Brothership/Friendship, little Yaoi

Lenght : Chapter 1 of 3

Main Cast : Kray/FanXing/KrisLay, Kim Jongin, OC

Rated : M (Untuk kata-kata dan beberapa adegan)

Tidak ada salam pembuka. Silahkan baca aja..

Happy Reading For..

Bestfriend

Chapter 1..

Present...

.

.

.

Plakkk!

"Yak! Zhang Yixing apa yang kau lakukan?!"

Pemuda yang dipanggil Zhang Yixing itu menoleh kearah pintu yang baru saja dibuka. Dengan nafas yang menggebu-gebu ia mengacuhkan laki-laki lain yang baru saja memasuki kamar mereka-Yixing dan gadisnya-.

Hendak melayangkan satu tamparan lagi namun secepat itu pula kedua tangannya ditangkap dan dicekal kebelakang tubuhnya.

"Yakh! Wu Yifan brengsek sialan lepaskan! Aku ingin memberikan jalang ini pelajaran! Kubilang lepas atau kuhajar kau setelah ini! Aku bersumpah akan menghajarmu, Yak! Hey?! Mau kemana kau jalang! Yakkkkkkk!"

Tup.

Pintu kamar Yixing tertutup. Setelah seorang gadis lain membawa keluar gadis malang yang baru saja menjadi sasaran telapak tangan Yixing.

Pemuda lain yang dipanggil Yifan pun melepaskan cekalan tangannya setelah ia merasa situasi cukup aman. Namun_

Bugh!

Satu bogeman mentah seketika melayang kerahangnya tepat saat tubuh lelaki yang tangannya baru saja Yifan cekal berbalik. Yifan tersungkur kelantai.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Yixing murka. Terlihat sekali kalau dia masih belum puas dengan apa yang baru saja terjadi. Lelaki itu secepat kilat menduduki perut Yifan tanpa perasaan, lalu menarik kerah kemeja yang dipakai Yifan hingga tubuh tinggi itu sedikit terangkat dari lantai.

Yixing lantas menatap Yifan nyalang dan menggeram. "Kau_"

"Ayo berkelahi!" Tantang Yifan.

Keduanya tampak tersulut emosi, dan gertakan gigi Yixinglah yang menjadi paling dominan. Kedua pasang mata itu beradu pandang dengan kilatan tajam, saling melemparkan tatapan kejam, seperti hendak membunuh satu sama lain.

"SHIT!" Umpat Yixing sekali sebelum ia mendorong tubuh Yifan-lagi- kelantai yang sama. Melepaskan cengkramannya kemudian berdiri sembari berkacak pinggang. Masih merasakan emosi yang meluap-luap disekujur tubuhnya. Terlebih dibagian kepala.

Yixing terus mengumpat pelan tanpa mau menoleh kearah Yifan yang kini tampak sibuk menyumpah serapahi kelakuan brutal Yixing.

Sementara lelaki tinggi yang masih terduduk dilantai itu terlihat tengah menyeka sedikit noda darah disudut bibirnya-ulah tangan Yixing tentu saja-, tanpa sedetikpun menghentikan umpatan yang terus keluar melalui bibirnya.

Karena Yixing merasa adanya 'sedikit' perasaan bersalah, maka ia tak ada niat menoleh. Mencoba berpura-pura tidak tahu.

Yifan mendongak. Melihat bagaimana sikap Yixing yang mencoba bersikap acuh setelah apa yang baru saja terjadi. Tepatnya setelah apa yang dia lakukan.

Mendengus sekali, Yifan mulai meneriaki Yixing. "Ya! Apa kau akan terus bersikap seperti ini?! Eoh?!"

"Apa?" Yixing menoleh sinis. Masih mempertahankan egonya.

"Setidaknya bantu aku sialan! Kau melukai bibirku, ck!"

"Apa? Mana mungkin?"

Yifan menajamkan pendengarannya. Tidak mau disalahkan, eoh? Yang benar saja!

"_Disini kau yang salah! Jadi jangan mencoba membalikkan keadaan!" Yixing menunjuk Yifan menggunakan tangan kirinya.

Yifan mendelik. "Hey_"

"Baru saja aku melihatmu berciuman dengan Lucy! Saling menggigit bibir dan sekarang kau menyalahkanku ketika bibir mu berdarah? Hey bung, bahkan aku memukulmu dengan lembut!_" Yixing mencoba beralibi sembari mengibaskan sebelah tangannya didepan dada. "_Sudahlah, jangan mengada-ngada." Ujarnya mentah-mentah.

Yifan mendecih sebal. Ia sebenarnya tahu Yixing akan menjawab seperti ini. Karena memang selalu seperti ini. Yifan tentu kenal pemuda yang kini berdiri selangkah didepannya. Sangat kenal malah. Jadi tak ingin berdebat lebih lanjut, Yifan fikir lebih baik ia segera bertindak saja, seperti biasa_

"Kemari kau brengsek!"

"Yak! Emmpttt!"

Brukk!

Ranjang berderit keras ketika menerima dua bobot tubuh yang bisa dibilang tidak ringan sama sekali menghempas kepermukaannya.

"Apa? Hah?! Cepat akui kesalahanmu atau aku tak akan pernah melepaskanmu!" Ancam Yifan tanpa ampun.

"Emmptt! Emptt!"

Yifan masih membekap kepala Yixing dibawah ketiaknya. Dan dia memaksa pemuda yang lebih pendek darinya itu untuk menjawab perkataannya. Tinjuan-tinjuan dan tendangan bebas Yifan rasakan ketika Yixing meronta dibawah kukungannya.

"Cepaaat!" Yifan semakin gencar membekap Yixing.

Sekuat tenaga Yixing menarik lengan atas Yifan yang begitu kekar kebawah. Mendongakkan kepala demi membebaskan permukaan wajahnya dari ketiak sahabatnya itu. "Hosh..Hosh..Brengsek! Bau! Bodoh! Lepas, atau kugigit ketiak busukmu ini!" Yixing tersengal. Mengumpat dengan segala emosi yang terasa.

"Silahkan gigit!" Yifan yakin kalau dirinya memiliki tenaga yang lebih kuat dari Yixing. Jadi dia berinisiatif untuk membekap mulut berbisa Yixing sekali lagi, namun kegiatannya berhenti ketika teriakan Yixing mulai membahana keseluruh penjuru kamar_

"IYA AKU SALAAAHHH!"

"Bagus!"

Dan hal yang paling Yixing benci adalah ketika ia-selalu- kalah perang jika dirinya dan Yifan terlibat perselisihan ringan seperti sekarang ini. Yifan dengan senjata ampuhnya-ketiak- akan membuat Yixing setidaknya memohon meminta dilepaskan atau yang lebih sialnya lagi, Yixing akan bersin sebanyak empat kali setelahnya.

Bulu-bulu disana menggelitik lubang hidung Yixing!

Selalu begitu. Ketika sepasang sahabat yang membangun benteng pertahanan diri ditengah-tengah curamnya kehidupan liar yang mereka jalani, mencoba sebisanya selalu menganggap semua yang ada di 'dunia mereka' adalah lelucon yang tak patut dijadikan masalah besar. Diantara keduanya, yang lebih tua lah yang selalu memulai untuk mencairkan suasana tegang yang seringkali tercipta. Iya, dia Yifan.

Ini berawal ketika Yifan menerima telfon dari Yixing tadi siang dengan segala perkataan murka yang selalu keluar dari pihak si penelfon. Membuat Yifan mau tak mau harus segera datang ke apartement yang disewa Yixing bersama Clara, gadisnya, detik itu juga.

Meskipun dalam hati mengumpat keras karena merasa tidak rela kalau acara 'panas' nya bersama sang kekasih juga ikut terhenti begitu saja ditengah jalan. Sekedar informasi, Yifan saat itu juga tengah berdua bersama kekasihnya, di apartement yang berbeda.

Awalnya baik-baik saja ketika Yifan tiba disana lalu bertemu Yixing. Sahabatnya itu juga beberapa kali meminta solusi kepadanya. Namun ketika Yifan benar-benar memberikannya solusi, Yixing malah tak pernah menerima bantuan itu dengan baik sama sekali.

Menjengkelkan bukan?

Tapi begitulah Yixing.. -_-

"Bagaimana ini Fan?! Aku tidak tahan untuk tidak melemparinya dari jendela kamar saat ini juga!" Bisik Yixing menggebu-gebu. Kedua tangannya terkepal kuat dan nafasnya mulai terdengar tak beraturan. Menahan emosi.

"Hey, tenang dulu!_" Yifan menepuk bahu tegang Yixing sekali. "_Bilang padanya untuk minta maaf dan tidak mengulangi perbuatan seperti ini lagi."

"Dia melawan kau tahu?!" Yixing menatap Yifan geram sembari menunjukkan kedua telapak tangannya yang ia gerakan dengan gestur seperti ingin meremas-remas sebuah benda hingga hancur, disertai dengan gesekan gigi-giginya gemas.

Yifan menaikkan satu alisnya. "Memangnya dia bilang apa?"

"Huh!" Membuang nafas kasar sekali. Yixing-dan Yifan- yang saat itu tengah berbicara berdua didalam mobil Yifan, mulai mengutarakan apa hal yang membuatnya begitu geram hingga ingin membunuh gadisnya detik itu juga.

"Baiklah, begini_Ekhem!" Yixing menyentuh jakunnya kemudian menggoyang-goyangkannya sedikit. Proses perubahan suara.

-Yixing as Clara- "Kau marah? Huh, aku kekasihmu dan kau marah hanya karena aku mengangkat telfon dari Ayahmu? Begitu?"

Lalu Yixing mendecih sekali, setelah menyelesaikan sesi dialog bagian kekasihnya.

"_Ku jawab_" yixing memberi jeda sedikit. "_Kau merusak segalanya sialaaannn!.. Kau! Kau fikir apa yang akan Ayahku katakan ketika ia tahu seorang gadis mengangkat telfon anaknya? Hah?! Bahkan masih terlalu pagi untuk aku menerima tamu SE. . jika saja aku ingin mengatakan itu sebagai alasan!" Yixing selesai dengan dialog aslinya sendiri. Sebisa mungkin mencoba mereka ulang kejadian yang baru beberapa jam yang lalu ia alami bersama Clara, kekasihnya.

'Dan Yixing ternyata lebih cerewet daripada gadis' Hal pertama yang Yifan fikirkan setelah mendengar dialog bagian sahabatnya itu berakhir.

"Dan kau tahu jalang itu menjawab apa?" Tanya Yixing penuh emosi.

"Apa?" Tanya Yifan penasaran.

-Yixing as Clara- "Cih! Ternyata kau seorang pengecut dan suka membohongi orang tuamu sendiri. Seharusnya tadi aku katakan saja kalau kau, putra tunggal kesayangannya, bahkan sudah menjadi langganan banyak pela*ur!"

Yifan melongo tak percaya. Karena setahunya, Clara bukanlah gadis pembangkang seperti itu.

"BRENGSEK!" Tambahan dari Yixing, ia memukul stir mobil Yifan tanpa perasaan. membuat yang bersangkutan seketika mengeluarkan aura tak suka dari tubuhnya.

"Lalu?" Namun Yifan tetap bertanya, disertai keryitan di alis sebelah kirinya.

"Aku mencoba bersabar dan kau tahu? Aku hanya memintanya untuk berpura-pura menjadi maid sewaan dan gadis sialan itu menolaknya!" Yixing menggeram putus asa. Merasa tak ada harapan lagin kalau Ayahnya akan percaya kepadanya begitu saja setelah kejadian ini.

Yifan ikut menghela nafas. "Lalu, kau memanggilku kesini untuk?"

Yixing menoleh. Pemuda yang lebih pendek menghela nafas. "Aku tidak tahu.." Jawabnya enteng.

"Apa?!"

"Aku hanya butuh teman curhat, oke! Sudahlah, Fan. Aku tahu, aku pasti sudah mengganggu jadwal bercinta siangmu. Silahkan lanjutkan disini. Terserah dimana saja. Yang pasti_" Yixing menoleh dengan tatapan memohon. "_Jangan pulang..." Pintanya penuh harap.

"Aish! Tau begini lebih baik tidak kuangkat telfonmu!"

Yixing nyengir, namun masih setengah emosi. Karena Yang penting baginya, Yifan sudah disini.

Karena dia selalu butuh Yifan disaat-saat panas seperti sekarang ini.

.

.

.

Saat itu sudah pukul 12:45 siang ketika Yixing ingin curhat kembali kepada Yifan, tentang Clara-gadisnya- yang masih bersikeras tidak mau membantu menyelesaikan masalah ini. Ayah Yixing sudah marah dan bagi Yixing itu benar-benar semakin memperburuk keadaan.

Tapi Yixing hanya bisa mendengus, dengan otak yang sudah setengah kacau ketika dirinya malah mendapati Yifan tengah berciuman panas diruang tengah rumahnya. Itu adalah hal biasa yang mereka tunjukkan kepada satu sama lain. Bagaimana keintiman keduanya dalam menjalin hubungan dengan beberapa gadis. Yifan tahu bagaimana Yixing, begitupula sebaliknya.

Tapi disituasi seperti sekarang? 'Huh, sungguh menyebalkan kau Wu Yifan!' Batin Yixing.

Yixing sempat mengacungkan jari tengahnya untuk Yifan sembari berguman 'Fuck You' sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Yifan bersama Lusy, kekasihnya, diruang tamu. Yixing kembali kekamarnya. Hendak meminta sekali lagi, setidaknya kesadaran dari kekasihnya, kalau semua ini adalah kesalahannya. Jika masih tidak mau, terpaksa Yixing akan melakukan sedikit kekerasan.

Yifan tahu itu. Karena setelah pengaduan yang Yifan dapat dari Yixing sebelumnya, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana emosinya Yixing saat ini. Yifan yakin akan-atau telah- terjadi sesuatu, terlebih ketika ia mendengar pintu kamar Yixing terbanting cukup keras ketika sahabatnya itu masuk kesana-tentu saja setelah sahabat baiknya itu menghadiahinya jari tengah penuh kasih sayang-(?).

Dan benar saja. Yifan menarik diri dari ciuman panasnya bersama Lucy setelah mendengar suara pecahan kaca dari arah kamar Yixing.

Tepat ketika Yifan masuk, yang pertama kali ia dapati adalah tangan kasar Yixing yang sudah terlanjur melayang kepipi kekasihnya sendiri. Menciptakan ukiran lima jari dipipi putih itu. Yah, Yifan tahu masalahnya. Tapi tetap saja Clara adalah seorang gadis. Jadi sebisa mungkin Yifan masuk dan langsung mencegah perbuatan Yixing.

"Yak! Zhang Yixing apa yang kau lakukan?!" Teriak Yifan kemudian meraih kedua tangan Yixing untuk ia cekal kebelakang tubuhnya.

Hingga Yifan meminta Lucy membawa Clara pergi dulu, sementara dia akan menenangkan emosi tak terkendali yixing.

"Yakh! Wu Yifan brengsek sialan lepaskan! Aku ingin memberikan jalang ini pelajaran! Kubilang lepas atau kuhajar kau setelah ini! Aku bersumpah akan menghajarmu, Yak! Hey?! Mau kemana kau jalang! Yakkkkkkk!"

Yifan hanya mendengarkan sambil sesekali meringis karena telinganya sungguh sakit mendengar teriakan Yixing yang tidak ada merdu-merdunya.

Tup.

Pintu tertutup dan yah..

Begitulah awal kejadian siang itu..

.

.

.

Disini.

Amerika.

Tempat dimana keduanya bertemu kemudian menjalin persahabatan seperti remaja-remaja normal lainnya. Berasal dari kalangan berada dan teratur, begitulah kehidupan Yifan dan Yixing sebelum ini. Sebelum sepasang sahabat yang awalnya sama-sama tak begitu mengenal dunia luar ini dipertemukan. Di negeri paman Sam yang luas, tepat setelah keduanya sama-sama dipaksa mengenyam pendidikan diluar negeri oleh kedua orang tua mereka.

Bertujuan agar Yifan dan Yixing menjadi pewaris tunggal perusahaan besar yang sama-sama dibangun oleh kedua orang tua mereka.

Menjadi anak harapan orang tua sebenarnya. Tapi... sungguh terasa seperti 'hanya' harapan.

Iya, memang, kabar baik selalu dikirimkan Yifan dan Yixing kekampung halaman. Kapanpun ketika orang tua keduanya menanyai. Tapi sebenarnya segala keadaan yang mereka jalani disini berbeda. Sangat.

Yifan dan Yixing itu_

_Liar.

Kau tahu?

Tak terhitung jumlahnya, sudah berapa banyak keduanya menghambur-hamburkan dollar hanya untuk sekedar pergi ke pub malam. Mabuk-mabukan, bermain bahkan tidur bersama beberapa gadis sewaan. Yixing tak pernah melarang Yifan melakukan apapun sesukanya. Karena Yixing fikir ketika sahabatnya merasa bahagia melakukan suatu hal, itu sudah cukup. Tak perlu dibantah karena mereka berdua adalah laki-laki yang sama-sama dewasa.

Namun berbeda dengan Yifan, pemuda yang lebih tinggi dari Yixing itu tak pernah membiarkan Yixing tidur dengan lebih dari satu gadis disetiap malam. Yixing terkadang benci itu.

Tapi, Yixing juga tak pernah membantahnya, sebab alasan Yifan melarang adalah untuk kebaikan Yixing sendiri, begitu yang dia dengar. Karena em.. Ketika mabuk, Yixing itu ganas. -_-

Ia bahkan pernah mengaku meniduri lima gadis dalam semalam. Alasannya mabuk berat. Tapi semabuk apapun dia, yakinlah alasannya tidak akan pernah diterima dengan baik oleh Yifan. Dan yeah, satu tonjokan dipelipis dari Yifan harus Yixing terima dengan senang hati. Karena itu konsekuensinya. Peraturan yang telah keduanya sepakati jauh sebelum keduanya masuk lebih dalam lagi ke dunia liar yang saat ini mereka jalani. Sebut saja dengan salah satu hukuman yang telah mereka tetapkan.

Beruntung karena Yifan tidak se 'over' Yixing ketika berhubungan badan. Paling dia hanya membayar gadis malam untuk memuaskannya dibagian bawah-blowjob-, dan beberapa ciuman panas serta remasan seduktif disana-sini. Itu saja, sudah. Karena Yifan rasa itu sudah cukup. Oke, sesekali dia memang pernah berhubungan intim, Yifan akui itu. Tapi sekali lagi Yifan tekankan, kelakuannya masih jauh dibawah 'keluarbiasaan' Yixing ketika bercinta.

Tentu saja karena Yifan masih ingin memberikan kabar kalau ia 'baik-baik saja' kepada kedua orang tuanya ketika mereka menelfon. Tidak ada yang tahu, penyakit apa yang akan mereka alami jika mereka terlalu banyak meniduri gadis-gadis disana. Iya kan?

"Maksudmu penyakit kelamin?"

Tak menghiraukan rengutan diwajah Yixing, Yifan lantas mengangguk mengiyakan. "YAK! Sakit bodoh!"

Yixing mendengus sebal. Ia sengaja menekan luka disudut bibir Yifan dengan kasar karena merasa benar-benar sudah muak mendengar segala celotehan panjang Yifan yang tiada henti sejak setelah ia lepas dari ketiak(?) Yifan.

"Kau!" Yixing menunjuk hidung mancung Yifan dengan sebelah tangannya yang tengah memegang sebuah kapas yang telah dilumuri antiseptik. "_Tolong sadari dulu bagaimana kelakuanmu baru menceramahiku!" Dan tangan perkasa-namun jika dilihat lebih dekat akan tampak lentik- itu kembali terayun tak ikhlas kepermukaan sudut bibir Yifan.

"Aw! YAK!"

Yixing acuh tak acuh mendengar teriakan Yifan. Toh, siapa suruh tidak meau mengobati sendiri.

Yifan mendengus kesal. "Setidaknya aku tidak sehyper sex dirimu.."

"APA KAU BILANG?!"

"Jadi yang berkemungkinan besar akan mendapati penyakit kelamin adalah kau, mesum.."

"HIYAA!" Dan teriakan manly serta tinjuan brutal dari Yixing pun kembali diterima tubuh besar Yifan.

Tak dapat dihindari.

Karena hanya memang seperti itulah keseharian mereka.

.

.

.

Sore itu, tepat pukul 15:15 Yifan sampai dirumah sewaan mereka-Yifan dan Yixing. Meskipun tidak sebesar rumah keduanya yang berada di China, namun lokasi rumah yang cukup strategis serta minimalis itu sudah cukup membuat Yifan dan Yixing nyaman.

Yifan datang sendirian setelah sebelumnya bersusah payah membujuk Yixing agar ikut pulang bersamanya. Bukan apa-apa, hanya saja tugas kuliah mereka sungguh banyak dan sudah berteriak-teriak dari dalam rumah minta dikerjakan!

Namun sahabatnya itu menolak dengan alasan ia akan menemui Clara dan menyelesaikan masalah mereka terlebih dahulu. Yifan mengizinkannya, tentu saja setelah ia membuat Yixing berjanji dengan sungguh-sungguh kalau pemuda pendek itu tidak akan melukai kekasih-atau calon mantan kekasih- nya lagi. Dan Yixing sudah menyetujuinya.

Yifan membuka pintu rumah mereka dan setelah kedua kaki jenjangnya masuk, Yifan langsung menuju kekamar untuk membersihkan diri. Sebelumnya ia sempatkan untuk menghubungi Lucy terlebih dahulu, kalau malam ini dia tidak bisa keluar karena harus menunggu sahabatnya pulang untuk mengerjakan tugas dan alasan lainnya adalah mereka akan mencoba mencari celah untuk meluruskan masalah yang tengah dihadapi Yixing.

Selesai membersihkan diri, Yifan mengirimkan pesan singkat untuk Yixing. Menyuruh pemuda itu pulang karena rumah mereka sungguh berantakan akibat kertas-kertas tugas Yixing yang berserakan disana-sini.

Yifan sudah membersihkan segala peralatan miliknya sendiri. Sedangkan milik Yixing ia biarkan berhamburan begitu saja. Seperti hal lainnya pakaian, celana dalam, ransel, dan lain-lain. Bukan Yifan pamrih, karena cukup sekali ia membantu membereskan barang-barang milik sahabatnya dan kau tahu apa yang Yifan dapat? Bukannya ucapan terimakasih, Yixing malah mendampratnya melalui ucapan-ucapan kasar karena Yifan dituduh menghilangkan kotak 'kondom segala rasa' berharganya.

Bahkan Yifan masih bisa mengingat dengan jelas bentuk perdebatan mereka hari itu_

"Aku membencimu Wu Yifan!" Teriak Yixing dengan keras.

"Seharusnya kau berterima kasih, dasar sial!" Yifan balas meneriaki Yixing dari kamarnya sendiri. #kamar mereka bersebelahan#

"Apa kau bilang?! Hey, kembalikan kotak berhargaku atau aku akan membunuhmu sekarang! Aku tahu kau menyembunyikannya disuatu tempat! Cepat kembalikan, aissshhhh_" Yixing saat itu sibuk berteriak-dan Yifan yakin- kalau tubuhnya juga ikut sibuk mondar mandir dikamarnya sendiri guna mencari barang berharga menurutnya itu. Setelah puas mencari tanpa membuahkan hasil, Yifan kembali mendengar teriakan tak bersahabat dari sahabatnya itu lagi.

"YAK! Jawab aku! Dimana kau menyembunyikannya!" Teriaknya kepada dinding polos tak berdosa.

Yifan memukul dinding tersebut. "Kubilang aku tidak tahu brengsek! Aku menyesal telah berbaik hati padamu!"

"Heh?!" Yixing berkacak pinggang. Persis seperti orang gila karena sekarang keadaannya masih terlihat seperti menantang tembok tak bernyawa didepannya. Selanjutnya, yang dapat Yifan dengar adalah hentakan keras yang ia yakin berasal dari kaki milik sahabatnya. Dekat, semakin dekat, dan_

BRAKK!

Pintu kamar Yifan membentur dinding dengan ganas!

"Apa?!" Yifan berdiri, menantang.

Dengan nafas menggebu, Yixing menghampiri tempat Yifan berdiri setelah sebelumnya berhasil mendobrak pintu kamar Yifan meskipun membutuhkan perjuangan extra-Yixing akui itu-.

"Minggir kau!" Yixing mendorong bahu Yifan menggunakan bahunya secara kasar. Setelahnya, tangan lincah itu mulai menggeledah seluruh laci-laci yang ada dikamar Yifan untuk mencari kotak berharganya.

"Dasar gila!" Umpat Yifan sekali sebelum ia memilih menghempaskan bokongnya keranjang kemudian mulai membaca majalah dewasa miliknya kembali. Mencoba mengabaikan keberadaan Yixing yang kini tengah memporak porandakan kamarnya.

Hingga 20 menit kemudian, Yifan yang saat itu baru saja memasuki kamarnya seusai pergi mengambil minum kedapur, langsung menghampiri Yixing yang terlihat masih belum puas menghancurkan isi kamarnya. Yifan berjalan sembari memutar bola matanya bosan_

Plakk!

"Aww!" Yixing menoleh. Hendak menyembur pelaku penggeplakan kepalanya sebelum. "_Eh?"

Yifan dengan muka datarnya mengetukkan kotak persegi yang baru saja ia temukan di ruang tengah kekepala Yixing-sekali lagi-. "Ini, milikmu?"

"Eung, iya! Tadi kau sembunyikan dimana?!" Balasnya ketus. Hendak meraih kotak kesayangannya-yang katanya berisi kondom segala rasa- itu, namun Yifan segera mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

'Masih menuduh? Eoh?' Yifan memutar bola matanya sekali lagi. "Dengar, aku akan membakar ini!" Ucapnya penuh penekanan.

"Yak! Jangan lakukan itu!" Yixing menggeram frustasi. Ingin menonjok muka Yifan namun tertahan. Karena sekali lagi, barang berharganya berada ditangan pemuda tinggi yang sialnya adalah sahabatnya sendiri.

"Kenapa tidak?! Kau sudah menuduhku padahal kau sendiri meninggalkannya diruang tengah, dasar!"

Yixing tampak berfikir sebentar, kemudian mulai merasakan ada perasaan canggung disekelilingnya. Ia baru ingat. 'Ya ampun kenapa aku begitu pelupa?' Gerutunya dalam hati. Seketika merasa tidak enak pada sahabatnya.

"Kumohon jangan dibakar. Aku bahkan belum mencobakan gadisku semua rasanya, disana masih ada rasa Strawberry, pisang, Vanilla dan_"

"Apa peduliku!"

"YAK!" Yixing segera menahan emosinya setelah mengeluarkan satu teriakan. "Berikan padaku!" Pintanya sembari bersusah payah menahan emosi. Hidungnya bahkan terlihat kembang kempis menahan amarah.

"Tidak. Sebelum_" Yifan melirik seluruh penjuru kamarnya. Ia mendekatkan wajahnya kewajah Yixing. Memasang tampang semenyebalkan mungkin. "_Kau bersihkan semua kekacauan yang kau buat. Bersih. Persis. Seperti. Semula!" Dan Yifan pun melenggang pergi tanpa perasaan, keluar dari kamarnya sendiri. Meninggalkan sahabat konyolnya dengan segala emosi yang tak tertahankan.

"WU YIFAN! KUBUNUH KAU SETELAH INI! AISHHHHHH!"

"Selamat bekerja!"

"SHIT!"

.

.

.

Yifan mendecih sembari tersenyum kecil akan ingatannya sendiri. Setelah satu pesan singkat lagi yang ia kirimkan untuk rekan satu kontrakannya, Yifan pun memilih untuk segera tidur. Baru pukul 19:55 sebenarnya, namun Yifan sudah merasakan berat di kedua matanya. Biarkan Yixing pulang sendiri nanti lalu membangunkannya agar mereka bisa mengerjakan tugas kuliah bersama-sama.

.

.

.

Ranjang Yifan berderit pelan. Ketika pemiliknya mengganti posisi tidur. Yifan harus menelan segala umpatan yang baru saja akan keluar dari mulutnya ketika tubuh besarnya hampir saja berguling kedasar lantai. Tidak jadi, karena ia terlanjur bangun.

"Ck!" Decaknya sekali. Kemudian memperbaiki posisi tidurnya.

Hening sebentar..

Hendak menutup matanya lagi. Namun sebelah tangan Yifan malah bergerak tak minat ke nakas disamping tempat tidurnya, mengecek jam.

01:22

"What?!"

Reflek pemuda tinggi itu terduduk diatas ranjang, dikamarnya yang bercahaya remang. Menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal setelah memastikan sekali lagi kalau penglihatannya tidak lah salah. Benar! Ini sudah dini hari dan_

_Satu nama langsung terlintas dibenaknya_

"Zhang Yixing! Ck!"

Dan dengan berat hati dan berat mata, Yifan terpaksa beranjak dari tempat tidurnya, hendak mengecek Yixing dikamarnya. Jika tidak ada, yah.. Terpaksa dia harus mencari dan membawa sahabat gilanya itu pulang, lalu sedikit memberinya 'hadiah' karena sudah mengabaikan perkataannya.

Tidak apa-apa kan?

Tidak butuh waktu lama untuk memeriksa kamar Yixing yang terletak persis disebelah kamarnya. Dan keadaannya kosong. Yifan sudah menduganya dan pemuda tinggi itupun kembali kekamarnya sendiri.

Cukup sepuluh menit bersiap-siap dengan segala umpatan dan perwakilan rasa sial yang keluar dari bibirnya, Yifan terburu keluar kamar. Hendak mempersiapkan motornya, namun seketika langkah besarnya berhenti_

_Karena matanya melihat ada seonggok raga yang tertidur pulas di sofa ruang tamu. Tidur dengan sebotol wine ditangannya.

Yifan menjatuhkan bahunya kesal. Ia sudah bersiap-siap dan dengan bodohnya ia tidak mengecek ruang tengah dulu. Oke, jadi dugaannya salah. Karena orang yang ingin ia cari sudah ada disini.

Yifan menghampiri tempat dimana sosok yang kini tengah tertidur dengan mulut menganga tersebut. Dia, tentu saja sahabat tersayangnya Zhang Yixing!

Berdiri sembari berkacak pinggang disamping tubuh sahabatnya, Yifan lantas melirik seluruh bagian tubuh Yixing. Menyikapi kerah kemeja yang Yixing kenakan kebelakang tanpa mengiraukan suara dengkuran Yixing yang tersendat-sendat akibat ulahnya, Yifan kemudian melanjutkan dengan menyikapi kaos bagian belakang Yixing keatas, memperlihatkan punggung kekar dengan kulit berwarna putihnya.

'Tidak ada'

Sebenarnya yang Yifan cari itu..

'Tidak ada 'Kissmark' dimana-mana, oke! Mungkin Yixing hanya mabuk..' Begitu fikir Yifan.

Pemuda tinggi itu kemudian berdiri kembali. Mencari cara, bagaimana membangunkan setan yang satu ini agar kembali kekamarnya sendiri, mencuci muka, lalu mengerjakan tugas. Tak peduli dia sedang mabuk atau apa.

"Ya! Bangun!" Hardik Yifan dengan suara yang sengaja dikeraskan.

"Zzzztt.. Zzztt.." Tak ada jawaban.

"Ya! Ya! Ya!" Mengangkat sebelah kakinya kemudian mendorong-dorong kecil pinggul Yixing sembari bersidekap dada.

Tetap tak ada respon.

Yifan memutar bola mata jengah, disertai dengan helaan nafas malas yang langsung keluar dari mulutnya. Sedikit menunduk, dan dengan inisiatifnya sendiri, Yifan kemudian meraih pinggir celana jeans Yixing kebawah, menampilkan celana dalam motif zebra milik sahabatnya itu kemudian menarik bagian pinggirnya keatas dan_

Plakkk!

_Melepaskannya tanpa perasaan. Yifan menyeringai jahat setelah ia kembali berdiri.

"Aw!" Satu tangan korban(?) reflek menggosok-gosok belahan pantat atasnya yang seketika terasa perih. Yixing menoleh kebelakang karena posisi tidurnya tengkurap. "Ck! Apa lagi ini Fan?! Aku lelah brengsek!" Geramnya kesal lengkap dengan suara parau dan mata sayunya.

Yifan terkekeh senang. "Tidak berniat meneriakiku? Hm?"

"Ck! Pergilah! Atau kulempari kepala besarmu itu dengan botol ini!" Rutuknya sembari mengangkat botol kosong wine nya dengan gerakan lemas. Terlihat tak bertenaga. Namun begitu, Yixing tetap menunjukkan kalau ia tidak segan-segan dengan ucapannya. Dan sialnya_

_Itu sama sekali tidak berhasil membuat Yifan takut.

Masih dengan posisi tangan yang menggosok pantatnya yang mulai memerah. Yixing berniat kembali tidur dengan gumaman makian yang juga belum reda keluar dari mulutnya. Lama kelamaan gosokannya semakin pelan dan pelan, mungkin akan benar-benar tertidur kalau Yifan tak kembali mengganggunya.

Yifan menghempaskan bokongnya kesofa yang sama dengan yang tengah ditiduri Yixing. Membuat yang lebih pendek dengan tidak rela tetap menggeser tubuhnya.

"Mabuk?"

"Pertanyaan bodoh!" Gumaman serak Yixing teredam bantal sofa.

"Bermain dengan wanita?"

"Aku?_" Jeda sebentar. "_Tidak!"

"Buktinya?"

Terdengar decakan malas dari yixing. "Bukti apa? Eoh? Kubilang tidak ya tidak~" Gumam Yixing kesal.

"Apa benar?~"

Yixing mengangkat tubuhnya sedikit, menopang dengan kedua sikunya kemudian menoleh tak minat kebelakang. Menatap Yifan tajam dengan kedua mata sayunya. "Sebenarnya apa maumu, hah?!"

Rambut berantakan Yixing membuat Yifan terkekeh pelan. "Aku ingin kau mengaku!" Balas Yifan.

"Mengaku apa?! Apa yang harus kuakui?!" Yixing dengan kesal kembali menghempaskan kepalanya kebantal sofa.

"Kau, tidur dengan wanita!"

"Aku tidak_"

"Lihat, celana mu basah!"

"_YAK!" Yixing terduduk, memeriksa celananya sendiri. "_Berhenti menggangguku Wu sialan!" Dan kembali merebahkan tubuhnya setelah mendapati tidak ada yang salah pada bagian selangkangannya. Tidak basah atau apapun itu!

Wu SIALAN!

Yifan terkekeh kemudian berdiri. Ia berjalan pelan kekamarnya sebelum meneriaki sesuatu untuk sahabatnya.

"Aku akan menyiapkan buku-buku! Kau, bangunlah sebelum aku menyiram wajahmu! Kita akan belajar! Aku serius!"

"Arrrgghhhhhh!" Yixing hanya bisa menggeram teramat kesal dibalik bantalnya.

Iya, malam itu mereka memang belajar. Tapi Yixing tertidur, tepat sebelum ia selesai membaca soal pertamanya.

Yifan?

Untung ia masih memiliki banyak stok 'rasa sabar' didalam dirinya. Karena jika tidak, habislah Yixing.

.

.

.

Esok harinya..

University of Chicago

Sebuah universitas yang tidak terlalu besar dan didirikan tepat ditengah-tengah kota Chicago Amerika. Namun begitu, Universitas yang mempertemukan kedua sahabat ini merupakan salah satu universitas elit, yang letaknya juga terdapat dikawasan elit, hyde park.

"Disini nyaman, aku menyukai arsitektur dan nuansa ghotic dari kampus ini." Yixing tersenyum puas. Ia kemudian menoleh kearah kanannya, yang berdiri seorang pemuda tinggi berambut pirang. Kenalan baru Yixing saat itu. "_Kalau kau? Apa yang membuatmu memilih universitas ini?"

Lelaki berambut pirang itu menoleh, kemudian tersenyum puas. "Karena ini kampus yang menakjubkan.."

"Oh.."

Itu adalah percakapan Yifan dan Yixing bahkan setelah terhitung baru beberapa puluh menit mereka bertemu. University of Chicago mempertemukan keduanya.

.

.

.

Gulungan kertas sebesar biji kacang terlempar kemeja Yifan. Tepatnya terjatuh kemeja Yifan setelah terlebih dahulu mendarat dengan mulus dikepalanya.

"Psst!"

Yifan menoleh. Mengangkat satu alisnya tanda tidak setuju-bahkan sebelum teman satu kampus yang melemparinya sempat bicara- jika konsentrasinya kepada mata kuliahnya terganggu. Tapi melalui isyarat kepala, Yifan tetap memberikan gestur seolah mengatakan 'Apa?'

"Ada berita bagus!" Tanpa suara, teman satu kampusnya itu berbicara.

Yifan sebenarnya tahu, tapi berusaha mengabaikannya. Paling hanya berita tentang beberapa 'gadis baru' yang kini hadir untuk memenuhi bar langganan mereka. Berusaha menyingkirkan 'gadis-gadis' lama dengan berbagai daya pikat mereka, dan, bla bla bla..

Yifan memilih mengangkat bahu acuh. Hendak menoleh lagi kedepan, kearah dosen mereka sebelum_

Tup!

Satu gulungan kertas yang lebih besar lagi hampir mematahkan hidung mancungnya. Oke itu sedikit berlebihan. Tapi Yifan emosi, kau tahu?!

Menoleh, ingin mendamprat Kim Jongin-nama teman super pengganggunya- namun_

"PSSTT!"

_Kali ini Zhang Yixing pelakunya.

"What?!" Sama seperti yang dilakukannya kepada Jongin sebelumnya, kali ini Yifan melakukan isyarat bibir kepada Yixing-yang duduk tepat disebelah Jongin-. Sedikit menggeram tertahan karena ulah kedua sahabatnya tersebut.

"Ini penting!" Yixing sedikit menjulurkan lehernya dan berbisik, agar Yifan mendengarnya.

"Iya! Apa?"

Yixing mengangkat ponselnya kemudian menggoyang-goyangkan disamping wajahnya. "Lihat ponselmu, aku akan mengatakannya lewat pesan" Dan Yixing segera bergerak mengetik sesuatu entah apa itu tanpa mempedulikan tatapan super kesal dari sahabat baiknya.

Yifan sungguh ingin berteriak sekarang. Memaki kedua sahabat tololnya itu kemudian memberikan mereka tonjokan satu persatu. 'Kalau bisa lewat pesan kenapa harus mengganggu! Sialan!' Batin Yifan menggebu-gebu.

Sementara Jongin hanya bisa dibuat tertawa terpingkal-pingkal tanpa suara dibangkunya sendiri. Merasa terhibur oleh jenis interaksi kedua sahabat baiknya yang berasal dari satu kontrakan ini. Begitu setiap harinya, Yixing selalu membuat ulah yang kurang lebih akan sukses membuat muka Yifan memerah menahan marah, tapi Jongin sungguh tak pernah bosan melihatnya.

Masih dengan beberapa umpatan kecil dari mulutnya, Yifan meraih ponsel tipis yang ia letakkan disaku jeansnya, kemudian membuka pesan-yang katanya sangat penting- dari sahabat baiknya.

"Hey bro! Ada tempat bagus malam ini. Ayo, menghibur diri! Kau WAJIB ikut kami kesana_" Yifan menahan nafasnya. Tak tahan ingin segera menyemburkan segala macam amarahnya saat melihat dua suku kata terakhir yang Yixing kirimkan untuknya.

_"Bar Gay!"

'Apa-apaan!' Decihnya dalam hati. Ingin melempar ponselnya kekepala tak berisi Yixing, tapi terlalu sayang.

Sayang sama ponselnya.

.

.

.

Sepulang kuliah..

"Ya, Hallo.."

"Sayang~ Malam ini, jadi kan kerumahku?"

"Apa? Eung_" Yifan melirik jam tangannya. Sebentar lagi ada jadwal kuliah tambahan dan Yifan tak ingin terlambat masuk. "_Oh, Iya_"

Sreet!

Ponsel Yifan segera berpindah tangan.

"Dengar Lucy, Yifan sudah memiliki acara jadi yeah, maaf, kau belum beruntung!" Jeda sejenak saat Yixing berusaha mencoba mencegah tangan Yifan untuk merebut kembali ponselnya.

"Acara? Kedengarannya menarik, apa aku boleh ikut?"

"NO!_" Yixing menyembunyikan ponsel milik Yifan kepunggungnya. "_Dengar Yifan, jika kau lebih memilih gadis peliharaanmu ini dibanding aku, temanmu, SAHABAT baikmu_" Memberi tekanan pada penggunaan kata sahabat, Yixing lantas melanjutkan. "_Maka persahabatan kita putus!"

Yifan memutar bola matanya bosan. Ini sudah yang keseratus sekian-sekian-sekian kali nya Yixing mengancamnya dengan hal yang sama. "Terserah! Aku tidak takut! Berikan ponselku!"

"Yach!" Yixing mulai berteriak saat yifan hendak menggunakan 'jurus ampuh'nya-Bayangkan ini dilingkungan kampus- saat itu. Sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatan keduanya.

"Hey apa yang_"

Srett

Trakk!

Ponsel Yifan terlepas dari genggaman tangan Yixing. Terjatuh dengan ganas kelantai koridor kampus. Menciptakan casing yang terlepas dari badan ponsel dan mengalami retak dibagian atas. Layar ponsel Yifan menggelap seketika.

Yixing blank mendadak.

Yifan terdiam.

Dan orang yang baru saja hadir diantara Yifan dan yixing terlihat menahan nafas.

'Apa yang kulakukan!' Jerit Yixing dalam hati.

"CK!" Yifan mendecak sekali kemudian menatap Yixing tajam. "Kau_" Ucapannya tertahan karena mendadak seluruh emosinya berkumpul dikepalanya. Hendak menonjok seseorang sekarang juga. Satu tangannya sudah terkepal dan_

_Dengan seluruh perasaan marahnya Yifan pun memilih untuk melangkahkan kaki dan menjauh dari sana.

Yixing yang panic dan menyadari kalau sahabat senasib seperjuangannya mendadak pergi setelah memberikannya tatapan membunuh, lantas berteriak. "Ya! Kau marah?! Hey! Hanya karena ponsel jelek ini kau marah pada ku?! Pada sahabatmu?! YA! WU YIFAN BERHENTI KAU! AKU BISA MENGGANTINYA SEPULUH KALI LIPAT JIKA KAU MAU! YA KEMBALI KAUUUU!" Jeritnya frutasi. Merasa bersalah sekaligus marah.

"Ekhem!"

Yixing menghela nafasnya yang sedikit tersengal akibat teriakan dengan metode satu kali tarikan nafas yang baru saja ia buat. Menoleh kebelakang, kearah seorang teman kampusnya yang lain.

"Ch_Chanyeolhh~?"

Pemuda yang bernama Chanyeol mengangguk canggung. Akibat terlalu terkejut dengan kejadian yang baru saja ia lihat. Terlebih setelah kuping lebarnya mendengar jeritan Yixing yang sangat keperempuanan(?) seperti gadis-gadis didalam drama ketika ditinggal pergi kekasihnya. Oke, hentikan fikiran tidak pentingmu Canyeol…

"Kau_Ah, kau pasti mengira aku teman yang buruk! Iya kan?!"

Chanyeol langsung mengerutkan alisnya. Siapa yang tanya?

"Ini, ini tidak seperti yang kau lihat oke. Dia_" Yixing menunjuk kebelakang tubuhnya. "_Wu Yifan sialan itu yang salah, bukan aku! Aku hanya mencoba mengajaknya bersenang-senang, sebagai sahabat aku ingin menghiburnya, tapi dia malah_"

"Maaf, Yixing_"

"Ya?"

"Aku. Sebenarnya itu bukanlah urusanku_" Chanyeol yakin ia telah salah bicara karena ia dapat melihat bagaimana di kening seorang Zhang Yixing mendadak muncul tulisan 'AKU TERSINGGUNG' dengan huruf besar-besar. Namun Chanyeol segera meluruskan.

"_Em.. Maksudku, sebaiknya kalian segera menyelesaikan masalah ini karena_karena_kalian bersahabat! Iya kalian bersahabat!" Celotehnya asal.

Raut wajah Yixing berangsur melunak. "Benar! Dan Wu sialan itu harus minta maaf kepadaku setelah ini!" Angkuhnya. Masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya kalau bukan 'Yixing yang salah'. #Tolong pahami isi tanda kutipnya -_-

"Benar!" Tak ingin mengulur-ulur waktu, Chanyeol segera menyampaikan maksudnya datang kesini. Untuk menemui Yixing. "Oh ya, boleh aku meminjam sesuatu?"

"Iya? Meminjam? Apa?"

"Tugas."

Yixing mengerutkan dahinya bingung.

"Tugas? Tugas apa?"

"Tugas manajemen keuangan. Mata kuliah tadi siang.. Adakah?" Tanya Chanyeol lagi, dengan lebih rinci.

Berfikir sejenak. "Oh, tugas itu." Yixing menjentikkan jarinya satu kali. "_Maaf, Yeol. Tadi malam aku pulang sekitar jam setengah dua, kau tahu lah aku kemana. Yifan memang mengajakku mengerjakan tugas tapi aku tertidur dan_"

"Zhang Yixing!"

Chanyeol dan Yixing serempak menoleh kearah seorang gadis manis yang baru saja datang sembari berlari kearah keduanya. Dia Carol, salah satu asisten dosen yang berasal dari kelas mereka.

"Hai Pretty. Ada apa hum?" Yixing mendadak menjadi cool.

"Please. Jangan menggodaku! Atau aku tak akan mengembalikan bukumu?" Carol memutar bola matanya malas. Siapa sih yang tidak tahu Yixing.

"Buku?" 'Buku apa lagi?' Gumam Yixing dalam hati.

"Ini, tugas yang tadi kita kumpulkan. Selamat, kau dan dan Yifan mendapat nilai yang hampir mencapai sempurna."

Yixing blank untuk yang kedua kalinya. Namun tangannya tetap menerima dua buku yang Yixing kenali sebagai miliknya dan milik Yifan. Menerima buku tersebut dari tangan Carol dengan ekspresi bingung.

"Ini! Milik Yifan kutitip padamu." Carol kemudian menatap Chanyeol. "_Dan em_Kau Park Chanyeol. Besok paling lambat sekitar jam dua, temui aku dikelas dan serahkan tugasmu, jangan sampai terlambat, Ok~" Dan Carol pun pergi meninggalkan kedua manusia dengan raut wajah berbeda ditempat itu. Yixing dengan wajah bingungnya dan Chanyeol dengan senyum sumringahnya.

"Serius, ini bukuku?" Gumam Yixing masih belum percaya.

"Jadi, bisakah aku meminjamnya" Kedua tangan Chanyeol menampung kearah Yixing.

Hening~

Yixing terpaku ditempatnya. Mengabaikan perkataan Chanyeol ketika merasakan perasaan bersalah tiba-tiba saja hadir dihati kecilnya. Saat setelah memastikan benda ditangannya benar-benar buku tugas miliknya, dan sebuah catatan kecil dipinggir kanan bawah tugasnya yang bernilai 95_

_ 'Sahabat yang merepotkan' diikuti sebuah emotion facepalm dibelakangnya.

"_Xing, kau dengar aku?"

"Ah_Ya?"

"Bagaimana, boleh aku pinjam."

"Eumh_ Tentu." Jawab Yixing sekenanya. Dan memberikan buku tugasnya kepada Chanyeol dengan gerakan seadanya. Ia jadi mendadak bingung dengan apa yang harus ia perbuat.

"Terima kasih Xing, besok kukembalikan. Ya sudah, aku pergi dulu. Bye~"

Yixing tak menghiraukan apapun yang dikatakan Chanyeol lagi, bahkan setelah pemuda yang hampir sama tingginya dengan Yifan itu menghilang dari jarak pandang Yixing. Yixing tiba-tiba meringis kecil saat dirinya tak sengaja melihat tulisan lain dibawah tugas milik Kris.

'Dia memang sahabat yang merepotkan'

'Iya itu aku'

"Ya Tuhan, apa yang baru saja kulakukan!" Seketika tatapan Yixing jatuh kearah kepingan ponsel milik sahabatnya yang baru beberapa menit lalu dia hancurkan. Sahabat yang jelas dengan rela telah menyelesaikan tugasnya tadi malam. Sementara dirinya malah mabuk-mabukan dan tertidur tanpa memikirkan apapun. Sekarang, bahkan ia dengan tega telah menghancurkan ponsel berharga Yifan.

"Dasar bodoh!" Dan sore itu berakhir dengan Yixing yang memukul kepalanya sendiri.

Mulai memikirkan bagaimana cara meminta maaf kepada sahabatnya tanpa merusak harga dirinya sedikitpun.

Sungguh berlebihan -_-.

.

.

.

Malam harinya..

Sebuah kepulan asap keluar dari mulut Yixing saat pemuda itu menghembuskan hasil hisapannya dari sebatang rokok. Mengecap rasa manis dari rokok yang tertinggal di bibirnya, kemudian mematikan rokok yang belum habis seluruhnya itu dengan cara menjatuhkan lalu menginjaknya dengan kaki. Mendesah frustasi sekali saat melihat jarum jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

Selain dari ia yang sudah tidak sabar lagi menunggu kedatangan Jongin, dirinya sudah benar-benar dihantui rasa bersalah kepada sahabatnya yang bahkan belum dapat dia temui sejak kejadian di kampus tadi sore.

Yifan tidak pulang.

Apa dia semarah itu?

Sibuk dengan fikirannya, sebuah mobil sport berwarna hitam yang baru saja datang langsung mengalihkan perhatian Yixing. Itu mobil Jongin. Malam ini, mereka tetap akan melaksanakan ide gila mereka meski tanpa Yifan sekalipun. Karena ini benar-benar akan menjadi sebuah hiburan konyol, begitulah fikir keduanya.

Yixing yang sudah menunggu didepan rumahnya sejak 20 menit yang lalu, mulai melangkahkan kaki tidak sabar kearah mobil Jongin. Yixing benar-benar muak dengan keadaan rumah yang sepi makanya ia lebih memilih menunggu Jongin diluar.

Sebelum keduanya benar-benar akan pergi ketempat yang menjadi tujuan utama, Yixing meminta Jongin untuk mengantarkannya kesuatu tempat terlebih dahulu. Dia jujur ingin menemui Yifan sebentar. Karena Yixing tahu pemuda tinggi bersurai pirang itu ada dimana. Beruntung karena Jongin langsung menyetujui.

.

.

.

Dirumah Lucy

Bel dipencet sebanyak dua kali dan seorang pria asli Amerika lah yang pertama kali menyambut kedatangan Yixing. Sementara Jongin menunggu dimobil.

"Apa Yifan disini?" Tanya Yixing To The Point.

"Oh, Yeah, dia disini. Silahkan masuk.." Pria bule itu membuka pintu rumah Lucy lebar-lebar untuk Yixing.

Yixing segera masuk setelah membungkuk ramah sekali kepada pria yang baru saja membukakannya pintu. Mungkin dia teman Lucy.

Dengan sebelah tangan yang memegang sebuah kotak, Yixing terus melangkahkan kakinya. Namun tiba-tiba langkah kakinya berhenti. Dan hal yang pertama kali ia lihat dan ia dengar seketika membuat darahnya mendidih dengan cepat_

"Siapa Sayang_Yixing!"

_Yixing terdiam ditempatnya.

'Clara' Lirihnya didalam hati.

Reflek otak Yixing langsung memutar ulang kesaat-saat dimana ia dan kekasihnya yang baru saja berhasil memperbaiki keadaan hubungan mereka setelah pertemuan tempo hari. Mereka tidak jadi putus setelah Clara terlebih dahulu meminta maaf.

Tapi sekarang?

"Jalang!" Yixing mengucapkannya hanya lewat gestur gerakan bibir. Kemudian bersikap seolah tak mengenal siapa gadis yang baru saja menyebut namanya. Dan dengan langkah kaki yang tak bersahabat, Yixing segera naik kelantai atas. Letak kamar Lucy.

Setibanya diatas tangan Yixing terayun hendak membuka pintu tapi_

"Uhh~~"

"Oh, Fuck! Ngghh~"

_Mendadak langkah kaki dan gerakan Yixing berhenti-lagi-. Jika biasanya dia akan meneriaki Yifan meski pemuda tinggi itu sedang bercinta atau apapun itu, maka kali ini, Yixing lebih memilih berbalik lalu menuruni tangga kembali. Fikirannya terlalu kacau untuk memulai perdebatan sekarang.

Yixing kembali keruang tamu dengan wajah datar. Clara terkesiap dengan kedatangan Yixing. Dan gadis itu sangat tahu kalau pemuda yang sekarang tengah berjalan mengampirinya sedang marah besar. Terlihat dari kilatan amarah dimatanya. Membuat Clara hanya terdiam tak dapat berkutik ditempatnya berdiri sekarang.

Sampai ketika Yixing sudah berdiri dihadapan Clara. Menatap gadis itu dengan tatapan kecewa dan marah, kemudian mengangkat sebelah tangannya. Membuat Clara menahan nafas, seakan bersiap menerima tamparan lagi, dari tangan yang sama. Namun_

"Berikan ini kepada Yifan!" Dengan gerakan yang dibuat sebiasa mungkin, Yixing menyodorkan kotak yang ia bawa kearah Clara. Memberikan gadis yang masih berstatus kekasihnya itu tatapan kebencian sekali. Gadis Yang Yixing jamin sebentar lagi akan benar-benar menjadi mantan kekasihnya.

Clara nampak tergagap ketika menerima kotak dari tangan kaku Yixing. Clara melihat bagaimana urat-urat menyembul keluar dari tangan Yixing karena pemuda itu menggenggam kotak ditangannya terlalu kuat. Bibir Clara bergerak terbuka dan menutup beberapa kali, seperti hendak menjelaskan sesuatu, namun Yixing benar-benar seperti tak ingin menatapnya lebih lama lagi.

Yixing kemudian bergumam. "Aku pergi!" Kepada Clara lalu setelahnya, Yixing segera mengambil langkah besar untuk meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Clara dengan pria bulenya yang tampak tak mengerti situasi apapun.

.

.

.

TUP!

Pintu mobil Jongin tertutup dengan bunyi keras. Membuat jongin hanya mengeryitkan alisnya bingung. Menyadari perubahan suasana dari wajah Yixing.

"Hey, ada apa Xing?"

"Tidak ada apa-apa!"

"Kalau tidak ada apa-apa tidak mungkin pintu mobilku akan mengeluarkan bunyi keras seperti tadi.." Sindir Jongin sembari menstarter mesin mobilnya.

"Kubilang tidak ada apa-apa!" Yixing ngotot tidak ingin menceritakan kejadian yang baru saja ia alami kepada Jongin.

"Oke. Oke. Tapi serius.. Apa dengan suasana hatimu yang terlihat sedikit kurang baik ini kita akan tetap pergi ke_"

"Tentu saja harus! Dan siapa bilang suasana hatiku sedang tidak baik?!" Umpat Yixing tidak terima. Namun sikapnya malah membuat Jongin semakin yakin dengan dugaannya.

"Baiklah. Tapi tunggu. Aku masih penasaran_" Jongin mulai menjalankan mobilnya. "_Apa ini karena Yifan? Memang apa yang dia katakan padamu?" Tanya Jongin lagi. Terlihat masih belum puas.

Yixing berdecak kemudian menatap Jongin kesal. "Apa aku juga harus mempraktekkan bunyi-bunyi desahan dari mulutku agar kau puas dan berhenti bertanya?" Yixing malah melempari jongin pertanyaan lain. Yang sukses membuat Jongin tertawa keras.

"Hahaha.. Wow.. jadi dia sedang bercinta makanya kau kesal?! Haha.. Tipe sahabat pencemburu. Haha.."

Sebelah alis Yixing terangkat tanda tidak suka dengan ucapan Jongin. Namun ia benar-benar merasa malas berdebat sekarang, entah karena apa. "Terserah!" Jadi Yixing lebih memilih untuk menyerah dan berdiam diri disandaran kursinya sendiri.

Sampai ketika suara Jongin lagi-lagi terdengar. "Hey, ayolah~ Tak ada Yifan pun tak masalah~" Tenang Jongin.

"Ini bukan tentang Yifan tapi_"

Tiba-tiba Yixing berhenti. Membuat Jongin mau tak mau sesekali melirik kearah sahabatnya untuk menunggu kelanjutan kalimat Yixing.

"_Arrg! Sudahlah. Biarkan brengsek itu bercinta jadi lupakan tentang dia yang akan ikut atau tidak dengan kita. OK?! Kupastikan dia akan menyesal setelah ini!" Yixing mendecih sembari tersenyum sinis diakhir kalimatnya.

Membuat Jongin diam-diam tersenyum geli mendengar gerutuan Yixing.

Dan mobil hitam itupun mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Menyisakan satu fikiran yang sama sekali belum dapat Yixing selesaikan inti permasalahannya sedari tadi. Dia masih marah, itu point utama Yixing. Tapi Yixing tak tahu, ia marah karena Clara yang berselingkuhkah? Atau_

_Sahabatnya yang hanya diam, meskipun tau Clara bermain dibelakangnya_

_Atau_

_Ada sesuatu hal yang lain?

.

.

.

Kerlap-kerlip lampu disco memenuhi sebuah ruangan yang kesemua pengunjungnya didominasi dengan manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Bau menyengat alkohol tercium disana-sini. Ciuman bebas dan desahan-desahan kecil dari beberapa pengunjung yang diberikan servis oleh lelaki 'sewaan' mereka tampak begitu menikmati layanan disana.

Yixing dan Jongin, yang saat itu baru saja memasuki 'Bar Gay' yang mereka ceritakan tadi siang, kini hanya dapat melongo tak percaya dengan segala pemandangan yang tersaji didepan mereka. Keduanya hanya bisa membesarkan kedua bola mata dengan sedikit tambahan mulut menganga, akibat terlalu takjub dengan apa yang mereka lihat.

Ingat! Tak ada perempuan berpakaian mini ditambah dengan setengah dada menyembul keluar disini!

"Wow!" Yixing lantas berseru tanpa sengaja saat ia melihat seorang bartender yang bekerja disana datang dari arah belakangnya, berjalan melewatinya, dan menghampiri salah satu pengunjung. Meletakkan segelas wine kemeja si pengunjung, lalu memberikan sebuah ciuman maut disertai satu remasan seduktif dibagian selatan si pengunjung.

"Apa itu enak?" Bisik Jongin tepat disamping telinga Yixing.

Yixing segera menjauh kemudian terkekeh geli. "Aku merinding brengsek!"

Setelahnya keduanya tertawa diiringi dengan decakan-decakan kagum yang terus keluar dari mulut mereka.

"Ini seru!" Gumam Yixing semangat.

"Kufikir ini sangat-sangat menggelikan~" Gelak tawa puas Jongin terdengar samar diantara alunan music disco yang memenuhi ruangan.

Setelahnya, keduanya memilih duduk disalah satu sofa yang tersedia disana. Memesan dua botol wine sembari menunggu dengan perasaan was-was bartender yang akan mengantarkan pesanan mereka. Tentu, masih jelas diingatan Yixing dan Jongin tentang 'servis' kecil dari bartender.

Setelah sekitar 5 menit menunggu..

"Hai tampan~"

Deg!

Yixing dan Jongin serempak menoleh kearah seorang bartender bertubuh mungil yang baru saja datang dengan dua botol wine pesanan mereka, lengkap dengan dua buah gelas yang sudah terisi penuh oleh wine tersebut.

Deg!

Deg!

Deg!

Keduanya menelan ludah gugup. Kentara sekali kalau Yixing, terlebih Jongin-yang posisinya paling dekat dengan si bartender- belum siap dengan jenis servis apapun itu!

Bartender manis berbibir tebal itupun segera meletakkan dua botol wine beserta gelasnya kemeja, dengan gerakan anggun. Ia kemudian duduk tanpa diperintah disebelah Jongin. Membuat yang bersangkutan sekali lagi menelan ludah gugup disertai dengan nafas tertahan, saat si bartender mungil mulai menyentuh bagian kerah kemeja Jongin.

Ingin berteriak meminta tolong kepada siapapun yang rela menolongnya, namun semua kata seolah terkunci dibibir Jongin saat dirinya menatap kedua mata bulat polos milik si bartender mungil. Kedua belah bibir itu bergerak sensual. Mengeluarkan dua buah kata_

"Aku Kyungsoo"

_Sepasang mata milik Jongin yang melotot dan sepasang mata bulat bening yang nampak begitu berhasrat itu pun terasa semakin dekat dan_

"Shit!"

Yixing reflek membalikkan badannya saat melihat kedua bibir itu menempel. Ingat! Baru saja bibir Jongin yang laki-laki_

_Menempel dengan bibir tebal si bartender bernama Kyungsoo yang juga laki-laki!

Ya tuhan!

Tepat saat Yixing membalikkan badannya kearah lain, seseorang menyentuh pundaknya.

"Hai, manis~"

Deg!

ASTAGA!

Yixing reflek memegangi dadanya.

Yixing mematung. Kaku. Sekali lagi, jantung Yixing seakan dipompa dengan kecepatan maksimal saat seorang pemuda lain yang sama mungilnya dengan Kyungsoo membelai pipinya. Mendekat dan membisikkan sesuatu yang berhasil membuat jantungnya copot_

_"Mau bercinta denganku?"

Iya, suaranya laki-laki namun begitu lembut.

Yixing blank-LAGI-!

Tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengerjap-ngerjap beberapa kali sebelum suara tawa yang terkesan anggun keluar dari bibir pemuda dihadapannya. "Aku hanya bercanda.."

"Y_ya?"

Pemuda bertubuh-juga- mungil itu menunduk lagi. "Tapi aku serius, kau manis!" Pujinya disertai dengan gigitan menggoda dibibir sendiri. Diikuti dengan arah pandang yang tepat mengenai kedua belah bibir Yixing. Mengetahui hal itu, Yixing kembali harus bersusah payah menelan ludahnya sendiri dengan gugup.

"Aku Byun Baekhyun. Panggil aku Baekhyun. Tolong ingat namaku, pria manis. Hari ini aku sudah memiliki pelanggan. Jadi, datanglah kapan-kapan dan temui aku. Ok sayang?~" Satu belaian dipipi-lagi- yang Yixing dapat dari pria cantik bernama Baekhyun. Dan itu sukses membuat seluruh tubuh Yixing meremang.

"Baek, sudah kubilang jangan menggoda orang lain ketika aku bersamamu!"

Suara lain dari arah belakang Baekhyun mampu mengembalikan setengah kesadaran Yixing.

Baekhyun berbalik dan kedua lengan kecilnya langsung mendarat dileher pemuda jangkung yang sangat Yixing kenali_

"Chanyeol?"

_Ciuman singkat antar lelaki didepan Yixing itu terhenti saat pemuda yang lebih tinggi menoleh kearah Yixing_

"Eung~ Yixing?!" Chanyeol membulatkan matanya, terkejut. Lebih tampak terkejut lagi saat melihat Jongin yang masih bergelut dengan cumbuan lidahnya bersama seorang bartender tetap disini. "Jongin!"

Ciuman Jongin terlepas. Ia juga terkejut dengan muka memerah. menatap Chanyeol dengan perasaan canggung. Mengira Chanyeol akan bertanya macam-macam namun_

"Wah! Kebetulan kita bertemu disini. Jadi, kita sama?!" Tanya Chanyeol sumringah. "Kalau begitu, selamat bersenang-senang guys! Aku kekamar dulu" Satu kedipan mata Chanyeol layangkan kepada Yixing dan Jongin.

"Chanyeol. Aku_Tidak_Ugh!" Yixing menghela nafas frustasi saat ia tidak berhasil menjelaskan kepada Chanyeol kalau dirinya tidak lah sama dengan apa yang seperti Chanyeol fikirkan. Karena pemuda tinggi itu terlanjur menghilang bersama pemuda cantik bernama Baekhyun kesebuah kamar.

Oke! Ini mulai tidak beres.

Mungkin Yixing akan menyetujui ajakan bercinta siapapun sekarang ini jika saja dirinya tidak sedang berada dilingkungan 'para gay'.

Yixing melirik Jongin yang kini tengah menatapnya penuh sesal namun tak dapat dipungkiri juga, kalau Yixing dapat melihat pancaran kuat dari mata Jongin yang seolah berkata 'Aku menikmatinya. Ini enak. Cobalah Xing'.

'SIAL!'

Menghembuskan nafas sekali, dan setelah berhasil mengatakan kepada Kyungsoo secara baik-baik kalau dirinya tidak membutuhkan servis apapun itu, Yixing lantas memberikan isyarat kepada Jongin untuk segera pulang. Tidak ingin membiarkan dirinya lebih frustasi lagi lebih dari ini. Dan Jongin langsung mengiyakan. Meskipun terlihat kurang setuju pada awalnya.

"Tapi kita baru 15 menit Xing.."

Iya. Yixing tahu Jongin belum mau pulang terbukti dari perkataannya namun Yixing tak peduli! Dia hanya ingin pulang titik!

Keduanya beranjak dari tempat duduk mereka. Hendak menuju pintu keluar. Namun betapa tidak beruntungnya Yixing dan Jongin saat mereka diganggu seorang laki-laki bertubuh besar ketika keduanya hampir mencapai pintu dengan tulisan 'EXID' diatasnya.

"Hai, Cantik~ Sudah mau pulang saja? Bahkan aku belum melihatmu 'memainkan' satu 'permainanpun' sejak tadi?"

Mendengus, Yixing berbalik lalu menatap nyalang lelaki berotot yang semula berdiri dibelakangnya. Dan juga telah dengan lancang mencekal sebelah lengannya. Jongin ikut berhenti.

"Kau_Memperhatikanku?" Yixing menaikkan satu alisnya. Bertanya dengan sinis setelah terlebih dahulu menarik kasar pergelangan tangannya.

"Yap! Kau tampak cantik jadi aku tak bisa mengalihkan perhatianku darimu sedikitpun.." Ucapnya dengan nada menggoda.

Yixing mendecih keras. Benar-benar merasa terhina dengan perkataan orang didepannya.

"Aku Albert. Kau?"

Mendengus sekali lagi, Yixing lantas mendepak kasar telapak tangan lelaki yang baru saja menanyai namanya. Mengundang decakan kagum dari beberapa pengunjung yang menyaksikan. Mereka menatap seolah menyampaikan_

'WOW! Cantik-cantik tapi ganas coyy!'

Albert tersenyum miring. Merasa sedikit tertantang dengan pemuda pendek dihadapannya.

"Tadi kau bilang apa?!"

"Yang mana sayang?"

"Yang pertama!" Yixing mulai bersidekap dada. Mengabaikan fakta kalau Jongin sudah gemetar sejak tadi. Karena ditatap tidak bersahabat oleh beberapa pengunjung, yang Jongin yakin adalah teman-teman Albert.

"Yang mana, Cantik~"

"Cih! Coba kau ulangi?!" Yixing sudah siap dengan kepalan tinjunya.

Albert mendekatkan wajahnya. Bergerak seperti hendak mencium. Sebelah tangannya menyentuh pinggang Yixing tanpa menghiraukan wajah penuh emosi Yixing. Memberikan tatapan seduktif kepada wajah memerah Yixing, kemudian membisikkan sesuatu ketelinga_

"Kau, Cantik"

_Disertai dengan sebuah remasan dibokong Yixing. Dan_

BUGH!

_Satu pukulan seketika melayang kepelipis Albert.

Lelaki bule itu tersungkur tepat disamping Yixing. Membuat Jongin tak kuasa lagi menahan rasa takutnya ketika melihat betapa bernafsunya tatapan disekeliling mereka, melihat mereka seolah ingin memakan keduanya hidup-hidup.

"Xing! Please!" Bisik Jongin dengan perasaan kalut.

Yixing tahu kalau keadaan sudah tidak aman lagi. Namun ia benar-benar benci ketika seseorang mengganggunya dan dengan sengaja membuat emosinya naik. Apalagi mengatakannya cantik dan menyentuhnya sembarangan.

"Kalian!" Albert yang masih belum berdiri dari posisinya. Sembari menyeka noda darah yang baru saja keluar dari kulitnya yang robek, ia mulai melirik beberapa orang disekeliling mereka. "_Beri kedua bocah ini pelajaran!"

Benar dugaannya!

"Sial!"

.

.

.

Yifan memakai celananya dengan gerakan malas. Ia menatap punggung telanjang Lucy yang kini pemiliknya sedang tertidur pulas diatas ranjang yang baru saja mereka gunakan untuk bercinta.

Menghela nafas sebentar, Yifan meraih sebuah note dan menuliskan pesan untuk Lucy kalau dirinya benar-benar tidak bisa menginap malam ini. Ponsel tidak ada jadi, yah, hanya dengan beginilah caranya.

Setelah membasuh muka dan merapikan pakaiannya didepan cermin, Yifan mengambil kunci mobilnya kemudian melesat keluar kamar. Menuruni anak tangga satu persatu dengan fikiran yang melayang-layang kekejadian tadi sore.

"Cih! Anak itu!" Decaknya sekali. Langkah Yifan reflek berhenti saat melihat seorang gadis yang cukup ia kenal tengah duduk sendiri diruang tengah rumah Lucy.

"Clara?"

Clara menoleh. Dengan kedua mata yang sembab dan sebuah tisu ditangannya. "Oh, Yifan.." Kemudian gadis itu berdiri dari duduknya.

"Sejak kapan kau disini. Dan_ kau menangis?"

"Aku_Sebenarnya sejak tadi. Tapi aku tak ingin mengganggu acara kalian_"

"Ah, maaf, aku tidak tahu sungguh." Yifan merasa tak enak hati. Saat mengetahui Clara menunggunya sejak tadi disini sementara ia sendiri tengah bercinta dengan Lucy.

"Tidak apa-apa. Emm.. Ini_" Clara menyerahkan sebuah kotak yang sejak tadi dipegangnya kepada Yifan.

Sembari mengangkat alisnya bingung, Yifan hendak bertanya namun tidak jadi karena Clara lebih dulu mengatakannya. Membuat bibirnya hanya terbuka tanpa sempat bersuara.

"_Itu dari Yixing. Dia datang kesini beberapa saat yang lalu dan menitipkan ini untukmu.." Lirih Clara.

"Yixing? Kesini? Bersama siapa? Apa..Yixing yang membuatmu menangis?" Yifan menatap curiga kearah Clara. Melontarkan sederet pertanyaan yang cukup membuat Clara kembali dihantui rasa bersalahnya. Seketika teringat kejadian yang baru saja ia alami.

Clara mengangguk. "Em! Benar! Tapi ini salahku.." Kemudian tersenyum sendu.

"Apa?! Jadi benar?. Dia harus diberi pelajaran! Memangnya apa lagi yang anak kurang ajar itu lakukan, eoh?!"

"Tidak Fan. Aku yang salah. Aku yang membuat semua nya jadi semakin memburuk." Clara berkata dengan nada penuh penyesalan.

Alis Yifan terangkat sebelah. "Maksudmu? Sebenarnya apa yang terjadi. Bukankah kemarin semuanya sudah membaik?"

"Aku_"

Ting

Tong

Ting

Tong

Bel rumah Lucy berbunyi sebanyak empat kali. Menghentikan percakapan antara Yifan dan Clara seketika itu juga.

"Sebentar" Yifan membawa langkahnya mendekati pintu setelah meminta Lucy untuk menunggu. Pintu terbuka dan_

"Iya? Sia_Chanyeol?"

"Fan! Ini gawat! Kau, harus pulang segera!"

"Ada apa?"

"Yixing dan Jongin terluka. Mereka baru saja berkelahi di sebuah bar! Dan_Dan_Yixing tak sadarkan diri!"

"SHIT!" Dengan begitu, Yifan segera melesat menuju kemobilnya sendiri tanpa menghiraukan tatapan khawatir Chanyeol ataupun respon terkejut dari Clara. Meninggalkan kekasih sahabatnya itu di rumah Lucy dengan perasaan khawatir yang teramat sangat.

Chanyeol bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Yifan yang sudah terlebih dahulu mengambil tindakan. Dan tepat disaat keduanya sedah sepenuhnya masuk kemobil Yifan-Chanyeol datang kerumah Lucy menggunakan taksi-, Chanyeol menceritakan kronologis kejadian yang ia tahu sebelumnya, sehingga sukses membuat kedua sahabat Yifan babak belur.

"Sial! Sial! Sial!" Yifan entah kenapa tiba-tiba menjadi sangat menyesal karena tidak melihat sahabatnya seharian. Ia juga sudah menolak ajakan Yixing. Terlebih lagi, saat Yifan tidak sengaja melihat sebuah kotak ponsel yang masih disegel keluar dari kantong yang diberikan Clara saat dirumah Lucy tadi. Yifan melemparnya asal kebelakang jadi ia langsung terpaku saat melihat isi dari kantong tersebut menyembul keluar.

'Yixing mengganti ponselnya!'

'Apa dia sebodoh itu?!' rutuk Yifan didalam hati.

Yifan tak hentinya berkutat dengan perasaan khawatirnya. Sementara mobilnya terus dipaksa untuk membelah jalanan kota Chicago dengan kecepatan diatas rata-rata. Dalam perjalanannya Yifan bersumpah, akan mencari dan membalas lebih kejam lagi orang-orang yang telah melukai sahabatnya.

Sementara disebelahnya, Chanyeol terlihat sibuk berusaha menyingkirkan keringat dingin yang terus keluar melalui pori-pori kulitnya melihat sikap Yifan.

.

.

.

Mobil Yifan terparkir asal ketika ia dan Chanyeol sampai dirumahnya dan Yixing. Langkah besar-besar tercipta dari kedua kaki panjang Yifan saat ia baru saja keluar dari mobil. Meninggalkan Chanyeol yang tengah berusaha menahan rasa mual diperutnya akibat aksi ngebut gila-gilaan yang baru saja diciptakan yifan.

"Fan, tunggu hoeek.."

Pancaran kekhawatiran belum luntur sama sekali dari raut wajah Yifan. "Dimana mereka Chanyeol!"

Segera setelah pintu terbuka, Yifan segera menanyai Chanyeol yang saat itu tengah menghela nafasnya secara mati-matian akibat tak kuasa mengimbangi langkah besar Yifan, terlebih lagi kepalanya masi pusing dan perutnya masih mual.

"Dikamar nomor dua!"

Itu kamar Yifan.

Tanpa menunggu lagi, Yifan langsung menuju kekamarnya sendiri kemudian membuka pintunya secara kasar.

"Yixing_"

Namun perkataan Yifan langsung berhenti.

Hanya bisa melotot. Merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang_

_Karena ketika dirinya masuk, yang Yifan dapati adalah pemandangan tiga orang manusia -satu tak ia kenal- kini tengah duduk melingkar dilantai kamarnya. Beberapa kulit kacang berserakan dimana-mana. Dan minuman-minuman keras berdiri abstrak ditengah-tengah mereka.

Tak dapat berkata apa-apa. Muka perlahan-lahan mulai memerah. Kedua mata terlihat nyalang. Begitulah keadaan Yifan sekarang.

Bahkan ketika Chanyeol menyelip disamping tubuhnya dengan gerakan was-was kemudian masuk kedalam dan bergabung dengan ketiga orang yang sudah menunggu didalam kamar Yifan. Chanyeol mendekati Yixing kemudian berbisik dengan nada panik.

"Idemu sungguh gila! Aku tidak mau tahu. Kau harus bertanggung jawab jika Yifan marah dan_"

"YAAAAAAAAA! KELUAR KALIAN DARI KAMARKU!"

.

.

.

"Fan. Iya aku salah tapi tolong maafkan aku!" Yixing tidak peduli lagi dengan harga diri. Meskipun sebenarnya masih, kalimat permintaan maaf itu masih saja keluar dengan berat dari mulutnya. Namun Yixing terus dan terus mengucapkannya kepada Yifan.

"Aku tidak ingin tinggal denganmu lagi. Kau bukan sahabatku!"

Ketiga manusia bak patung yang terduduk diatas sofa ruang tamu rumah Yifan dan Yixing hanya diam seolah tak bernafas. Mendengarkan detail pertengkaran yang tengah terjadi diantara sepasang sahabat itu. Mereka Jongin, Chanyeol, dan Baekhyun. Ketiganya hanya sesekali saling sikut karena benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

"Ya! Apa yang kau lakukan?! Mau kemana kau Fan?!" Yixing melangkah gusar. Menyamai langkah besar Yifan yang kini mulai menyeret kopernya keluar rumah.

Kepala Jongin, Chanyeol dan Baekhyun bergerak kearah pintu. Menyaksikan pertengkaran Yifan dan Yixing yang lebih mirip dengan 'kasus perceraian' itu. Ketika sepasang sahabat itu menghilang dibalik pintu, Jongin menghela nafas.

"Sayang, aku takut.." Keluh Baekhyun kemudian memeluk Chanyeol.

"Maaf, tidak seharusnya kau terlibat. Mungkin lebih baik kau tidak membela mereka tadi.." Chanyeol ikut mengeluhkan keadaan. Mengingat kalau Baekhyunlah satu-satunya orang yang berhasil menyelamatkan Yixing dan Jongin saat di bar tadi. Karena Baekhyun pemilik bar tersebut.

Jongin mengeryit tak suka atas kalimat Chanyeol. "Ya, teman macam apa kau. Jadi kau ingin membiarkan kami berdua babak belur, begitu?!"

"Kalian sudah selamat. Jadi diamlah.." Balas Chanyeol.

"Jadi bagaimana sekarang? Apa mereka akan putus?" Tanya Baekhyun yang berhasil memunculkan persimpangan empat dikening Jongin dan Chanyeol.

Apa? Siapa yang putus? Siapa yang pacaran?

"Ayo jawab aku. Apa Yifan akan menjadi sebodoh itu hum? Apa dia akan memutuskan pria manis dan cantik seperti Yixing?"

Jongin segera membekap mulut Baekhyun. Yang membuatnya langsung mendapat serangan protes dari mata Chanyeol. Namun Jongin tak peduli itu. Yang pasti ia masih trauma mengingat bagaimana marahnya Yixing ketika seseorang menyebutnya Cantik. Dan sikap Yixing yang benci dibilang cantik jugalah yang hampir membuat mereka berdua dikeroyok.

Please! Jongin terlalu trauma.

"Tolong jangan sekali-kali mengatakan Yixing cantik! Ingat itu!" Tegas Jongin.

Dan ketiga anak manusia itu hanya bisa menghela nafas ketika mendengar teriakan Yixing maupun Yifan yang masih samar terdengar dari arah luar..

.

.

.

Bersambung...

KraYeol mungkin akan masih memposting ff2 KraYeol yg ch2 1 nya, sebab KraYeol benar-benar niat mau mindahin semua ff2 yg sudah prnah KraYeol post d fp kesini. Jadi, mohon kesabarannya ketika anda mungkin mulai enek dnger email baru yang masuk mulu ke hp anda, hahaha..

Oke, KraYeol tunggu kritik dan sarannya. Salam manis by..

^KraYeol^