Menurut Minseok, A sampai G adalah kisah cintanya bersama Sehun, gula-nya. Sedangkan H sampai Z dia belum melaluinya.
.
A until G
A story about Minseok, Sehun and Jongin
By Cekerjongin2
Standard disclaimer applied
Twoshoot
Warning: Yaoi, BoyXBoy, crackpair, abal, OOC, typo(s)
Note: {{… tanda itu artinya flashback. …}} artinya flashback end. Happy reading!
.
[1/2]
.
Apple(Apel)
"Sehun sering menyuapiku apel."
{{…
Minseok sedang duduk di sofa sambil menonton drama favoritnya di tv. Tapi, lelaki berpipi chubby itu tak sendirian. Seorang pemuda bertubuh kurus datang menghampirinya dengan membawa buah apel. Pemuda berbaju abu-abu itu duduk tepat di sebelahnya.
Minseok tidak memperhatikan keberadaanya. Ia terlalu fokus memahami jalan cerita drama yang sedang ia tonton. Pemuda itu memotong apel merah yang ia bawa tadi. Sesekali ia bernyanyi-nyanyi kecil.
Minseok mendengus sebal. Karena suara Sehun yang jelek menutupi suara yang keluar dari tv. Percuma juga jika ia menambah volume tv-nya karena suara Sehun tetap mendominasi di sana.
"Sehun-ah diam!" titahnya. Slup. Sepotong kecil apel memasuki mulutnya. Minseok kaget. Namun tetap mengunyahnya.
"Apel?" tanyanya setelah mulutnya kosong. Sehun mengangguk.
"Aku membaca di internet jika apel baik untuk ibu hamil," Sehun memotong apel di tangannya. Lalu membawanya menuju mulut Minseok.
"Say 'aaa'!" Minseok membuka mulutnya. Dan memakan apel itu.
"Apa khasiatnya?"
"Membakar lemak!" Sehun menjulurkan lidahnya.
"YA! Aku tahu aku gendut! Ish…," ia memanyunkan bibirnya kesal. Baru saja ia senang karena pemuda itu perhatian padanya, sekarang pemuda itu sudah merusak mood-nya.
Dasar Oh Sehun!
Sehun tertawa melihat tingkahnya. Pemuda itu mencubit pipi chubby milik Minseok.
"I'm sorry baby. Ayo buka mulutnya!" Minseok tidak bergeming. Ia masih diam.
"Salah satu manfaat apel adalah menurunkan resiko gangguan nafas pada anak yang dikandung," Sehun mengelus perut Minseok.
"Ayo udahan marahnya! Hyung mau anaknya besok kena asma?" Sehun tersenyum semanis mungkin pada Minseok. Minseok mendengus.
Siapa yang mengajari bocah ini merayu? Jago sekali!
"Oke! Cepat suapi aku apel!" perintahnya dengan nada yang masih sebal. Sehun mencubit pipi Minseok sekali lagi. sepertinya kegiatan itu akan menjadi hobi barunya.
"Ayo buka mulutnya! Keretanya mau masuk… kkk…," Sehun pun membawa potongan apel itu ke mulut Minseok.
"Kau pikir aku anak kecil berusia 3 tahun Oh Sehun?" tanyanya menanggapi kalimat Sehun sebelumnya.
"Iya, hyung sangat imut! Kkk…," blush. Pipi Minseok bersemu merah.
"Lihat! Lihat! Kau sudah terlalu banyak makan apel! Pipimu berubah seperti apel! Kkk…," Sehun menunjuk pipi Minseok. Minseok memegangi pipinya. Mencoba menyembunyikan warna itu.
"Tidak! Tidak mungkin! Kau salah liat! Itu hanya ilusimu saja!" elaknya. Sehun semakin tenggelam dalam tawa. Minseok mengambil sebutir apel, ia memiliki niat untuk melempar buah bundar itu pada Oh Sehun yang nista.
"Lihat sekarang kau mencoba membalikan fakta!" Minseok menyerah. Ia mengagalkan niatnya. Mungkin sudah takdirnya untuk menyerah kepada Oh Sehun.
"Iya iya, pipiku merah. Itu karenamu bocah ingusan!" Minseok mengigit apel di tangan dengan ganas.
"Tapi kau mencintai bocah ingusan itu kan?" Sehun menggoda Minseok. Tangannya mencolek-colek pipi Minseok.
"Aku sangat mencintainya. Kalau tidak aku sudah memotong lehernya karena selalu menjailiku! Sekarang apa yang kau ingin kan? Aku mencintai bocah ingusan itu. Kau harus menyerah, tidak ada kesempatan bagimu," Minseok balik menggoda Sehun.
"Aku ingin mencicipi apel di mulutmu," Minseok terdiam. Ia tidak paham dengan kalimat yang baru saja Sehun lontarkan. Bersamaan dengan itu, jarak antara mereka berdua semakin tipis. Sehun menempelkan bibir tipisnya pada bibir Minseok dan Sehun pun mulai mencicipi apel dalam mulut Minseok.
…}}
.
Bear(Beruang)
"Sehun sangat nyaman untuk dipeluk. Sama seperti boneka beruang."
{{…
Seoul sedang dilanda hujan lebat. Petir menyambar-nyambar ingin didengar. Minseok bersembunyi di bawah selimut tebalnya dengan ketakutan.
Sehun di mana? Kenapa belum pulang juga?
Ia menggenggam jari-jarinya mencoba mengurangi dingin dan getaran akibat rasa takut. Minseok juga mengigit bibir bawahnya tanda ia sangat ketakutan.
Sehun kumohon cepat pulang.
Bel appartment mengagetkan Minseok yang sedang berdoa.
Aneh, pikirnya.
Jika itu Sehun kenapa tidak masuk saja? Ini kan rumah dia juga, simpulnya.
Bel itu masih berbunyi tanda orang itu masih ingin pintu appartment itu terbuka. Dengan ragu-ragu Minseok berjalan menuju pintu appartment-nya. Meninggalkan kasurnya yang sangat nyaman.
Tangan kanannya memutar knop pintu sehingga pintu berwarna putih itu terbuka. Matanya dikejutkan dengan sebuah boneka beruang berukuran manusia. Lelaki itu berteriak dan bersembunyi di balik pintu setelah melihat hal tersebut.
"S-si… siapa kau?" tanyanya gemetaran.
"Kau tidak akan tahu siapa diriku jika kau tidak keluar," terdengar suara berat dari luar yang Minseok yakini sebagai suara beruang itu. Ia melangkah keluar dengan takut.
Sekarang ia telah berdiri menghadapi boneka itu. Minseok baru menyadari bahwa di belakang boneka itu ada seseorang yang menyokongnya.
"A-apa maumu?" bibirnya terasa kaku saat melontarkannya.
"Beri aku sebuah pelukan atau aku akan menciummu!" mata Minseok melebar.
Mwo? Dia ini perampok, penculik atau apa?
Minseok menutup matanya erat. Berjalan dengan canggung Minseok mendekatkan kedua tanggannya pada beruang itu. Memeluknya dengan ragu-ragu. Aroma wangi menyambut rongga hidungnya saat ia memeluk boneka itu. Sangat menenangkan. Dia kenal dengan aroma ini.
"Ganti peluk Sehun dong! Sehun pengen dipeluk. Sehun kangen hyung," ia tersentak mendengar suara itu.
Sehun?
Minseok membuka matanya. Melihat pemuda di balik kedok ini. Oh Sehun. His lovely dongsaeng. His man. Dengan segera ia memukul Sehun dengan boneka super besar itu. Sehun mencoba menghindari sambil merapalkan kata maaf untuk Minseok.
"Kau membuatku takut," katanya dalam dekapan Sehun. Tangan Sehun mengelus punggung Minseok bermaksud untuk menenangkan laki-laki yang 4 tahun lebih tua darinya itu.
"Maaf," Minseok mengangguk dalam pelukannya.
"Untung hyung tidak memiliki penyakit jantung," Minseok memainkan jarinya di dada Sehun.
"Masuk yuk! Di sini dingin," Sehun menggandeng Minseok memasuki appartemen mereka.
Hujan turun semakin deras. Petir kembali bersuara. "Hyung mau coklat hangat?" Sehun menangkap ketakutan di raut wajah Minseok yang sedang duduk bersandar di ranjang.
"Hyung?" suara petir mengagetkan mereka lagi. Reflek tangan Minseok memeluk tubuh kurus Sehun.
"Hyung mau Sehun di sini," pintanya pelan. Sehun tersenyum sambil mengelus rambut hitamnya.
"Iya, Sehun di sini."
Hening tak ada suara selain suara hujan, petir dan nafas mereka. Lebih dari 10 menit telah berlalu dalam keheningan.
"Bagaimana perkembangan anak kita?" Sehun melepas pelukan mereka dan mengalihkan pandanggannya pada perut Minseok yang semakin membesar setiap harinya. Begitu pula dengan Minseok. Minseok mengelus perutnya sambil tersenyum.
"Hana baik-baik caja appa, appa tidak pelu khawatil," Sehun tertawa mendengar suara Minseok yang dibuat sok imut. Lelaki itu mencubit pipi bakpao milik Minseok.
"Ya! Oh Sehun!" Minseok memegangi pipi kirinya yang baru saja menjadi korban pencubitan Oh Sehun. Bibir kissable-nya mem-pout dengan imut.
Gemas. Sehun mencium bibir itu sekilas. Pemuda itu menempelkan kepalanya pada dahi Minseok. Kemudian ia memejamkan matanya.
"Setiap gerakanmu membuatku semakin jatuh ke dalam jurang cintamu. Maaf, jika aku tidak dapat berhenti mencintaimu. Maaf, jika aku selalu di sampingmu. Kau terlalu berharga untuk ditinggalkan."
"Kau berlebihan Sehun. Jangan bohongi aku! Aku tahu aku jelek, aku pendek, wajahku bulat. Bahkan, Baekhyun lebih cantik dariku," Minseok menjauh dari Sehun.
"Apa gunanya wajah rupawan? wajah cantik? Aku hanya membutuhkan orang yang mengerti diriku. Aku membutuhkan orang sepertimu hyung," air mata turun dari mata Minseok. Membuat pipi chubby lelaki itu basah. Kedua tangan hangat Sehun menghapus air itu.
"Thanks for everything Sehun-ah," ungkapnya sambil tersenyum.
"Ini memang tugas Sehun, hyung," Sehun membalas senyuman Minseok sambil mengelus pipinya.
"Kupikir tidak akan ada orang yang mau menghabiskan sisa hidupnya denganku. Aku beruntung memilikimu, aku beruntung menjadi orang yang selalu kau dekap, aku beruntung memakai cincin yang sama denganmu," Minseok menatap mata sipit Sehun lekat-lekat.
"Meskipun, esok takdir memisahkan kita. Aku tetap beruntung karena pernah bertemu dan hidup denganmu, Sehun-ah," Minseok hanya perlu waktu satu detik untuk memeluk Sehun. Memeluk lelaki yang sangat dicintainya itu dengan sangat erat. Seakan esok mereka akan terpisah.
"I love you, Sehun-ah. Now and forever. Please don't leave me."
…}}
.
Car(Mobil)
"Aku beruntung karena Sehun dengan senang hati mengantarku kemana pun dengan mobilnya."
{{…
"Kau membeli mobil baru?" Minseok bertanya dengan mata melebar. Sehun mengangguk.
"Aku meminta cuti kepada boss untuk mengatarmu ke dokter dengan mobil baru kita," Sehun duduk di samping Minseok yang sedang mengotak-atik smartphone-nya.
"Tapi aku telah meng-sms Kyung Soo bahwa aku akan ke dokter dengannya," Minseok menatap Sehun meminta pendapat.
"Bilang saja kalau tidak jadi. Beres kan?" Minseok mengangguk mengerti.
"Apa tidak apa-apa kau cuti untukku?" Sehun tersenyum. Mencubit pipi Minseok gemas.
"Bodoh! Kau itu istriku. Kenapa harus ada apa-apa?" Sehun menggenggam tangan Minseok.
"Ayo kita berangkat!" pemuda berkemeja putih itu menarik Minseok untuk keluar dari appartemen mereka. Minseok hanya mengikuti tarikan tangan Sehun dengan pasrah. Jari telunjuk Sehun menekan suatu tombol di lift sehingga lift itu terbuka. Lalu mereka masuk ke dalam lift untuk turun menuju tempat parkir.
"Kau sudah memberi tahu Kyung Soo hyung?" Minseok menunjuk layar smartphone-nya.
"Aku sedang mengetiknya. Kapan kau membeli mobil? Kenapa kau tidak berunding denganku?"
"Aku tidak membelinya. Itu hadiah dari boss karena aku bekerja dengan baik."
Lift terbuka. Mereka telah sampa di lantai UG. Sehun menggandeng Minseok menuju mobil mereka. Sebuah mobil modern berwarna orange. Ukurannya tidak seberapa besar. Mungkin hanya muat 4-5 orang.
Sehun membukakan pintu untuk Minseok. Minseok masuk ke dalam mobil itu. Tak sampai satu menit Sehun telah duduk di sampingnya. Pemuda itu menghidupkan mesin mobilnya.
"Memang bukan mobil mewah seperti milik Junmyeon hyung. Yeah… tapi lumayan daripada tidak sama sekali," ujarnya sambil tersenyum tulus.
"Tidak apa-apa, hyung suka," Minseok juga tersenyum. Sehun menghadiahinya sebuah kecupan ringan di pipi kanannya.
"Mau diantar ke mana, Ny. Oh?" Sehun tersenyum jahil.
"Tolong antarkan aku ke rumah sakit, pak supir!" Minseok terkekeh setelah memberi perintah. Sedangkan Sehun mendengus mendengarnya. Salah satu kakinya telah menginjak gas. Kedua tangannya mulai bermain-main dengan stir. Mereka mulai menyusuri jalan menuju rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan Minseok.
"Di sini ada lagu favorit kita?" Minseok melihat tumpukan CD di mobil mereka. Sehun melirik.
"Kita punya lagu favorit? Kkk…."
"Ya! Oh Sehun!" Sehun masih tertawa kecil.
"Sepertinya tidak ada. Coba cari dulu!" Minseok mulai mencari lagu favorit mereka pada tumpukan CD itu. 20 menit kemudian ia meletakan tumpukan CD itu dengan malas.
"Tidak ada," ia mengalihkan pandangannya pada jalan. Berharap bisa menghilangkan kebosanannya.
"Bosan?" Sehun melirik Minseok.
"Hm," jawabnya singkat tanpa melihat Sehun.
"I do believe all the love you give…," Sehun mencoba memperbaiki mood milik Minseok dengan menyanyikan lagu favorit mereka.
"All of the things you do. Love you, love you. I'll keep you safe, don't you worry," Minseok melirik ke arah Sehun.
"Suara Sehun jelek?" Minseok tidak menjawab. Namun ia tersenyum kepada Sehun.
"Thanks. Ayo kita duet! Oh Se Huuuun!" Sehun tersenyum senang mendengar terikan Minseok.
"Siapa takut?!" serunya tak kalah nyaring.
"Seulpeo hajima no no no. Namjaga anya no no no. Eonjenanana naege hangsang bichi dwae jun geudae. Giliranmu Sehun! Kkk…."
"Nae soneul jabayo ije jigeum dogawa gide. Eonjena himi dwae julgeeeeeeee…," Sehun menyanyika part milik Eun Ji A Pink dengan penuh percaya diri. Minseok tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Suaramu yang jelek benar-benar moodbooster Sehun-ah!"
"Oppaaaa! I'm not Sehun. I'm A Pink's Eun Jiiiiiiii!" dan itu membuat Minseok semakin tenggelam dalam tawa.
…}}
.
Dinner(Makan malam)
"Aku beruntung. Karena Sehun sering membuatkanku sesuatu yang enak untuk dikonsumsi."
{{…
Sehun terdiam. Matanya menatap lelaki di depannya dengan tatapan… takjub? Yeah… mungkin. Minseok risih dengan tatapan itu. Ia membuang mukanya ke arah lain.
"Sehun-ah! Hentikan! Kenapa kau terus menatapku? Apa aku salah?"
"You are too beautiful today," ungkapnya masih menatap Minseok. Blush. Pipi Minseok merona.
"Aku tidak cantik, apa lagi terlalu cantik. Mungkin karena hanya diterangi lilin aku jadi terlihat seperti itu," Sehun tersenyum.
"Bahkan kau bersinar di kegelapan."
"Steak ini bisa kembali hidup jika kau terus menggombaliku. Ayo makan!" Minseok mengambil alat makan di depannya. Dan lelaki cantik itu mulai memakan daging bernama steak itu.
"Enak?" Minseok mengangguk sambil mengunyah steak di mulutnya.
"Dagingnya lembut, bumbunya sangat terasa. Seharusnya kau membuka restoran, Sehun-ah!" Sehun ikut memakan steaknya.
"Mungkin suatu saat nanti, tapi aku lebih suka masakanmu hyung."
Minseok menelan makanan di mulutnya. Kemudian menunjuk minuman di meja makan mereka. "Ini bukan wine kan?" Sehun menatapnya.
"Memangnya kenapa?"
"Aku sedang hamil, Sehun."
"I know. Itu hanya juice biasa. Juice berry," Sehun meletakan garpu dan pisaunya. Mengambil gelas berisi minuman gelap di depannya.
"Ayo bersulang!" Minseok melakukan hal yang sama dengan yang Sehun lakukan.
"Untuk kita bertiga," kemudian mereka saling membenturkan gelas mereka. Meminum minuman tersebut.
"Buatanmu juga?" tanyanya setelah meneguk minuman itu.
"Iya, kau suka?"
"Sangat. Kau… aku berterima kasih padamu Sehun," Minseok tersenyum pada Sehun.
"Kita sudah lama tak melakukan hal romantis. Jadi kupikir candle light dinner dengan membuat masakannya sendiri terdengar romantis," Minseok meneteskan air matanya.
"Kau melakukan ini hanya untuk orang sepertiku?"
"Ah! Kenapa kau menangis? You are the most precious thing that I ever had."
"Aku hanya seorang lelaki jelek, berbadan gemuk, aku tidak kaya, bahkan sekarang aku pengangguran."
"Kau tidak perlu wajah tampan, badan bak model, dan harta berlimpah. Yang kau perlu adalah percaya, percaya padaku bahwa, aku akan terus mencintaimu apa pun yang terjadi."
Minseok tersenyum. "Aku sangat beruntung Sehun," Sehun mengambil tangan Minseok dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.
"Asal kau tahu. Aku lebih beruntung darimu. Aku memiliki pasangan yang sangat baik. So lucky to have you, Oh Minseok."
…}}
.
.
To be contined…
A/N:
FF ini pernah aku post degan judl alphabet di fb ^^
don't forget to leave your review! ^0^
Satu review kalian berarti bagiku /apasih gaje -_- /
Salam hangat, cekernya Jongin
