelusup diantara mereka. Hoseok sampai tidak bisa berteriak saking takutnya.

"aku bacakan" Jimin memulai dan berdehem sebentar, "ini masih belum masuk cerita kok, begini 'tiada akhir kalau kau hanya mengawalinya' apa artinya ini ya?" Jimin mengerutkan kening bingung.

"teruskan saja Jim" perintah Namjoon yang diangguki Jimin.

Jimin membuka halaman pertama, dibagian atas buku itu ada ilustrasi cerita dibawahnya, yaitu gambar sekelompok pemuda yang duduk melingkar di atas kursi mengelilingi sebuah meja. Jungkook yang melihat itu mengerutkan keningnya, gambar itu sangat mirip dengan keadaan mereka sekarang ini.

"ketika kegelapan mulai menyelimuti seluruh langit, bersamaan dengan itu pula jiwa-jiwa gelap menyebar ke seluruh permukaan bumi, jangan bermain-main diluar. Jika kau sedang bermain, jangan bermain curang. Tidak ada yang suka dengan kecurangan, atau sesuatu akan datang padamu dan ak-"

"HYAAAAAAAA" cerita Jimin terputus dengan teriakan, bukan Taehyung ataupun Hoseok. Tetapi Jin yang duduk tepat didepan Jimin, yang sekarang memeluk Namjoon sangat erat.

Wajah Hoseok dan Taehyung pucat sepucat-pucatnya. Mencengkram genggaman tangan mereka dengan pasangan masing-masing. Hoseok hampir menangis, matanya memerah takut. Sedangkan Taehyung memejamkan matanya rapat.

Diantara mereka, Jin dan Taehyung yang merupakan saudara kandung adalah indigo.

"kenapa sayang?" tanya Namjoon khawatir sambil memeluk Jin dan mengelus-elus punggungnya.

"Jimin tutup bukunya!" pekik Jin menunjuk buku yang dipegang Jimin masih dengan mata terpejam rapat.

Jimin segera menuruti kata-kata Jin,

'PRAAANG!'

Bersamaan dengan buku yang ditutup, suara seperti benda pecah mengagetkan mereka.

Jimin menghampiri adiknya –yang ternyata jatuh dan menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

"Jirin-ah? Ada apa?" tanya Jimin sambil membantu adiknya berdiri. "yaampun, tanganmu!' seru Jimin panik ketika melihat tangan adiknya berdarah. Jirin mendesis kesakitan.

"oppa, tadi seperti ada yang menabrakku. Keras sekali" keluhnya takut-takut, matanya tergenang air mata, takut dan merasakan perih ditangannya.

Jimin menatap teman-temannya khawatir, apalagi pada Seokjin yang masih terlihat shock entah mengapa.

Taehyung yang dipeluk Jungkook melirik kearah Jirin yang duduk di sebuah kursi didepan sebuah kaca berukuran sedang.

Matanya menangkap bayangan yang membuatnya kaget sekaligus takut setengah mati.

Taehyung melihat Jin yang berkomat-kamit entah apa.

Ibu Jimin kemudian datang dan menyuruh mereka semua tidur dan mengobati luka Jirin.

Malam itu, tidak ada yang bisa tidur.

.

.

.

Lusanya, mereka bertujuh kembali ke Seoul.

Mereka semua beraktifitas seperti biasanya. Kuliah, pulang, hang out dan lain-lain. Walaupun mereka bertujuh sering gelisah tanpa sebab.

Suatu siang, Jin dan Namjoon makan siang disebuah kafe langganan mereka.

Jin melihat keluar jendela dan melihat seorang wanita dengan blus putih bersih dengan celana skinny jeans. Jin merasa kalau dia sering sekali melihat wanita itu.

"Namjoon, kau tahu dia siapa? Kurasa kita sering bertemu dengannya" tunjuk Jin pada wanita itu sambil memainkan sedotannya.

Namjoon mengikuti arah telunjuk Jin.

"yang mana?" tanyanya, "itu, yang pakai baju putih. Yang rambutnya abu-abu gelap" jawab Jin santai.

"tidak ada orang disana, sayang" Namjoon menatap Jin dengan alis berkerut.

Jin menatap Namjoon kaget, seingatnya dia sudah tidak pernah melihat hantu lagi sejak dia pernah melakukan seks.

"jangan bercanda Namjoon" Jin memicing kearah kekasihnya.

Tiba-tiba Jin membuka mulutnya lebar, disamping Namjoon. Wanita tadi menangis menatapnya.

"kurasa kita harus bicara pada Jimin, sekarang! Cepat pergi Namjoon!" Jin panik dan berlari keluar dari kafe, meninggalkan Namjoon yang tengkuknya meremang.

.

.

TBC/END?

.

.

.

Ada yang tertarik? /nggak/

Aku ngepost 3 story sekaligus lho, awkwkwk /ngga ada yang peduli/ kkeut!

Ini cerita horror ya /kalau ngena sih/ romancenya ntar di akhir-akhir dan disela-sela/? Cerita ini *eheheh

Kalau ada yang tahu judul filmnya kasih tahu aku ya, aku bener-bener lupa judulnya. Hehehe

Kalau dapet respon bagus, aku bakal cepet update soalnya aku udah mutusin alur ceritanya/?

Ini terinspirasi ya, mungkin ceritanya agak sama karena emang gituu. Tapi jalan ceritanya –bakalan beda karena aku lupa alur di film itu. Hahaha

Thanks to anyone who read my story, leave comment or anything after reading, guys.

See you~ /if you wanna more *plakk/

Salam kolor Jungkook~