Terlihat ada beberapa anak yang sedang berkumpul mengelilingi sebuah meja dikantin, mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. Entah apa yang mereka bicarakan. Mereka tidak mengetahui jika ada sekelompok anak lain yang datang ke arah mereka

"Hei, kalian minggir, ini tempat kami!" teriak anak berambut merah menyala pada sekelompok anak yang tadi berkumpul mengelilingi meja. "Tidak perlu berteriak, kami juga akan pergi dari sini" jawab anak berambut merah jambu yang tadi ikut berkumpul mengelilingi meja. "Dasar kampungan!" tambah teman dari anak berambut merah yang diketahui dari tag namenya bernama Tayuya.

Waktu istirahat telah berakhir lima menit yang lalu, kini siswa-siswa sudah berada di dalam kelas menunggu guru yang akan mengajar mereka.

"Hei kudengar akan ada anak baru yang masuk ke kelas ini," ujar anak berambut coklat yang diketahui bernama Inuzuka Kiba.

"Yang benar saja ditengah semester begini?," temannya yang bernama Hyuuga Neji menyahut.

"iya, aku mendengar dari teman-teman dari kelas lain dan guru, memang ada yang mau pindah kesekolah ini Neji," balas Kiba.

"Selamat siang anak-anak," guru yang tiba-tiba sudah masuk kelas tanpa diketahui murid-murid yang semua sedang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Skip Time.

"Bagaimana Kyuu, apa kau mau berhenti?"

"Tentu saja tidak bodoh," balas pemuda yang tadi dipanggil Kyuubi

"Lalu, sekarang apalagi rencanamu, kau tahu mereka sulit dibunuh, mereka sangat mudah menambah jumlah dengan menginfeksi manusia Kyuu"

"Aku tidak akan menyerah Pein, meskipun aku harus mati, aku sudah berjanji akan membasmi mereka di depan makam mendiang kedua orang tuaku"

"Baiklah sekarang terserah padamu aku akan selalu membantumu Kyuu," janji pemuda yang bernama Pein, "Kudengar adikmu akan datang kesini?" lanjutnya.

"Iya, meskipun aku melarangnya, dia tetap saja ingin kemari"

"Apa dia tahu tentang semua yang kau lakukan saat ini?"

"Tidak, aku menyembunyikan semua, karena itu dia berada jauh dariku"

"Begitu, jadi baiklah aku akan pergi berjaga sekarang, semoga aku tidak menemukan mayat dengan keadaan kering di gang lagi" keluh Pein

"Yah, hati-hatilah"

.

.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya disekolah "Murid baru itu akan sekolah hari ini bukan?," kata anak berambut merah menyala yang diketahui bernama karin. "Hmmm..~ aku dengar sih begitu, bagaimana jika kita memberinya sambutan," usul Tayuya. "Aku setuju, anak baru harus diberi pelajaran," balas Karin.

"Selamat pagi anak-anak"

"Selamat pagi Kakashi-sensei," jawab serentak seluruh murid.

"Hari ini kita akan kedatangan murid baru yang akan masuk kelas ini, dan aku yakin kalian sudah mendengarnya" , "Masuklah" lanjutnya, "Silahkan perkenalkan dirimu" lanjutnya lagi

"Naruto, namaku Namikaze Naruto, aku baru pindahan dari Sunagakuen," perkenalan dari murid baru yang baru saja memperkenalkan diri.

"Nah, Naruto kau duduk disebelah Sasuke, Sasuke angkat tanganmu," perintah Kakashi.

"Namikaze Naruto, salam kenal, kau Sasuke ya" sapa Naruto

"Hn," Sasuke hanya menjawab dengan gumanan tidak jelas, sementara Naruto, ia langsung duduk, ia bertanya baik-baik malah mendapat jawaban tidak jelas.

.

.

.

.

.

Tak terasa sekolah pada hari ini sudah selesai, sekarang semua murid sudah mulai bubar dari sekolah. Naruto pulang dengan berjalan kaki, karena kebetulan rumahnya tidak jauh dari sekolah. Selama di Suna dia tinggal bersama kakeknya, Jiraiya. Di Konoha dia tinggal bersama kakaknya Kyuubi. Sesampainya dirumah, suasana terlihat sepi. Naruto mengira jika Kyuubi mungkin sedang keluar. Jadi, dia langsung masuk rumah saja.

"Mungkin Kyuu-nii sedang keluar," guman Naruto, "Apa sebaiknya aku memasak saja ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Sejak kapan kau pulang sekolah?" Kyuubi yang tiba-tiba muncul langsung mengagetkan Naruto.
"Kau ingin membuatku mati kena serangan jantung?" hardik Naruto.

"Kau sendiri yang bodoh, pulang tidak memberi tau aku"

"Kukira kau sedang keluar, karena rumah terlihat sepi"

"Dasar bodoh!"

"Berhentilah mengataiku bodoh, dasar rubah!"

"Memang benar-benar bodoh"

"Grrrrhh...!"

.

.

.

.

.

.

Hari pertama Naruto di Konoha, saat ini sudah sore. Dia bosan dirumah, ia ingin keluar untuk jalan-jalan, lagipula orang yang ada dirumah tidak pro dengannya. Naruto dengan Kyuubi seperti musuh bebuyutan dari kecil. Tapi sebenarnya Kyuubi menyayangi Naru.

"Aku ingin jalan-jalan Kyuu-nii," ijinnya pada Kyuubi.

"Terserah," balas Kyuubi

"Dasar, mungkin jika aku mati, dia juga tidak akan peduli," gumannya lirih.

"Tapi pulanglah sebelum hari mulai gelap" Kyuubi memberi perintah.

"Iya, aku tidak akan lama". 'Kukira dia tidak akan peduli' dalam hati dia berkata.

Waktunya untuk jalan-jalan tidak akan lama, karena saat ini sudah pukul 3 sore. Dia ingin ke taman bermain. Banyak sekali anak-anak yang bermain disana, Naruto suka keramaian. Dia mencoba beberapa wahana, sampai lupa dengan apa yang dikatakan Kyuubi sebelum dia keluar tadi.

Dia baru ingat setelah hari mulai menggelap. 'Bodoh kau Naru, pasti nanti Kyuu-nii akan marah-marah' gumannya dalam hati. Dia segera beranjak pulang dari taman bermain. Hari benar-benar sudah gelap saat dia akan pulang. Jalan menuju rumahnya memang sepi saat malam, jarang ada kendaraan yang lewat jalan itu ketika malam hari, ditambah penerangan yang jarang-jarang, sekarang dia benar-benar ketakutan. Naruto takut gelap, perasaanya benar-benar tidak enak sekarang. Dia melihat sekeliling berharap ada kendaraan yang lewat, tapi bahkan satupun tidak ada. Ia benar-benar ketakutan sekarang, dia merasa diikuti, tapi begitu dia melihat kebelakang tidak ada siapa-siapa. Di dalam pikirannya dia takut jika ada orang jahat yang mencegatnya, kemudian merampok dan membunuhnya. Hari pertama di konoha benar-benar buruk menurutnya. Dia berpikir Suna lebih aman, dan lagi seharusnya tadi dia menunda jalan-jalannya, mungkin sekarang dia akan nyaman dirumah bersama kakaknya meskipun menyebalkan jika ia tidak pergi jalan-jalan, Naruto benar-benar menyesal. Udara yang bertambah dingin membuat Naruto merapatkan jaketnya, ia merasa masih diawasi, dia tidak berani menoleh ke belakang karena keadaan yang semakin mencekam, apalagi ditambah rumahnya masih agak jauh jika harus ditempuh dengan berjalan kaki, harusnya tadi dia meminta kakaknya untuk mengantarnya. 'Terus berjalan Naru, jangan menoleh kebelakang,' begitulah yang ada dipikirannya sekarang. Tapi begitu dia melihat diujung jalan, terlihat orang berdiri, berjalan berbalik arah menuju kearahnya dia jadi berhenti. Wajahnya tidak terlihat, dia mengenakan jaket. Jaraknya semakin mendekat, Naruto hanya berdiri, kakinya terasa kaku tidak bisa digerakan, ia merasa ingin lari sekarang, tapi dia tidak bisa. Dalam hati dia hanya bisa berdoa, semoga orang itu orang baik-baik, bukan perampok seperti apa yang ada dipikirannya.

Begitu orang itu didepan Naru, rasanya ia ingin pingsan saat itu. Orang itu membuka tudung jaketnya. Yang terlihat adalah pemuda dengan gaya rambut mencuat kebelakang seperti pantat ayam, Naru hanya menghela napas lega, bukan perampok ternyata. Ia masih ingat pemuda itu teman sebangkunya disekolah, Sasuke Uchiha.

"Untuk apa berkeliaran dimalam hari begini, tidak baik untuk gadis," Sasuke mulai bicara.

"Hhhh... Syukurlah, kukira kau yang diujung jalan itu perampok. Ternyata kau juga bisa bicara ya, tapi kenapa tadi dikelas hanya diam saja sih,"

"Kau bicara panjang lebar tapi tidak menjawab pertanyaanku, dasar dobe,"

"Aku tidak dobe dasar teme sialan!"

"Jadi jawablah pertanyaanku,"

"Aku hanya sedang dalam perjalanan pulang," jawab Naruto, "Aku merasa dari tadi terus diawasi, jadi ketika aku melihatmu diujung jalan, aku mengira kau perampok, jadi aku ya diam saja disini" lanjutnya.

"Aku akan mengantarkanmu pulang," tawar Sasuke.

"Terima kasih aku sangat membutuhkannya," jawab Naru.

.

.

.

.

.

Di perjalanan mereka hanya diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan,tapi begitu akan sampai dirumah Naruto, Naruto mulai membuka pembicaraan.

"Tadi itu, apa yang kau lakukan? Aku heran kenapa orang-orang di Konoha tidak ada yang keluar rumah saat malam hari"

"Apa yang kulakukan itu tidak penting. Tanyakan saja pada kakakmu kenapa orang-orang di Konoha tidak ada yang keluar saat malam, dia bisa menjelaskannya padamu," jawab Sasuke.

"Tapi sekarang aku bertanya padamu"

"Aku harus segera pulang," elak Sasuke.

"Dasar teme, bagaimana jika kau mampir kerumahku dulu?," tawar Naruto.

"Tidak perlu," jawab Sasuke, "aku harus pulang sekarang," lanjutnya, dia berbalik. Naruto hanya mengira rumah Sasuke berlawanan arah dengannya. Dan bodohnya dia tidak mengucapkan terima kasih pada Sasuke. Dia segera masuk ke dalam rumah setelah Sasuke tidak terlihat lagi di jalan, karena kegelapan. Dia merasa diawasi lagi setelah Sasuke pergi. Dia tidak tahu jika ada sepasang mata berwarna merah darah yang mengawasinya dari rerimbunan pohon yang ada didepan rumahnya.

Begitu masuk ke dalam rumah dia sudah mendapat deathglare dari kakaknya karena pulang terlambat.

"Bukannya sudah kukatakan jangan pulang terlalu malam," hardik Kyuubi.

"Iya-iya aku minta maaf," Naruto hanya bisa mengatakan maaf.

"Jangan kau lakukan lagi Naru," dari nada bicaranya, dia terlihat serius.

"Aku janji. Aku ingin bertanya"

"Apalagi?," jawab Kyuubi sinis.

"Kenapa penduduk sekitar rumah kita tidak ada ang keluar saat malam hari Kak?," tanya Naru.

"Kau ingin tahu?,"

"Iya," jawab Naruto singkat

Kyuubi pergi meninggalkan Naruto, di berjalan ke arah kamarnya, sedangkan yang ditinggalkan diruang tamu hanya bingung. Tidak lama kemudian dia kembali dari kamarnya dengan membawa beberapa buku, dia meletakkannya dimeja dihadapan Naruto. Ada salah satu buku yang dia kenal, dari sampulnya dia tahu jika itu adalah album keluarganya.

"Bukannya menjawab, tapi kenapa kakak memberiku buku-buku ini?," Naruto belum mengerti.

"Bacalah semua buku itu," perintah Kyuubi.

Tepat tengah malam Naruto selesai membaca seluruh buku itu. Semua buku itu berisi hal-hal tentang vampir. Jadi kenapa penduduk tidak ada yang keluar rumah pada malam hari, apa karena berhubungan dengan vampir. Tapi dia sendiri saja tidak percaya dengan makhluk semacam itu, ia hanya menganggap vampir itu mitos. Lalu apa hubungannya dengan keluarganya. Bertanya pada kakaknya benar-benar kesalahan besar, bukannya mengerti, tapi malah membuatnya semakin bingung. Sebaiknya dia tidur sekarang memikirkannya benar-benar membuat sakit kepala. Mungkin besok dia bisa bertanya pada Sasuke. Itu pun jika si pelit Sasuke mau menjawabnya.

.

.

.

.

.

Hari ini seperti biasa, Sasuke datang pagi-pagi sekali. Dia datang paling awal, padahal sekarang bukan waktunya dia untuk piket, tapi itu sudah menjadi kebiasaannya. Tak lama kemudian, Naruto memasuki kelas, dia mengira jika ia datang terlalu pagi, tapi ternyata Sasuke sudah mendahuluinya. Dia duduk di bangku, didepan bangkunya dengan Sasuke.

"Teme, Apa kau percaya vampir?," tanya Naruto langsung.

Sementara yang ditanya hanya berpikir, apakah kakaknya Naruto sebegitu cepatnya memberi tahukan semua pada Naruto.

"Aku percaya," jawab Sasuke singkat.

"Kau pernah bertemu dengan salah satu dari mereka?," tanya Naruto lagi.

"Hn,"

"Ayolah jawablah pertanyaanku teme," desak Naru.

"Tidak pernah,"

"Dasar, kukira kau pernah bertemu, jika iya kau pernah bertemu, aku ingin tahu, vampir itu seperti apa, apa bentuknya menyeramkan, atau tampan seperti ada yang di film-film itu,"

"Hn," "Jika vampir itu ada di depanmu apa yang akan kau lakukan dobe," Sasuke balik bertanya.

"Tergantung, jika vampirnya menyeramkan, tentu saja aku akan lari. Tapi jika tampan tentu saja akan kujadikan pacar," jawab Naru.

"Begitu"

Murid-murid yang lain sudah mulai berdatangan, mereka tidak heran jika Sasuke sudah berada dikelas, yang aneh adalah Naruto jika berada di kelas. Apa karena Sasuke dan Naruto sekarang sebangku, jadi mereka kompak begitu, datang ke sekolah pagi-pagi sekali.

Pelajaran pertama, guru yang mengajar adalah wali kelas mereka, Kakashi. Semua tahu jika guru yang satu itu suka datang terlambat, dan ketika dikelas dia selalu memberikan alasan yang kurang rasional karena keterlambatannya. Sementara saat ini semua siswa dikelas itu sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang belajar meskipun guru yang mengajar belum datang, dan ada juga yang bergosip.

Sementara Naruto hanya terdiam melihat semua teman-temannya, Naruto belum terlalu akrab dengan mereka semua, dia hanya berdiam diri, sebangku dengan Sasuke. Baginya ini sangat menyiksa, dia yang biasanya banyak bicara, kini hanya bisa diam saja, sementara Sasuke, itu tidak menjadi maslah, dia tidak banyak bicara, dan sebenarnya dia tidak begitu suka dengan keramaian. Naruto hanya berharap gurunya segera hadir kekelasnya yang ricuh ini, meskipun pada dasarnya dia tidak begitu suka pelajaran matematika.

.

.

.

.

.

Pelajaran yang membosankan sudah berakhir beberapa menit yang lalu, sekarang adalah waktunya istirahat. Semua siswa mengeluh karena tugas yang diberikan Kakashi, ia guru yang suka telambat, tapi begitu memberikan PR, akan sangat banyak sekali, benar-benar menyiksa.

Ketika semua sudah mulai bubar, Naruto ingin kekantin, tapi dia bingung, dia akan mengajak siapa, jadi sekarang dia memutuskan untuk mengikuti Sasuke saja, lagipula dia belum begitu tahu, ada apa saja disekolah ini.

"Berhentilah mengikutiku dobe," Sasuke yang diikuti mulai merasa risih.

"Aku tidak akan mengikutimu, jika aku sudah tahu semua hal disekolah ini," jawab Naruto.

"Lalu sekarang apa yang kau inginkan?," tanya Sasuke.

"Bagaimana jika kau mengantarkan aku kekantin?," usul Naruto.

"Baiklah terserah kau, tapi setelah ini jangan ikuti aku lagi,"

"Baiklah"

Dikantin Naruto hanya membeli roti melon dan sekotak susu, setelah itu dia kembali ke tempat Sasuke. Sasuke memilih tempat paling pojok di kantin. Naruto heran kenapa Sasuke tidak membeli makanan, apa dia tidak lapar, padahal sekolah nanti sampai sore.

"Teme, kau tidak makan?," tanya Naruto, sementara yang ditanya hanya diam saja, "Atau apa perlu kubelikan makanan untukmu? Bagaimana? Kau ingin sesuatu?," tawar Naruto.

"Tidak perlu, aku tidak lapar," jawab Sasuke, "Sebaiknya kau hati-hati dengan Karin, anak berambut merah menyala itu" jelas Sasuke.

"Memangnya dia kenapa? Kenapa aku harus berhati-hati dengan dia?," Naruto meminta penjelasan lebih lanjut dari Sasuke.

"Lakulan saja apa yang kuperintahkan," setelah itu Sasuke langsung meninggalkan Naruto, sementara Naruto yang telah menyelesaikan makannya terburu-buru mengejar Sasuke.

"Hei, jangan meninggalkan orang seperti itu!," protes Naruto.

"Bukannya aku sudah bilang, jangan mengikuti aku lagi," kata Sasuke.

"Akana kulakukan setelah aku tahu seluk beluk sekolah ini," balas Naruto.

"Ck. Terserah," Sasuke mengalah, lagipula akan merepotkan jika berdebat dengan Naruto.

Waktu istirahat masih tersisa, sekarang mereka menghabiskannya di atap, melihat seluruh kegiatan murid dibawah mereka. Naruto bingung seperti ada sesuatu yang aneh dengan Sasuke, ia ingin mencaritahu apa itu. Tapi dia tidak enak juga dengan Sasuke, baru kemarin dia mengenalnya, tapi nanti sepulang sekolah, ia berencana menguntitnya, bukannya itu sesuatu hal yang tidak sopan.

Sementara yang dicurigai hanya diam saja.

"Hei teme, aku ingin tahu dimana kau tinggal," Naruto mulai membuka pembicaraan.

"Apa itu penting?," tanya Sasuke.

"Tentu saja penting, aku harus tahu dimana tempat tinggal teman sebangkuku, biar nanti waktu kau sakit aku bisa mengunjungimu," jelas Naruto.

"Hn," Sasuke hanya membalasnya dengan gumanan.

"Ayolah teme, jangan hanya 'hn' saja, jawablah dimana tempat kau tinggal," desak Naru.

"Nanti saja sepulang sekolah," janji Sasuke, "Kita harus kembali kelas sekarang," lanjutnya.

.

.

.

.

.

"Ada apa memanggilku?," tanyanya langsung pada inti, Kyuubi adalah orang yang tidak suka basa-basi.

"Begitukah cara bicaramu dengan orang tua?,"

"Aku hanya ingin cepat menyelesaikannya saja, memang apa yang nenek ingin sampaikan?," jawab Kyuubi, sementara yang dipanggil nenek hanya bisa menghela napas, cucunya yang satu ini memang sangat arogan. Bahkan ia tidak yakin jika Kyuubi adalah cucunya sendiri, anak dan menantunya memiliki watak yang kalem, sementara cucu-cucunya berbanding terbalik. Tetapi dia tidak sadar, jika dirinya sama dengan cucu-cucunya.

"Kudengar adikmu datang ke Konoha, kenapa kau tidak memberitahuku?," tanya Tsunade sebagai nenek yang baik, dia harus mengetahui keadaan cucunya, tetapi dia malah menempatkan Kyuubi dalam posisi yang bahaya, karena ia adalah vampire hunter.

"Aku tidak ingin membuat dirimu bertambah pusing, karena Naruto, kau tau sendiri dia anak yang susah diatur," jelas Kyuubi

"Sama saja sepertimu, bertindak semaunya sendiri," sindir Tsunade.

"Terserah, jika tidak ada yang penting, sebaiknya aku pergi saja," ucap Kyuubi tak acuh dengan apa yang dikatakan Tsunade.

"Aku ingin kau berjaga lebih ketat, di wilayah selatan," perintah Tsunade.

"Maksudmu sekitar sekolah?," tanya Kyuubi untuk lebih jelas.

"Iya, dari informasi yang didapat mata-mata kita, ada identifikasi beberapa vampir bersembunyi di daerah itu. Lagipula itu juga untuk menjaga adikmu," jelas Tsunade

"Aku bukan pengasuh bayi."

"Jadi apa kau menolaknya?"

"Aku tidak berkata menolak," setelah itu Kyuubi keluar ruangan, pergi begitu saja.

Tsunade yang melihat itu hanya bisa menghela napas lagi menghadapi kelakuan cucunya.

.

.

.

.

.

Bel tanda sekolah hari ini berakhir sudah berbunyi, para siswa juga sudah banyak yang berhamburan keluar untuk pulang. Sementara Naruto yang ingin menagih janjinya pada Sasuke, kini mengikuti Sasuke yang berjalan didepannya. Naruto baru tahu jika Sasuke berangkat dan pulang sekolah juga berjalan kaki sama dengan dirinya. Setelah agak lama berjalan Sasuke berhenti di depan rumah besar bergaya eropa clasic yang sudah agak tua. Naruto yang kini berdiri disamping Sasuke hanya bisa bertanya dalam hati 'Inikah rumah Sasuke, auranya suram. Aku masuk tidak ya?'.

"Inilah rumahku, masuklah," ajak Sasuke, sementara Naruto hanya mengikuti saja karena dia penasaran.

Ketika berada didalam rumah, Naruto langsung duduk begitu saja di sofa yang ada diruang tamu Sasuke, dia merasa kelelahan karena lama berrjalan. Naruto heran, dari luar rumah ini terlihat suram, tapi begitu didalam ia merasa bertambah parah. Ruangan tempat dia berada sekarang kebanyakan memiliki barang yang berwarna gelap-gelap, juga cat dindingnya juga berwarna gelap. Beginikah tempat tingga Sasuke, pantas saja auranya selalu suram. Dan lagi, apa dia tinggal sendiri dirumah sebesar ini, apa dia tidak susah waktu membersihkan rumah sebesar ini, mungkin Naruto bisa bisa menyakan pada Sasuke.

"Teme, apa kau tinggal sendiri di rumah ini?," tanya Naruto begitu Sasuke sudah kembali dari kamarnya.

"Hn. Aku tinggal dengan kakakku," jawabnya.

"Lalu sekarang kakakmu ada dimana?," tanyanya lagi.

"Dia sedang pergi. Bekerja,"

"Teme, kau tidak memberiku minuman, aku haus," , "Jangan bilang jika kau tidak punya air, dasar pelit," lanjut Naru.

"Kau bisa mengambilnya sendiri di dapur, jalan saja lurus melewati lorong itu," Sasuke menunjuk lorong yang dimaksud.

Naruto yang sudah merasa sangat kehausan segera saja melesat menuju dapur. Ketika dia berada di dapur, dia melihat sekeliling, Sasuke punya peralatan rumah tangga lengkap, jadi dia menyimpulkan jika Sasuke memasak sendiri. Benar-benar mandiri pikirnya, bukan seperti dirinya, dia kurang bisa diandalkan dalam masak-memasak. Melihat sekeliling hampir saja membuat dia lupa dengan apa tujuan sebenarnya, dia segera saja mengambil gelas yang ada di rak, mencari lemari es dimana biasanya air dingin disimpan. Benda itu berada dipojokan, ketika dia mulai membukanya, ada tangan yang menghalanginya. Sementara Naruto dia terkaget, karena ada tangan yang tiba-tiba muncul, dan ketika dilihat lebih lanjut, ternyata itu Sasuke yang tiba-tiba muncul, Naruto tidak mengetahui kehadiran Sasuke. Sekarang dia benar-benar ingin membunuhnya karena mengagetkannya.

"Kau ingin membuatku mati berdiri?," hardiknya pada Sasuke.

"Hn.," dia hanya menjawabnya dengan gumanan, "Bukan yang itu, tapi lemari es yang satunya lagi," jelas Sasuke. 'Hampir saja' batinnya.

"Tapi kan sama-sama lemari es Teme," Naru tidak mau disalahkan.

"Sudahlah, biar kuambilkan kau kembalilah," tawar Sasuke.

"Baiklah," Naru Setuju. Dia kembali keruang tamu.

Sebenarnya apa yang ada di dalam freezer Sasuke?