ANGEL WITH A SHOTGUN
Jungkook/Taehyung
"Bunuh orang ini," ucap pria di depan Jungkook sembari menyodorkan sebuah foto.
Jungkook melihat orang yang ada di foto itu. Seorang pria, berambut coklat gelap. Pria itu tersenyum di dalam foto dan membuat matanya membentuk bulan sabit. Senyuman itu terlihat indah, pikir Jungkook.
"Namanya Kim Taehyung," lanjutnya. "Detail tentangnya akan aku kirim jika kau mau menerima pekerjaan ini."
"Berapa imbalanku?" tanya Jungkook, masih fokus dengan foto pria yang bernama Kim Taehyung itu.
Pria di depannya itu menyeringai. "Berapapun maumu. Asal kau bisa membunuhnya, dengan membawakan kepalanya di hadapanku. Bagaimana?"
Jungkook terkenal tidak pernah menolak pekerjaan. Tidak peduli bagaimanapun permintaan client-nya, ia akan selalu menuruti. Jungkook tidak peduli tangannya kotor dipenuhi darah tidak berdosa, karena Jungkook hanya mempedulikan uang, untuk bertahan hidup.
"Aku terima."
.
.
.
Jungkook memutuskan untuk mengincar Kim Taehyung pada keesokan harinya. Detail tentang targetnya itu sudah ia kantongi. Menurut data yang Jungkook dapat, Taehyung adalah seorang mahasiswa di Universitas Global Cyber. Jungkook bukanlah orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, maka setelah ia mendapat informasi tentang targetnya, Jungkook berencana menghabisi Taehyung langsung di kampusnya.
Jungkook menyamar dengan mengenakan pakaian casual layaknya seorang mahasiswa. Celana jeans, flannel merah dengan pattern kotak-kotak hitam, dan kaos oblong hitam sebagai dalaman. Ia juga mengenakan sneakers dan snapback. Dan untuk melengkapi 'mahasiswa-look'-nya, ia juga membawa tas punggung. Orang tidak akan mengira jika Jungkook adalah seorang pembunuh bayaran jika tidak melihat isi tas Jungkook. Isi tas punggung Jungkook bukanlah buku-buku membosankan seorang mahasiswa, melainkan pistol dan senjata tajam untuk membunuh Taehyung.
Sesuai jadwal, tepat pukul 3 sore, Kim Taehyung keluar dari kampusnya. Jungkook pun langsung berjalan ke arahnya. Namun, langkah Jungkook terhenti setelah seseorang berlari ke arah Taehyung sembari meneriaki namanya.
"Taehyung!"
Taehyung menoleh dan mendapati orang yang memanggilnya tadi memeluknya. Wajah orang yang kini memeluk Taehyung itu terlihat sangat khawatir.
"Kau tak apa?" tanyanya sembari melepas pelukan. "Aku dengar dia memukulimu lagi."
"Aku tak apa, Jimin," jawab Taehyung sembari melempar senyum ke orang yang bernama Jimin itu.
Jarak antara Jungkook dengan Taehyung dan Jimin hanya sekitar 3 meter, membuatnya dapat mendengarkan percakapan mereka.
"Kenapa kau tidak bercerita padaku?" tanya Jimin lagi sembari menatap lekat wajah Taehyung. "Lihatlah wajahmu. Apa yang sudah dia lakukan padamu?"
Mendengar ini, Jungkook baru menyadari bahwa mata kiri Taehyung memar, dan bibirnya robek. Masih terdapat darah kering di pinggir bibirnya.
"Aku tidak mau membuatmu khawatir," jawab Taehyung pelan sembari menundukkan kepala.
"Taehyung, dengarkan aku," Jimin mengangkat dagu Taehyung dan kini Jungkook dapat melihat jelas wajah sang target. "Kau tidak mau membuatku khawatir? Kau yang tidak menceritakan masalahmu itu membuatku khawatir! Aku mohon, ceritakan semuanya padaku."
"Maaf, Jimin. Mungkin lain kali akan aku ceritakan. Aku harus pergi sekarang. Maafkan aku."
Taehyung pun berlari menjauh dari Jimin yang terus memanggil namanya. Jungkook yang melihat hal ini pun langsung membuntuti sang target dan merencanakan pembunuhannya.
.
.
.
"Apa kau akan membunuhku?"
Taehyung berhenti tepat di tengah jalan sempit di antara gedung-gedung tinggi. Ia tidak menoleh ke arah Jungkook, hanya berhenti sembari menundukkan kepalanya. Jujur saja, Jungkook sedikit terkejut mendengar pertanyaan Taehyung. Ia tidak mengira bahwa targetnya akan menyadari keberadaannya. Karena selama ini, tidak ada target yang pernah peka akan keberadaannya. Jungkook pun sontak menyerang Taehyung, ia mencengkram leher Taehyung dan mendorongnya ke tembok.
"Menarik," ucap Jungkook sembari menyodorkan sebuah pisau ke arah Taehyung. "Kau sadar akan keberadaanku? Bagaimana kau tau aku akan membunuhmu?"
"Kau terus membuntutiku dengan membawa pisau sejak dari kampus," Taehyung terlihat tenang, ia bahkan berani menatap Jungkook. Entah mengapa, hal ini membuat Jungkook merasa kesal.
"Ya, aku akan membunuhmu. Kau tidak takut?" tanya Jungkook sembari menempelkan pisaunya ke pipi Taehyung.
Taehyung tidak menjawab, ia hanya menelan ludah. Ia terdiam sejenak, dan kemudian menutup matanya sembari menggigit bawah bibirnya. Melihat hal ini, Jungkook tersenyum, merasa terhibur.
"Kau takut," ujar Jungkook, masih dengan senyumannya. Jungkook pun mengganti senjatanya. Ia mengambil sebuah pistol dari dalam tasnya dan langsung mengarahkan pistol itu pada Taehyung. "Pisau akan membuatmu merasa kesakitan, jadi aku menggantinya dengan pistol, cepat dan tidak menyakitkan. Kau tidak perlu takut," Taehyung masih saja terdiam, tidak membalas ucapan Jungkook. Jungkook dapat merasakan tubuh Taehyung gemetar. "Oh, kau benar-benar ketakutan. Tenang saja, aku akan membunuhmu dengan cepat, kau tidak akan merasakan apapun," Jungkook pun menempelkan ujung pistolnya ke kening Taehyung, membuat Taehyung menekan gigitan pada bibirnya yang kini mulai berdarah. "Apa kau sudah siap?"
Jungkook meletakkan jarinya pada pelatuk pistol dan bersiap untuk menariknya.
.
.
.
DOR!
.
.
.
"Ugh."
Taehyung membuka matanya dan mendapati pria yang akan membunuhnya itu berlutut memegangi kakinya yang berdarah.
"Kim Taehyung milikku."
Taehyung mendongak ke sumber suara dan ia dapat melihat seorang pria berambut abu-abu memegangi pistol di tangga yang berada tepat di atasnya.
"Min Yoongi!" sentak Jungkook, ia terlihat marah. "Jangan ikut campur! Kim Taehyung adalah targetku!"
"Oh? Tapi dia adalah targetku juga," ucap pria bernama Min Yoongi itu yang kini mengarahkan pistolnya ke arah Taehyung. Taehyung yang tadinya berencana untuk kabur pun mengurungkan niatnya.
"Omong kosong!"
"Aku tidak tau siapa yang menyuruhmu, tapi Kim Taehyung adalah targetku. Dan aku yang akan membunuhnya."
Melihat Yoongi akan menarik pelatuknya, Jungkook pun langsung menodongkan pistol ke arah Yoongi dan menembakkan peluru tepat ke tangan Yoongi yang sedang memegangi pistol. Pistol milik Yoongi terlempar dan Jungkook segera beranjak dan menarik Taehyung untuk membawanya pergi dari tempat itu.
"Sial!" pekik Yoongi sembari memegangi tangannya yang berdarah. Yoongi tidak tinggal diam melihat targetnya dibawa pergi oleh Jungkook. Ia mengambil pistol cadangan dan mengarahkan pistolnya itu pada Taehyung. "Mati kau!"
Jungkook menoleh ke arah Yoongi dan terkejut melihat Yoongi yang sudah siap untuk menarik pelatuknya. Ia pun langsung memeluk Taehyung, melindunginya, saat suara tembakan dari pistol Yoongi terdengar.
"Ugh!" erang Jungkook kesakitan setelah peluru yang Yoongi tembakan menancap di pinggangnya.
Taehyung yang masih berada di pelukan Jungkook pun terkejut karena ia tidak mengira Yoongi akan menembakkan peluru lagi. Tubuhnya gemetar melihat darah Jungkook di tangannya. "Kau.. berdarah," ucap Taehyung pelan.
"Ya," balas Jungkook dengan nafas yang terengah-engah, ia terdengar lemah.
Taehyung ketakutan setelah mengetahui Yoongi mendekat ke arahnya. Jungkook yang menyadari hal ini pun menyandarkan kepalanya di pundak Taehyung dan memeluknya lebih erat. "Tenang saja, aku tidak akan menyerahkanmu pada siapapun."
Dan dengan ucapan itu, Jungkook mengambil pisau yang sebelumnya ia gunakan pada Taehyung dan melemparnya ke arah Yoongi. Pisau itu mengenai paha Yoongi dan ia pun jatuh tersungkur sembari mengerang kesakitan.
"Brengsek kau, Jeon Jungkook!"
Terdengar suara mobil polisi mendekat ke arah mereka (suara adu tembak Yoongi dan Jungkook membuat warga sekitar melapor pada polisi) dan Jungkook mengambil kesempatan ini untuk kabur. Yoongi yang bersusah payah untuk bangun pun terus mengumpat pada Jungkook. Jungkook menoleh dan membalasnya dengan senyuman menyeringai.
.
.
.
Jungkook yang berjalan cukup jauh dengan lukanya akhirnya ambruk. Ia tidak sempat menutup lukanya, membuat darahnya tidak berhenti keluar dan nafasnya pun semakin lemah. Jungkook mengginggit bawah bibirnya, menahan rasa sakit karena peluru Yoongi.
"Hey, kau tak apa?" tanya Taehyung sembari mengusap kepala Jungkook. Tidak ada jawaban dari Jungkook, hanya nafas berat yang tidak beraturan yang keluar dari mulutnya. "Kau harus diobati."
"Kau tidak ingin kabur?" tanya Jungkook yang kini menatap Taehyung dan membuat targetnya itu berhenti mengusap kepala Jungkook.
"Tidak," jawab Taehyung sembari melempar senyum ke arah Jungkook dan kembali mengusap kepalanya. Melihat senyuman Taehyung, Jungkook teringat foto yang diberikan oleh client-nya.
"Kenapa?"
Taehyung bisa kabur saat ini juga, meninggalkan Jungkook yang terluka atau langsung membunuh Jungkook. Namun sang target tidak meninggalkan sisi Jungkook. Ia bahkan mengkhawatirkan kondisinya.
Saat Taehyung akan menjawab pertanyaan Jungkook, seseorang berhenti tidak jauh dari mereka dan berteriak sesaat setelah melihat Jungkook. Orang itu langsung berlari sembari masih berteriak. Jungkook dapat memaklumi hal itu, melihat dirinya yang terluka dan darah yang berceceran, orang pasti akan berteriak.
"Aku rasa ini bukan tempat yang baik untuk mengobrol," ucap Taehyung sembari membantu Jungkook berdiri. "Dan kau masih harus diobati."
.
.
.
"Di mana ini?" tanya Jungkook sembari melihat sekelilingnya, sebuah apartemen yang terlihat kotor seperti tidak berpenghuni.
"Tempat tinggalku."
Taehyung membuka pintu apartemennya itu dan di dalamnya pun tidak kalah kotor seperti pemandangan di luar. Sampah (kebanyakan adalah bekas makanan) berserakan di mana-mana. Jungkook tidak mengira bahwa orang setampan Taehyung tinggal di tempat yang begitu kotor.
"Kau yakin ini adalah sebuah tempat tinggal?" tanya Jungkook lagi, suaranya terdengar tidak percaya. Taehyung yang mendengar hal ini pun tertawa kecil.
.
.
.
"Terimakasih," ucap Taehyung yang kini sedang mengobati luka Jungkook.
"Untuk apa?"
"Karena telah menyelamatkanku tadi," jawab Taehyung dengan senyuman indahnya.
Jungkook ingin membalas ucapan Taehyung dengan 'Kau salah paham. Aku menyelamatkanmu karena aku tidak ingin orang lain membunuhmu selain aku. Aku masih harus membunuhmu. Ini adalah tugasku.' Tapi ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk membalasnya dengan "Ya."
Senyuman Taehyung melebar mendengar balasan Jungkook, dan untuk pertama kalinya, Jungkook merasa bersalah.
.
.
.
Jungkook terbangun mendengar suara keributan, terdengar juga suara seseorang menangis. Saat Jungkook membuka matanya, ia terkejut melihat Taehyung terkapar di lantai dengan lebam di mukanya sembari menangis sesenggukan.
"Hey, ada apa ini?" Jungkook langsung menghampiri Taehyung, suaranya terdengar panik.
"Jeon Jungkook."
Jungkook menoleh ke arah sumber suara dan didapatinya seseorang berambut pirang yang sedang duduk sembari menyeringai ke arahnya.
"Kim.. Namjoon?" Jungkook mengernyitkan dahinya. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Pria bernama Kim Namjoon itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Jungkook. Senyuman menyeringainya masih menghiasi wajahnya. "Aku tinggal di sini."
"Apa? Tapi—"
"Aku dan Taehyung tinggal bersama."
Jawaban Namjoon membuat Jungkook sontak menoleh ke arah Taehyung yang masih menangis sembari memegangi tangan Jungkook. Kini mereka saling tatap dan Jungkook berpikir bagaimana mungkin Kim Taehyung, yang menurut data dari client-nya adalah seorang warga biasa, bisa tinggal bersama dengan Kim Namjoon, seorang pengedar narkoba yang sudah terkenal di dunia kriminal.
"Ayahnya berhutang padaku," ucap Namjoon, seolah dapat membaca pikiran Jungkook. "Ayahnya membeli narkoba dalam jumlah besar tapi tidak bisa membayarnya. Dan dia menyerahkan anaknya untuk menjadi budakku."
Jungkook dapat merasakan genggaman tangan Taehyung semakin erat setelah kata 'budak' terlontar dari mulut Namjoon. Ia juga dapat merasakan tangan Taehyung yang gemetar.
"Apa kau yang memukuli Taehyung?"
"Ya," jawab Namjoon, tatapannya kini mengarah pada Taehyung. "Dia tidak kembali sesuai jadwal. Dan saat kembali, dia membawa seseorang yang cukup berbahaya," Namjoon meletakkan kakinya pada pinggang Taehyung dan menekan injakannya, membuat Taehyung mengerang kesakitan. "Dia pantas mendapat hukuman."
Jungkook sontak melepaskan kaki Namjoon dari Taehyung. "Cukup."
Namjoon yang melihat ini pun tertawa kecil dan kemudian kembali ke tempat duduknya sembari menyalakan rokok.
"Kau tau? Saat melihatmu berada di sini, aku sungguh terkejut. Jeon Jungkook, seorang pembunuh bayaran terkenal, sedang tidur tanpa perlindungan di apartemenku. Aku langsung bepikir untuk membunuhmu karena kepalamu itu berharga sangat tinggi," Namjoon kini mengalihkan tatapannya ke Taehyung, ekpresinya berubah suram. "Tapi budak itu terus saja melindungmi saat aku mencoba membunuhmu. Dia benar-benar keras kepala, aku hampir saja membunuhnya."
Jungkook pun menoleh ke arah Taehyung, menatapnya lekat. Ia tidak percaya orang yang akan ia bunuh itu melindunginya mati-matian. "Kenapa kau melindungiku?"
Taehyung tersenyum, namun senyuman itu terlihat berbeda, tidak seindah seperti sebelumnya. "Karena kau sudah menyelamatkanku."
Jantung Jungkook berdegup kencang, suara hatinya yang berkata 'Kau salah paham. Aku menyelamatkanmu karena aku tidak ingin orang lain membunuhmu selain aku. Aku masih harus membunuhmu. Ini adalah tugasku.' terus terngiang. Rasa bersalahnya membesar.
"Apa kau tetap akan membunuhku?" tanya Jungkook pada Namjoon, namun tatapannya masih melekat pada Taehyung.
Namjoon menyeringai. "Tentu saja! Apa kau sudah siap untuk mati?"
Taehyung yang mendengarnya pun sontak bangkit. "Tidak! Hyung, aku mohon jangan—"
"Diam kau!"
Taehyung menundukkan kepalanya, tangannya masih menggenggam erat tangan Jungkook. "Kalau kau membunuhnya, bunuh aku juga."
Namjoon bangkit dari duduknya dan mencoba melayangkan pukulan ke Taehyung, namun Jungkook menampiknya. "Biarkan aku yang berbicara padanya," ucap Jungkook, dan Namjoon pun kembali ke tempat duduknya sembari menghisap rokoknya. "Hey, dengarkan aku," tangan Jungkook yang tidak digenggam oleh Taehyung meraih wajah Taehyung dan membelainya pelan. "Kau tidak perlu melindungiku. Aku bukanlah orang yang pantas untuk dilindungi. Jangan sia-siakan nyawamu untukku."
Taehyung lantas memeluk Jungkook, membuatnya terkejut. Ia dapat mendengar Namjoon berdecak melihat mereka. "Kau sudah melindungiku. Sekarang giliranku untuk melindungimu."
Jungkook terdiam sejenak, dan kemudian mengusap kepala Taehyung. "Kau terlalu baik," Jungkook kemudian mendongak ke arah Namjoon sembari memeluk Taehyung lebih erat. "Kim Namjoon, kau bisa membunuhku, tapi dengan syarat. Bebaskan Taehyung."
Taehyung yang mendengar ucapan Jungkook pun meronta. "Hey! Apa yang kau—"
"Ssh. Aku tau apa yang aku lakukan. Tenang lah, semua akan baik-baik saja."
"Syarat? Membebaskan Taehyung? Kenapa aku harus memenuhi syaratmu? Aku bisa membunuhmu sekarang juga," ucap Namjoon sembari tertawa.
"Kau terlalu merendahkanku."
Namjoon menyeringai mendengar ucapan Jungkook. "Oh, ya?" Jungkook merogoh saku belakangnya, namun tangannya terhenti karena sesuatu yang ia cari tidak ada di sana. Namjoon pun tertawa melihat hal ini, dan ia kemudian mengambil sebuah pistol dari jaketnya. "Apa kau mencari pistol ini? Berencana membunuhku dengan pistol ini?" Ia mengarahkan pistol itu ke arah Jungkook. "Sayang sekali, rencanamu gagal."
Jungkook pun melepas pelukannya, dan Taehyung terlihat khawatir. Ia meyakinkan Taehyung bahwa semua akan baik-baik saja dengan menepuk pundaknya pelan sembari melemparkan senyum dan mengangguk pelan. Jungkook kemudian mengangkat kedua tangannya dan berdiri dengan perlahan.
"Aku tidak percaya, Jeon Jungkook, seorang pembunuh bayaran terkenal, akan mati di tanganku. Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan sebelum aku membunuhmu?"
"Ya," Dengan jawaban itu, Jungkook langsung menendang tangan Namjoon dan membuat pistol yang ia pegang terlempar. Belum sempat Namjoon mencerna apa yang terjadi, Jungkook sudah melayangkan pukulan ke wajahnya berkali-kali, membuatnya jatuh terkapar. "Aku hanya ingin mengatakan bahwa seorang pembunuh bayaran tidak selalu menggunakan pistol," Jungkook memberikan pukulan lagi yang begitu keras dan membuat Namjoon tidak sadarkan diri.
Jungkook kemudian menghampiri Taehyung yang terlihat masih shock. "Sebaiknya kita pergi dari tempat ini sebelum Namjoon sadar," ucapnya sembari membantu Taehyung berdiri. "Kau tak apa?"
Taehyung hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Jungkook tersenyum, dan mereka pun keluar dari apartemen itu, meninggalkan Namjoon yang terkapar.
A/N:
title fic diambil dari angel with a shotgun by the cab
ayyyyy makasih banyak yang udah fav dan juga kasih review di fic-ku yang sebelumnya. you guys are so sweet and lovely ;w;
baca reviews kalian bikin aku termotivasi bikin fic lagi and BAM this fic happened wkwk
reviews are always welcome ya guys so feel free to leave any!
ok now please excuse me hehehe
