The Game
Original Story by Yuutaka Fie
.
Scarlet Eve and 鹿CandySugar
.
WARNING WARNING WARNING !
ADULT CONTENT. MATURE. NC 21++
Hard Sex, Dirty Words. HunHan, KrisHan, KaiLu.
Don't Like Don't Read. No Bash. Okay?
Enjoy and Happy Reading~
.
"Jadi…" Sehun berdeham, "Bagaimana Tuan-Tuan?" Dan sebuah ukiran tipis melengkung keatas tercetak dibibirnya.
Sehun tersenyum kearah kedua temannya itu—walau sebenarnya senyuman Sehun lebih tepat dbilang sebuah seringaian seorang iblis—yang kini sedang menjadi lawan mainnya dalam permainan poker. Senyum yang Sehun berikan bukanlah senyum menawan yang biasa ia lakukan diatas panggung ketika menyapa penggemarnya. Senyuman itu adalah senyuman licik yang menyiratkan kemenangan besar dengan bumbu keangkuhan tercetak jelas disana. Sedikit tertawa kecil saat mata elang miliknya kembali memperhatikan dua kartu yang berada ditangannya.
Jika Sehun tengah tersenyum penuh kemenangan dan siap untuk membakar kedua temannya itu dengan kemenangannya, maka berbeda dengan dua pemuda yang berada dihadapannya itu. Kedua pemuda berbeda warna rambut itu terlihat begitu serius ketika mata mereka menatap fokus pada kartu yang mereka miliki. Permainan poker mereka akan mencapai akhir, dan kartu yang mereka miliki akan menjadi penentu untuk siapa yang akan mendapatkan hadiahnya. Kris dan Kai—dua pemuda teman Sehun itu mulai terintimidasi.
Terutama untuk Kai, ia tidak begitu yakin dengan dua kartu yang akan menjadi senjatanya itu.
"Nggghh—"
Sebuah erangan terdengar dari atas tempat tidur yang berada tak jauh dari meja dimana ketiga orang itu sedang bermain poker. Sehun menoleh kearah suara itu berasal, dan kemudian ia tertawa kecil.
"Sabar ya Lulu-sayang~. Kami hanya perlu membuka kartu dan kemudian akan meladenimu…" Suara Sehun terdengar sedikit menggoda.
Sementara ketika tiga pemuda tampan itu tengah sibuk dan terlalu fokus dengan permainan poker mereka, disana—di atas tempat tidur itu—pemuda manis dan mungil itu berbaring sendirian. Suaranya erangannya terdengar tidak nyaman. Kedua tangannya terikat menjadi satu dengan sebuah kain kitam yang terhubung dengan headboard ranjang tempat tidur miliknya. Kedua matanya tertutup dengan sehelai kain hitam; itu membuatnya berpikir apa yang akan Sehun dan kedua temannya lakukan padanya membuatnya sedikit berfantasy dengan pikirannya.
Sebuah kain hitam yang sama juga membekap bibir tipisnya, kain itu yang sedari tadi meredam suara yang ia keluarkan. Tubuh putih mulusnya tak tertutup apapun kecuali seutas celana dalam miliknya. Hal yang membuatnya tidak nyaman adalah, benda yang kini menancap di liang masuknya yang terus bergetar itu. Benda bernama vibrator itu terus menyala dan itu begitu merangsangnya. Luhan tidak bisa diam. Tubuhnya terus menggeliat kemana-kemana menyebabkan kekacauan pada seprai dibawahnya. Tubuh mulusnya itu penuh dengan peluh, membuat setiap gerkan kecil yang ia lakukan membuat Luhan terlihat begitu erotis.
Luhan berusaha untuk mencapai klimaksnya ketika ia merasa perut bagian bawahnya terus seperti diaduk-aduk ditambah rangsangan dari benda kecil laknat bernama vibrator itu. Salahkan benda kecil bulat yang kini melingkar di penisnya. Cincin itu terpasang disana bersamaan dengan vibrator yang terbenam dalam liang masuk miliknya. Rangsangan yang bertubi-tubi dan cincin itu menghalanginya untuk menuntaskan birahinya.
Sementara Luhan begitu tersiksa dengan itu semua, Sehun, Kai dan Kris sibuk bermain poker….
Luhan begitu mengutuk dirinya sendiri ketika ia terlalu polos untuk membiarkan kedua temannya dan juga kekasihnya itu masuk begitu saja kedalam apartemennya tanpa tahu niatan licik apa yang ada dalam otak kotor ketiganya. Dan kemudian membuat Luhan harus berakhir menjadi sebuah hadiah untuk permainan poker mereka.
Oh, fuck !
Jadi sore tadi, tepatnya beberapa jam yang lalu, Sehun datang ke apartemennya dengan Kai dan Kris yang mengekor dibelakangnya. Ketiganya tersenyum begitu menawan dan Luhan yang entah polos atau memang tidak memiliki pikiran negative tentang teman-temannya itu mempersilakan ketiga pemuda tampan itu untuk masuk.
Luhan tidak menaruh curiga sama sekali ketika ketiga temannya itu datang. Tidak curiga tentang kedatangan mereka kesini dan tentang apa yang akan mereka rencanakan. Tidak sama sekali.
"Apa kalian ingin minum sesuatu?" itu suara Luhan yang siap untuk menuju dapur.
"Apapun Lu." Dan Sehun menjawabnya dengan senyuman yang begitu menawan. Luhan harus memerah untuk itu.
Luhan sibuk di dapur untuk menyiapkan teh untuk ketiga temannya itu dan terkejut ketika mendapati Sehun yang tiba-tiba memeluknya dari belakang dan kemudian mengecup tengkuknya pelan. Luhan terkejut tentu saja, ia ingin menolak karena tentu saja ia malu dengan keberadaan Kai dan Kris yang mungkin bisa melihat apa yang mereka lakukan saat ini.
"Sehun..mm.. jangan.."
Mengabaikan permohonan konyol Luhan untuk berhenti, Sehun masih saja menciumi tengkuk pemuda mungil itu. Sesekali menjilatnya dan kemudian memberikan hisapan hingga sebuah tanda berwarna pink kontras dengan warna kulit putih milik Luhan tercetak disana.
"Jangan hiraukan.. mereka akan memakluminya." Dan sebuah kecupan kembali mendarat untuk Luhan, kali ini dibelakang telingannya.
Sentuhan Sehun membuat Luhan meremang.
Luhan hanya memangguk dan membiarkan Sehun mencumbuinya. Membiarkan tangan Sehun yang nakal menelusup kedalam kaus miliknya yang kemudian memberikan sebuah pilinan untuk puting pemuda manis itu.
"Nggh—" Luhan itu penurut dengan apapun yang Sehun berikan untuknya. Sentuhannya, kata-katanya, perintahnya, dan apapun yang ada pada Sehun adalak mutlak bagi Luhan. Pun ketika Sehun menjamah tubuhnya, Luhan hanya bisa pasrah dengan apa yang akan Sehun lakukan padanya.
Dan senyuman Sehun semakin mengembang ketika ia melihat Luhan terlihat begitu terangsang dengan apa yang baru saja Sehun lakukan. Pemuda mungil dan manis itu memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan Sehun didadanya dan juga setiap kecupan Sehun yang di arahkan ketengkuk belakang dan juga leher sampingnya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan Sehun kemudian mengambil sebuah kain hitam yang ia simpan disaku celananya yang kemudian ia gunakan untuk menutup mata Luhan, itu membuat Luhan tidak bisa melihat apapun.
"S-Sehun..? Apa yang kau lakukan?" suara Luhan terdengar lirih dan sedikit bergetar, terdengar sedikit ketakutan dengan apa yang akan Sehun lakukan nanti.
"Trust me. Kau akan menyukainya nanti. Arra?" Sehun hanya membisikkan kata-kata untuk sedikit menenangkan Luhan. Setelah itu—dengan tiba-tiba lagi—Sehun mengangkat tubuh Luhan, menggendongnya seperti pengantin dan Sehun bawa tubuh mungil itu menuju kamar milik Luhan.
Luhan jujur saja panik dan takut. Ia tidak tahu apa yang akan Sehun lakukan padanya nanti ditambah dengan kedatangan Kris dan Kai diapartemennya. Ia sedikit berontak dalam gendongan Sehun—yang sejujurnya membuat Luhan merasa sedikit nyaman disana, dan Luhan kembali tidak bisa berbuat apapun untuk melawan kuasa Sehun akan dirinya ketika pemuda tampan itu merebahkannya diatas tempat tidur.
Sehun tidak membuang banyak waktu, pemuda berambut kelam itu kembali menempatkan ciuman-ciuman basahnya ke leher mulus itu hingga turun kearah dada milik Luhan. Pemuda itu sudah cukup hafal dimana letak-letak titik sensitive pemuda cantik itu dan itu cukup membantunya utnuk membuat Luhan tidak berdaya dengan serangannya. Sehun lepas satu per satu pakaian yang Luhan kenakan dan kemudian Sehun mengikat tangan Luhan yang tadi terentang ketika Sehun melepaskan T-Shirt milik pemuda mungil itu dan mengikatnya diatas headboard ranjang itu.
Sungguh itu semakin membuat Luhan merasa takut. Tubuhnya bergetar ketika jemari Sehun turun dari hidungnya dengan seduktif menuju ke bibir dan kemudian berhenti di lehernya.
"Sstt.. percaya padaku. Semua akan baik-baik saja." Suara Sehun yang terdengar begitu dominan cukup untuk membuat Luhan tenang. Tapi tidak cukup mampu untuk membuat Luhan menghilangkan ketakutannya.
Luhan tersentak kaget ketika ia merasakan jemari tangan Sehun menyentuh pahanya dan melebarkannya. Menurunkan sedikit celana dalamnya dan Luhan bisa merasakan Sehun mengecup ujung penis miliknya. Luhan juga bisa merasakan jemari kokoh Sehun menyentuh liang masuknya dengan sesuatu yang terasa dingin dan keras. Itu bukan penis milik Sehun. Luhan yakin sekali. Benda itu terasa dingin dan licin, Luhan bisa merasakannya ketika Sehun mengusapkannya di liang milik Luhan. Luhan berpikir, mungkin sebelumnya Sehun sudah memberikan pelumas pada benda itu.
"Ah.. S-Sehun.. nggh.." Luhan mengerang ketika ia merasakan benda itu mulai mencoba masuk dalam akses miliknya. Sehun menekannya dengan pelan hingga ke pangkal. Luhan kembali mengerang. Ia membatin kesal dengan penetrasi yang Sehun lakukan tadi cukup untuk membuat penis miliknya menegang.
Dan melihat itu Sehun tersenyum nakal. Apapun yang ada pada Luhan dan apa yang si mungil itu lakukan ketika ia berada diatas ranjang selalu membuat Sehun memiliki sejuta rencana bahkan rencana yang tidak terhingga untuk pemikiran nakal yang bisa ia gunakan untuk membuat si mungil itu menggelinjang diatas ranjang.
"S-Sehun.. apa itu..?" Luhan kembali membuka suaranya ketika ia merasakan sebuah benda dingin bulat berbentuk seperti cincin mulai menyentuh ujung penisnya dan kemudian tangan Sehun yang memasangkan benda itu di kejantanannya yang Luhan yakin itu adalah chock ring yang biasa Sehun gunakan untuk Luhan menahan klimaknya.
Luhan sudah begitu tersiksa dengan penetrasi yang Sehun lakukan tadi. Dan cincin itu akan menambah siksaannya.
"A-ahh.. Sehun!" Luhan menjerit ketika ia merasakan benda yang tadi masuk kedalam liangnya bergetar. Ia terus menerus memanggil nama Sehun, tubuhnya bergerak dengn tidak nyaman, kepalanya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri dengan ribut. Luhan tidak bisa menahan sensasi ini. Ini terlalu kuat untuknya.
Luhan hampir saja menjerit dan berontak ketika Sehun kemudian membuat suaranya teredam dengan sebuah kain yang membekap mulutnya. Luhan hanya bisa menggerakkan tubuhnya tanpa bisa protes apapun. Toh, kalaupun Luhan akan mengajukan sebuah protes hanya aka nada sebuah erangan yang terdengar.
Sehun menyeringai saat melihat hasil kerjanya itu. Ia bersiul sesaat lalu berjalan keluar kamar menuju kedua temannya yang menantinya di ruang tamu.
"Oke, Tuan-Tuan.." ujar Sehun santai dan menjatuhkan dirinya di kursi, "Mari kita mulai permainannya.."
Dan itu adalah awal dari semuanya.
Permainan poker itu sudah hampir sampai pada babak akhir. Selama permainan belangsung, mereka bertiga dapat mendengar suara erangan dan rintihan dari makhluk mungil yang berada di kamarnya itu. Itu membuat permaian ketiganya semakin sengit dan 'menegangkan'. Bisa dilihat, mata ketiga orang itu semakin menghitam dan penuh dengan nafsu. Menahan birahi mereka yang terus digoda oleh erangan-erangan yang terdengar dari sosok mungil didalam sana. Nafas ketiganya terdengar menderu dan berat. Keringat yang membasahi pelipis ketiganya sedikit mengalir turun menuju pipi. Tapi hebat bukan mereka masih bisa menahan nafsunya dan tetap (mencoba) untuk bermain poker.
"Fuck!" umpat Kai. Pemuda berkulit tan kemudian mengerang frustasi.
Sehun tertawa, "Ah, sudahlah Tuan-tuan… Kalian juga tidak bisa menunggu lebih lama 'kan?" ledek Sehun.
Akhirnya kedua orang itu menghela nafas bersamaan. Kai dan Kris mengusap wajah mereka dengan kesal dan kemudian membuka kartu milik mereka.
"Two-pair.." Kata Kai sambil melemparkan kartu ditangannya.
"Straight.." sahut Kris.
Sehun tersenyum lagi. Penuh kemenangan.
"Sepertinya aku menang." Ujarnya. "Flush.."
Kris dan Kai menggelengkan kepalanya penuh penyesalan. Tapi bagaimanapun permainan tetaplah permainan. Kalah dan menang. Dan pemenang memang harus mendapatkan hadiahnya 'kan?
"Yayaya… Kau benar, bangsat." Ujar Kris dengan nada kesal yang ketara, "Kau memang handal bermain poker."
"Kau pasti tahu aku handal dalam permainan semacam ini, Kris." Jawab Sehun seraya menepuk bahu Kris.
"Hhh.." Kai mendengus, "Sebenarnya kau tidak perlu memenangkan permainan ini pun kau tetap bisa menikmati dia lain kali, bukan? Atau bahkan setiap yang kau ingin untuk menikmatinya?" sindirnya.
"Ah.. Kau benar!" Ujarnya riang. Sehun berdiri dari duduknya dan kemudian berjalan kearah tempat tidur itu. Mata tajamnya tidak berpaling sedikitpun dari sosok yang kini tengah mengeliat diatas tempar tidur itu.
"Tapi… Rasanya akan lebih menyenangkan kalau kita memenangkan saatu hadiah, bukan?"
Sehun menjatuhkan dirinya disamping Luhan dan kemudian ikut merebahkan tubuhnya disana. Tangan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuhnya sekaligus untuk membelai helaian rambut Luhan yang mulai basah karena keringat. Lalu secara perlahan, Sehun sedikit menarik kain hitam yang membungkam bibir si mugil itu dan menurunkannya hingga terlepas ke lehernya. Ada bekas merah di ujung bibir mungil Luhan akibat tekanan dari kain itu ditambah saliva yang membekas disana karena Luhan terus menggigitnya untuk menahan sensasi yang ia rasakan. Setelah menelan salivanya beberapa saat dan menstabilkan nafasnya, Luhan kembali terengah.
"S-Se-hun.. Uhh.." rengeknya.
Sehun kembali membungkam bibir pink merah alami itu, namun kali ini menggunakan mulutnya sendiri. Ciuman itu begitu bernafsu. Sehun menyesap bibir Luhan, menjilatnya dan meneroboskan lidahnya untuk mengeksplor rongga dalam mulut Luhan. Sehun melakukannya dengan ganas. Ia tidak memberikan ruang sedikitpun untuk Luhan dan terus menyerang Luhan dengan ciuman yang begitu memabukkan. Membuat Luhan begitu terlena dan begitu pasrah dalam dekapan jerat Oh Sehun.
Setelah merasa cukup puas, akhirnya ia melepaskan ciumannya itu. Si mungil yang kembali bisa menghirup oksigen dengan bebas menghirupnya dengan rakus. Nafasnya tersenggal-senggal dan itu membuatnya tersedak dan terbatuk.
Sehun yang melihatnya kemudian mengelus dahi Luhan dan meniupnya seperti seorang anak kecil. Sehun mencoba untuk menenangkan Luhan. Sehun tahu Luhan pasti begitu tersiksa dengan hukumannya kali ini.
"Ah, baiklah.." Kris kembali bersuara, "Sepertinya keberadaan kita sudah tidak di butuhkan lagi disini Kai." Kris beranjak dari sana dan kemudian diikuti oleh Kai yang mengekor dibelakangnya.
"Hei, tunggu…" panggil Sehun tiba-tiba. "Apa kalian yakin tidak mau mencicipi yang satu ini?"
Kris dan Kai menghentikan langkah mereka. Satu alis mereka terangkat saat menatap Sehun. Sementara itu Luhan sangat terkejut saat mendengar kata-kata Sehun itu.
"S—Sehun…! Apa yang—Mpph!" sebelum Luhan dapat memprotes, tangan Sehun membungkam mulutnya terlebih dahulu.
"Sshh~ Kalian tidak mungkin juga pulang dalam keadaan…tegang, 'kan?"
"Yaaah… Tapi, apa kau sendiri yakin mau berbagi hadiah-mu itu?" tanya Kris heran.
"Ayolah~ Kalau bersama-sama akan lebih menyenangkan, bukan? Lagipula.. rusa liar ini harus dihukum untuk kesalahannya kemarin."
Kesalahan apa?
Kris dan Kai saling berpandangan sejenak. Namun pandangan kedua orang itu terlihat cukup nakal. Seakan-akan sudah saling berkomunikasi lewat pandangan itu, mereka pun tersenyum dan turut mendekati Sehun dan Luhan diatas tempat tidur itu. Kris mengambil tempat disisi Luhan yang berseberangan dengan Sehun, sementara Kai merangkak dari bawah kaki Luhan dan membelai paha Luhan.
"Ah, tapi aku tetap menjadi yang pertama melakukan penetrasi." Kata Sehun dengan sangat gamblang.
"Ya,yaa.. Terserah apa maumu, Tampan." Canda Kris yang saat itu sudah memainkan putting Luhan dengan tangannya.
Sehun lepas tangannya yang membungkam mulut Luhan. Ia sendiri mulai menciumi wajah Luhan. Dari dahinya, matanya – meski terhalang penutup mata – lalu menjalar ke pipi, hingga memberikan ciuman singkat di bibir Luhan. Kedua temannya yang lain juga tidak menghentikan serangan mereka. Kris terus menempatkan ciuman-ciuman basah didada Luhan. Tangannya juga bergerak dengan aktif memainkan kedua putting Luhan. Sesekali, Kris menjilat satu persatu putting Luhan, menyesapnya, hingga memilinnnya. Membuat Luhan semakin mengeluarkan suara-suara yang cukup menggairahkan. Sementara itu, dibawah sana, Kai juga menciumi bagian lutut hingga ke selangkangan Luhan. Tak lama, Kai menemukan vibrator itu masih ada dibawah sana. Dengan senyum picik, ia sedikit menekan pangkal vibrator itu hingga semakin melesak masuk.
"Aaakkhh!" Luhan sedikit berteriak. Tubuhnya mengejang karena tidak siap akan penetrasi tersebut.
Kai mulai menarik dan memasukkan vibrator itu terus menerus ke tubuh Luhan. Luhan menggeliat dan terus mengerang. Sensasi yang dirasakannya begitu intens. Disatu sisi, Kris tetap memainkan area tubuhnya dan disisi lain, Sehun menempatkan kecupan-kecupan diwajah dan lehernya. Nafas Luhan sangat tidak beraturan. Mulutnya terus menganga untuk menarik lebih banyak udara masuk ke pernafasannya. Keringat terus mengalir dan membasahi tubuhnya.
"Aaah….. Le-Lepas…aah…. Cincin-nya…..aakkh! Kumohon! Sehun.." pinta Luhan disela-sela nafasnya yang tak beraturan.
"Hhm? Kau ingin keluar sekarang, Lulu?" goda Sehun.
"I—Iya!" Luhan mulai terisak. "Lepas…. Aku mohon!"
"Well…"
Sehun kemudian melepaskan simpul dari kain hitam yang sebelumnya membungkam mulut Luhan hingga terlepas dari lehernya. Kemudian Sehun melipatnya sembarangan dan membentuk suatu gumpalan kain.
"Gigit." Perintahnya pada Luhan. Luhan menurutinya dan menggigit gumpalan kain itu dimulutnya.
Sehun mengisyaratkan Kris untuk menghentikan permainannya sejenak. Lalu ia juga memberi suatu isyarat pada Kai untuk mengabulkan permintaan Luhan. Kai tersenyum. Tanpa diminta lagi, ia mempercepat hentakannya pada vibrator itu. Luhan semakin bergerak tidak terkendali. Saat Kai sudah yakin Luhan benar-benar berada pada puncaknya, dengan cepat Kai melepaskan cincin di kejantanan Luhan. Seketika itu juga Luhan menjerit tertahan dan cairan hangat menyebur menodai perut, dada, hingga dagunya. Tubuh Luhan menegang saat ia mengeluarkan semua cairan itu. Tak lama, setelah fase puncaknya mulai menurun, Luhan pun melemas. Dadanya naik turun mengikuti desahan nafasnya.
Tak beberapa lama, Sehun melepaskan penutup mata Luhan. Penutup mata itu terasa lembap oleh airmata Luhan. Untuk beberapa saat, Luhan yang masih mengatur nafasnya tetap memejamkan matanya. Lalu perlahan-lahan ia membuka matanya. Mata Luhan nampak sangat sayu, ia benar-benar lemas. Tatapan Luhan yang sayu itu justru merupakan godaan sendiri untuk Sehun. Sehun selalu menyukai ekspresi Luhan yang seperti ini. Sehun pegang dagu Luhan dan menolehkan wajah itu hingga mata mereka saling bertatapan. Jarak mereka begitu dekat. Sehun dapat merasakan nafas Luhan yang hangat didepan bibirnya.
"Sebenarnya, Luhan… Keputusanmu untuk keluar saat ini sangat salah." Kata Sehun sambil menyeringai. "Kau pasti sadar 'kan kalau kita tidak akan berhenti sampai semuanya puas."
Luhan tidak bisa berkomentar banyak pada apa yang dikatakan Sehun. Ia baru menyadari semua itu. Sekarang, mau tidak mau, meskipun tubuhnya sudah lemas, ia harus meladeni ketiga temannya itu.
Sehun mulai bergerak lagi. Ia melepaskan ikatan pada tangan Luhan yang tersambung pada jeruji headboard tempat tidur. Namun ia tetap tidak melepaskan ikatan yang menyatukan tangan Luhan. Setelah melakukan itu, Sehun berdiri dan membuka seluruh bajunya hingga tidak mengenakan apapun. Hal yang sama juga dilakukan oleh Kris dan Kai. Tetapi ternyata mereka sudah lebih dulu melakukannya sebelum Sehun. Sekarang masing-masing tubuh mereka sudah terpampang tanpa ada yang menghalangi sehelai benang pun.
Kemudian Sehun merubah posisi Luhan hingga Luhan berbaring menyamping dengan punggungnya menempel pada dada Sehun. Tangan kiri Sehun menyusup diantara tempat tidur dan memegangi pinggul Luhan, sementara tangan satunya membuka paha kiri Luhan untuk memudahkan akses masuk ke tubuh Luhan.
"Kau siap 'kan?" ujar Sehun. Seketika itu, Sehun menekankan kejantanannya masuk ke tubuh Luhan.
Gerakan perlahan namun pasti itu membuat Luhan kembali mengerang. Ketika Sehun sudah masuk sepenuhnya, ia membiarkan Luhan untuk beradaptasi lebih dahulu sebelum akhirnya mulai menggerakan pinggulnya, dengan kecepatan yang rendah diawalnya. Luhan kembali terengah-engah, berusaha untuk mengikuti irama hentakan dari Sehun. Matanya terpejam dan mulutnya menganga. Disaat itulah ia merasakan sesuatu yang keras diarahkan ke bibirnya.
"Hei, kau tidak lupa pada kami, 'kan?" kata Kris yang ternyata sedang mengarahkan kejantanannya pada mulut Luhan.
Meski tubuhnya terus menghentak akibat dorongan Sehun, Luhan menuruti kata permintaan Kris dan mulai mengulum kejantanan Kris. Luhan berusaha mengulum kejantanan Kris semampunya. Namun akibat dari hentakan Sehun yang juga semakin cepat dan dalam, kejantanan Kris juga semakin terdorong masuk hingga ke tenggorokannya. Kris terus menggeram dan menjambak rambut Luhan agar tetap mengulum kejantanannya dan itu membuat Luhan mengerang kesakitan. Beberapa kali Luhan sempat tersedak, tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Airmata serta keringat semakin gencar mengalir di tubuh dan wajahnya.
Kai pun tidak tinggal diam. Ia bersimpuh diatas tempat tidur, dekat dengan tubuh Luhan dan memompa kejantanannya. Dengan melihat adegan dihadapannya itu tentu saja membuatnya sangat tegang. Tak lama, ia pun juga memegang kejantanan Luhan dan meremasnya.
"Mmpph…! Ngghh…aahh…!" gumam Luhan dengan tidak jelas akibat kejantanan Kris yang masih menyerang mulutnya.
Semua itu terasa begitu lama bagi Luhan. Sensasi yang ia rasakan pada tubuhnya terlalu intens. Namun entah bagaimana, ia bisa kembali tegang setelah mencurahkan orgasme-nya yang sangat kuat sebelumnya. Luhan juga mulai merasakan hentakan yang diberikan oleh Sehun, Kris dan Kai semakin kuat. Ia bisa menebak bahwa sedikit lagi mereka pasti sampai pada puncaknya masing-masing.
Yah, benar saja. Sehun membenamkan kejantanannya begitu dalam dan mencurahkan seluruh cairannya dalam tubuh Luhan. Kris tidak melakukan hal yang sama. Ia menarik kejantanannya keluar dari mulut Luhan dan menyemburkannya ke wajah Luhan. Cairan itu pun menodai pipi hingga dagu Luhan. Sementara itu, Kai juga mencapai puncaknya dan membasahi perut Luhan. Demikian juga dengan Luhan yang kembali menyemburkan orgasme keduanya.
Luhan semakin lemas. Namun kali ini, tubuhnya sedikit gemetaran akibat terus dipaksa merasakan sensasi yang begitu intens. Saat Sehun mengeluarkan kejantanannya dari tubuh Luhan, Luhan merasa sangat lega setelah sebelumnya liangnya kembali disesakkan oleh Sehun.
Tapi permainan belum selesai…
Sehun yang sudah mendapatkan giliran-nya itu kemudian terduduk lemas disamping tempat tidur. Ia melambaikan tangan pada kedua temannya yang mengisyaratkan untuk melanjutkan sendiri. Kris dan Kai tentu dengan senang hati akan melakukannya.
Kris melepaskan kain hitam yang melilit di pergelangan tangan Luhan. Ketika dilepaskan, dapat terlihat garis-garis berwarna merah muda tercetak di pergelangan tangan Luhan. Sementara itu Luhan sudah sangat lemas dan membiarkan kedua orang temannya itu melakukan apapun yang mereka inginkan. Kris sedikit menarik tubuh Luhan yang lemas itu dan membaringkannya dengan posisi menelungkup.
"Minggir, Kai! Sekarang giliranku." Ujar Kris dengan nada yang berat.
Luhan merengek, tubuhnya sudah benar-benar lelah.. dan permainan ini belum berakhir sama sekali.
.
TBC
.
Afsldlfslfvcklulmlmldnlndsnfnfdnflsdnfld. Luhan disini tergambar jelas di otakku. Gimana dia pasrahnya. Gimana dia… AAAARRRGGHH.. Lulu maafkan akuuu… abisnya kamu gitu.. suka nempel sana sini sama gege-gege tamvan di China sanaaa.. mainan usek-usekan hidung sama cowok ga dikenal. Siapa yang ngajarin kamu jadi bin al gitu? dasar turunan Aphrodite.. dasar titisan Cleopatra. Lupatraa.. Luharem.. daansafvcksgda
Review, ne?
NB : NC HunHan belom selesai sampai di sini. Chapter depan masih ada lagi. :3
13 November 2015
DeathSugar
