'CAUSE THE STARS BURN TO SHINE
Sasuke dan kawan-kawan milik Masashi Kishimoto
Story milik saya tapi terinspirasi dari kehidupannya Taka One Ok Rock dan adik-adiknya
(Terinspirasi bukan berarti kenyataan. Aku, mah, ga tahu kenyataannya)
Three Shots
Peringatan : Typo. OOC. Crack Family. Setting Gaje
Main cast : Itachi Uchiha as Anak Pertama
Shissui Uchiha as Anak Kedua
Sasuke Uchiha as Anak Terakhir
Chapter 1 : THE BEGINNING
Orang tua kami adalah bintang.
Shisui, 13 tahun
Suaranya bagaikan nyanyian surga. Wajahnya rupawan seperti malaikat. Dia figur sempurna seorang bintang. Itu yang mereka katakan tentang kakakku, Itachi. Aku sendiri tak tahu apa itu benar atau salah. Yang kutahu, namanya sering disebut tiap kali ayah dan ibu bertengkar.
Itachi, 14 tahun
Lagi-lagi seperti ini. Sejak dulu pembicaraan mereka tentang aku selalu sama. Tentang pendidikan dan karirku. Pendidikan dan karir. Aku diharuskan menjalani keduanya agar menjadi sosok bintang sempurna. Bintang yang sinarnya menutupi bintang-bintang lain di langit malam.
Tapi aku tidak bisa, aku sama seperti bintang lainnya. Mempunyai cahayaku sendiri dan tak bisa menelan bintang-bintang lain. Aku bukan bintang yang mereka harapkan.
Bahkan yang terburuk, bagaimana jika aku bukan seorang bintang.
Sasuke, 8 tahun
Hari ini aku mulai sekolah musik di Konoha Entertaiment bersama kakak pertamaku. Ayah bilang kakakku itu sangat berbakat, suaranya merdu, dan cocok untuk jadi penyanyi. Aku juga dibilang seperti itu, makanya aku disuruh sekolah yang sama dengan kakakku.
Sebelum berangkat ke sekolah musik, aku harus menjemput kakakku di SMPnya. Aku menunggu lama sekali di dalam mobil hingga akhirnya ayah datang dengan wajah ditekuk. Pintu mobil bahkan dibantingnya.
"Kakak mana, yah?"
Ayah mengusap rambutku dan bilang, "Dia gugup makanya pergi ke game center sebentar."
Itachi, 14 tahun
Ayahku benar-benar mempermalukanku. Entah bagaimana caranya dia tahu aku berada di game center. Tiba-tiba dia menamparku dan tanpa sempat aku berpamitan dengan teman-temanku, ia menyeretku ke dalam mobil.
"Kau tahu kau harus di Konoha jam berapa?"
Aku melihat wajah Ayah melalui kaca spion. Kerutannya seakan bertambah dan sorot matanya begitu penuh amarah.
"Jam lima sore," jawabku kesal.
"Kakak gugup?" tanya seseorang yang duduk disebelah ayahku. Melalui celah jok mobil, wajah kecilnya berusaha mencari sosokku. Ia memperlihatkan senyumnya padaku.
Aku cuma sanggup mengangguk kecil. Sebagai kakak, aku tidak ingin dia ikut merasakan penderitaanku. Cukup aku.
"Ini jam berapa, Itachi?" Lagi-lagi ayah bertanya dengan nada penuh tekanan.
"Jam lima kurang lima belas."
"Apa kau tidak bisa mengatur waktumu? Apa ibumu tidak mengajarimu hal itu?"
Bukankah ini salahku karena aku bersenang-senang dengan teman-temanku. Kenapa kau selalu menyalahkan ibu, ayah. Aku berbuat ini agar kau tahu langkah yang kau terapkan padaku itu salah.
Tapi...
Kau tetap ayahku.
"Aku minta maaf. Tidak akan kuulangi lagi."
Shisui, 13 tahun
"Tumben, kau boleh main."
"Aku sudah ijin ibuku, kok."
"Biasanya ibumu melarangmu ini itu. Apalagi main ke tempat jauh seperti ini."
"Orang tuaku sibuk dengan kakakku. Apalagi kakakku sekarang masuk Konoha Entertainment."
"WOW! Calon artis. Keren! Temenku ternyata adiknya artis. Wah, gawat, nih, jangan-jangan ada paparazi ngikutin kita."
"Enggaklah. Semua paparazi perhatiannya bakal tertuju ke Itachi. Dengan begitu, aku bebas."
"Kok bisa? Padahal aku pengen sekali-kali nongol di majalah karena jadi temen anaknya artis."
"Itachi yang notabene anaknya artis dan jadi artis pasti jadi berita hangat dan semua atensi pasti tertuju ke Itachi. Nah, dengan begitu ga ada media massa yang mau nyari berita tentang aku. Ga ada paparazi yang ngikutin aku. Kalau gini, kan, aku jadi bisa sering-sering main ke rumahmu. Hehehe."
"Jadi artis emang ribet."
Mungkin aku jahat pada Itachi, tapi aku senang Itachi jadi artis. Biarkan semua kamera terfokus pada Itachi dan aku bisa jalan-jalan dan main kemanapun aku suka. Pernah saat SD, aku tidak pulang bersama Itachi, yang terjadi kemudian caci maki di rumah. Itachi saat itu pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan PR tugas kelompok. Aku pun pulang sendirian. Ada paparazi yang memotretku dan kemudian muncul berita bahwa ayah ibuku tidak becus mengurus anak. Mereka bertengkar hebat. Saat itulah aku menyadari bahwa aku adalah anak dari dua orang bintang dan kehidupanku tidak lepas dari lensa-lensa kamera yang membidik potongan hidup kami secara tidak lengkap untuk jadi barang jualan mereka.
Aku ingin mengubah dunia hiburan yang memuakkan itu.
Itachi, 16 tahun
Hari ini ayah memelukku karena, aku memberitahunya bahwa aku disodori kontrak untuk debut bersama boyband "ANBU". Aku akan menjadi anggota boyband "ANBU" yang menyanyi diatas panggung dan disorot lampu-lampu panggung. Aku akan memulai langkah pertamaku sebagai bintang. Semoga hal ini membahagiakanmu, Ayah.
Meski, ini tak mungkin membahagiakan ibu. Demi sampai ke tahap itu aku berlatih terus-menerus hingga mengabaikan sekolahku. Aku menganggap sekolahku sebagai hiburan. Sebagai pelepas penat ketika aku lelah berlatih. Aku sering membolos, bikin keributan, menantang guru, semua hal yang tak bisa kulakukan di rumah maupun di Konoha Ent. aku lakukan di sekolah.
Semua teguran-teguran itu selalu sampai ke telinga ibuku. Kadang melalui telepon, kadang melalui surat yang sudah kusembunyikan. Ibuku menyalahkan ayahku tentang hal ini, ayahku kemudian mengatakan ibuku tidak peduli masa depanku. Begitu seterusnya.
Dan perdebatan ini tidak pernah ada pemenangnya karena aku gagal dalam tes masuk SMA tapi aku siap debut di 'ANBU'.
Shisui, 15 tahun
Akhir-akhir ini pertengkaran ayah dan ibu semakin sering. Tiap malam menjadi neraka bagi kami berdua. Hanya karena kami berdua karena ayah dan ibu selalu berpura-pura mereka baik-baik saja di depan Sasuke. Namun, karena pertengkaran mereka semakin hebat, aku pun ikut menutupi keadaan sebenarnya keluarga ini.
Tiap malam aku selalu ke kamar Sasuke dan menyodorinya dengan iPodku. Sejujurnya biasanya aku menggunakannya agar tak mendengar pertengkaran ayah dan ibu. Makanya lagu-lagu di iPodku cukup keras, untungnya Sasuke menyukainya. Ia bisa tidur dengan tenang sambil mendengarkan lagu-lagu itu. Aku tak perlu khawatir Sasuke akan terbangun karena pertukaran caci maki antara ayah ibu.
Ketika keluar dari kamar Sasuke, aku bertemu dengan Itachi. Rasanya canggung karena kesibukannya, ia justru tak mengenal adik-adiknya sendiri. Meski Itachi sama-sama belajar di Konoha Ent. sepertinya ia tak mengenal Sasuke sendiri. Tadinya, aku mau mengabaikannya, hanya saja ia mengajakku bicara lebih dulu.
"Apa Sasuke bangun?"
Aku tersenyum dan menunjukkan jempolku padanya. Ia mengangkat sebelah alisnya.
"Aman," kataku.
Dan berakhirlah, aku di kamar Itachi. Meski menutup pintu kamar rapat-rapat dan menutup kepala kami berdua dengan bantal, masih samar-samar kudengar teriakan orang tua kami.
"Jadi, tiap kali mereka bertengkar kau memasang headset pada Sasuke?"
"Ya, aku selalu begitu biar bisa tidur. Musik menyelamatkanku."
"Tapi musik tidak bisa menyelamatkanku. Musik tidak bisa membuatku menghilang dari dunia ini. Musik tidak bisa membuatku melakukan apa yang kuinginkan. Musik membuatku gagal masuk SMA, Shisui."
"Jika tidak bisa menyelamatkanmu, paling tidak bisa musik bisa memahamimu."
Sasuke, 10 tahun
Aku sering terbangun dengan headset dan iPod milik kak Shisui. Lagu-lagunya asyik. Tidak seperti yang sering aku pelajari di Konoha Ent yang beatnya teratur. Lagu-lagu di iPod kak Shisui, terdengar acak-acakan tapi enak di telinga. Drumnya keras dan suara gitarnya bermacam-macam. Aku ingin tahu lagu apa itu.
Waktu mengembalikan iPod, aku bertanya pada kak Shisui,
"Kak, lagu di iPod kakak itu lagu apa?"
"Kau suka? Itu lagu rock. Aku punya CD beberapa musik rock, kalau mau dengar datang ke kamarku saja. Kau suka lagu yang bagaimana?"
"Yang ini, kak."
Aku menunjukkan sebuah lagu. Dan itu kali pertama aku mulai mengenal musik rock.
Semua orang tahu kecuali aku,
Itachi, 17 tahun
Semua diawali tamparan keras dari ayahku. Di depan kedua adikku. Sasuke dan Shisui. Karena aku mereka kena imbasnya. Paling tidak mereka juga harus kena imbasnya. Bukan hanya aku saja yang jadi sasaran ayah.
"Kalian berdua jangan egois seperti kakak kalian. Dia sudah punya kesempatan jadi bintang malah melakukan hal memalukan demi kesenangannya. Terutama kau, Sasuke."
Mereka berdua cuma bisa mengangguk dalam-dalam. Aku disini hanya bisa menyembunyikan rasa iriku pada mereka. Shisui selalu ditamengi oleh ibu. Ibu ingin anaknya mempunyai kehidupan normal. Namun, aku luput dari pengawasannya. Aku sudah diprospek ayahku untuk jadi seorang bintang. Apalagi seluruh kawan-kawan ayah dan ibu di dunia hiburan mengatakan bahwa aku cocok jadi seorang bintang. Karena aku sudah dibawah pengawasan ayahku, ibuku mati-matian membuat Shisui menjalani kehidupan normal. Sekolah dan main seperti biasa, bahkan belajar musik pun melalui les piano biasa bukan agensi dunia hiburan seperti Konoha Ent.
Sedangkan Sasuke adalah perebutan kekuasaan mereka. Ibu ingin Sasuke seperti Shisui sedangkan ayah ingin Sasuke seperti aku. Sayangnya, aku tidak bisa menjadi figur sukses seorang bintang bagi Sasuke seperti yang diharapkan ayah. Padahal Sasuke sudah dimasukkan Konoha Ent. Beruntung Sasuke yang masih anak-anak tidak tahu busuknya dunia hiburan seperti apa. Ia malah menikmati kegiatan di Konoha Ent. Dasar bodoh.
"Itachi, kau mendengarkanku tidak?"
Aku mendongak dan dengan santai berkata, "Tidak."
Kali ini tamparan yang kudapat lebih keras daripada yang tadi. Apalagi Shisui dan Sasuke sudah disuruh kembali ke kamar mereka. Sial.
"Kau tahu apa yang terjadi sebab kelakuanmu ini." Ayah menunjukkan fotoku berdua dengan seorang gadis di sebuah majalah.
"Tapi, aku tidak pacaran, yah."
"Tapi agensi tidak terima itu."
Aku mendengus kesal. "Lalu kenapa?"
"Agensi memutuskan kontrak denganmu."
"Baguslah."
"Aku selalu menutupi pemberitaan buruk tentangmu. Bagaimana kelakuanmu disekolah. Bagaimana masalah-masalah yang kau buat. Tapi aku tak tahu tentang ini. Aku tak bisa menutupinya, Itachi. Kenapa kau tidak bisa membuat dirimu lebih baik, Itachi? Kenapa kau selalu menunjukkan sisi burukmu? Kenapa kau tidak bisa membuat dirimu dikenal dengan prestasimu?"
Suara ayah bergetar. Jelas ia bersedih karena aku menjadi anak yang gagal. Aku sendiri mempertanyakan semua hal itu pada diriku sendiri. Bahkan aku juga tak tahu jawabannya. Aku pun diam menutup mata agar air mataku tidak menetes. Namun yang kudengar sebelum ayah melangkahkan kaki dari ruang tengah kami adalah,
"Kau mengecewakanku."
Hanya dua kata. Namun, sakitnya lebih dari semua tamparan dan pukulan yang pernah ayah berikan padaku.
Shisui, 16 tahun
Aku mendengar berita itu justru dari teman dekatku. Ia menunjukkan majalah padaku dan bertanya mengenai 'pacar Itachi' yang ada di majalah tersebut. Aku terbengong-bengong di hadapan temanku itu. Pacar? Kurasa ini seperti kejadian pulang sekolah dulu. Semua hanya dilihat melalui lensa kamera.
"Oh, biasalah majalah kurang gosip," komentarku santai.
Tapi sesuatu yang tak santai menunggu di rumah. Saat tiba di rumah Itachi disidang oleh ayah. Ketika aku datang, aku dan Sasuke diwajibkan ikut persidangan kakakku. Aku menerima ceramah panjang dan membosankan mengenai berkelakuan baik dan benar. Aku sudah biasa menghadapi hal ini, tapi tidak dengan Sasuke.
Selesai ceramah, Sasuke bertanya padaku mengenai 'apa yang sebenernya terjadi'. Cukup sulit menjelaskan kepada Sasuke yang sebenarnya menikmati dunia hiburan padahal ia tidak tahu apa yang dibaliknya.
"Kau tahu, kan, kak Itachi itu anggota ANBU?"
Sasuke mengangguk.
"Biar bisa tetap jadi ANBU itu harus ada aturan yang diikuti. Tapi kak Itachi melanggarnya. Kak Itachi tidak bisa jadi ANBU."
"Berarti dia tidak bisa di Konoha lagi. Padahal aku masih ingin disana bersama kak Itachi."
"Mungkin kamu masih bisa belajar disana tanpa kak Itachi."
"Tapi aku ingin bersama kak Itachi."
Selama ini aku selalu berusaha memahami keegoisan Itachi. Ia selalu membuat masalah untuk lari dari tekanan ayah. Aku bisa mengerti itu. Tapi, aku tak bisa memahaminya sekarang. Dia bersikap seenaknya sendiri tanpa tahu dia bisa melukai adiknya, adiknya yang tak mengerti apa-apa tentang semua tekanannya.
Sasuke, 11 tahun
Setelah sore tadi, kak Itachi dimarahi oleh ayah. Malam ini aku melihatnya pergi. Aku tidak sengaja terbangun karena ingin ke kamar mandi. Kembali dari kamar mandi, aku melihatnya mengendap-endap turun dari tangga. Ia memakai pakaian tertutup dan tas besar.
"Kakak mau kemana malam-malam begini?"
Kak Itachi terlihat terkejut. Ia menoleh kepadaku dan menunjukkan telunjuk di depan bibirnya.
"Kakak mau pergi kemana?"
"Bukan urusanmu."
Seketika aku ingat kata-kata kak Shisui. Itachi tak bisa lagi di Konoha Ent karena melanggar suatu peraturan. Tapi apa tidak bisa diperbaiki. Pasti bisa. Aku, kan, ada disana juga. Konoha Ent pasti memaafkan kakakku. Kakakku pasti bisa jika berusaha. Kakak harus tetap tinggal.
"Aku masih ingin belajar di Konoha Ent, kak. Aku masih ingin menyanyi dan menari bersama kakak."
Kakak terdiam cukup lama. Kuharap dia mau mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Jangan bilang siapa-siapa. Aku Cuma pergi ke rumah teman sebentar."
Tanpa menoleh ke belakang. Ia meninggalkanku. Kurasa...
Ia membenciku.
Shisui, 16 tahun
Aku mendapat telepon dari ibu agar aku lebih baik tidak pulang ke rumah. Kata ibu semua barang-barangku sudah dibawa ke rumah nenek. Aku disuruh untuk ke rumah nenek sendiri naik kereta atau menginap di rumah temanku untuk saat ini.
Aku memilih opsi kedua. Dan benar saja, pemberitaan mengenai perceraian ayah ibuku sudah menghiasi layar kaca.
"Kau baik-baik saja, Shissui?" tanya temanku yang TV nya ku invasi demi mengikuti berita orang tuaku.
"Aku mengkhawatirkan Sasuke," jawabku.
"Sebenarnya sejak kapan proses perceraiannya?"
"Sebulan sebelum kakakku kena skandal foto itu."
"Oh. Lalu adikmu tahu mengenai hal itu?"
"Sssttt. Akhirnya ada berita mengenai Sasuke."
Aku menyimak berita mengenai Sasuke. Disana diperlihatkan Sasuke digendong ibu dari rumah ayah hingga masuk ke mobil. Pantas saja ibu menyuruhku tidak pulang karena rumah ayah diserbu oleh wartawan. Sekarang aku bisa bernafas lega karena keadaan Sasuke aman.
"Sepertinya adikmu baik-baik saja."
Aku tersenyum getir. "Tentu saja tidak. Ia hanya tahu ibu ada pekerjaan di luar kota sehingga tidak pulang ke rumah sementara waktu. Padahal waktu itu ibu sudah pisah rumah dan mengurus perceraiannya. Dia pasti shock dengan keadaan ini."
Sasuke, 11 tahun
Semua orang tahu kecuali aku.
Hari ini tidak diperbolehkan keluar rumah. Ayah pergi dan rumah dititipkan ke penjaga. Aku tidak mengerti apa yang terjadi sampai akhirnya aku tahu semuanya dari layar kaca. Mereka tak sekedar membahas ayah ibuku yang berpisah. Mereka juga membahas kakakku dan semua masalah yang dibuat kakakku. Mereka juga mengaitkan semua kekacauan yang dibuat kakakku dengan rumah tangga ayah dan ibu yang tidak harmonis.
Yang aku tahu, rumah tangga ayah dan ibu harmonis. Mereka selalu baik-baik saja dihadapanku. Kak Itachi juga baik. Kak Shissui baik padaku. Mereka akur. Mereka tak pernah membenci satu sama lain. Mereka semua menyayangiku. Aku yang tinggal dengan mereka semua tentu lebih tahu mengenai apa yang terjadi. Apa yang di TV itu bohong.
Semua orang tahu kecuali aku.
Tapi semua yang di layar kaca benar. Siang hari, ibu menjemputku dan membawaku pergi dari rumah ayah. Ibu hanya menjelaskan bahwa ia tidak bisa tinggal bersama ayah lagi karena itu, ia harus mengurus aku di tempat lain. Ibu hanya bilang akan tinggal di rumah nenek.
Bagian mengerikan adalah ketika aku keluar rumah. Semua kamera menyorot ke arahku dengan sinar blitz yang menyilaukan dan bunyi shutter bersahut-sahutan. Para wartawan itu menghalangi jalan kami dengan sodoran mikrofon mereka. Mereka menanyakan hal-hal mengenai hubungan kedua orang tuaku dan kondisi kakakku seakan-akan mereka semua tahu tentang kehidupan keluargaku seluruhku.
Mungkin mereka semua memang tahu,
Hanya aku yang tidak tahu...
GIVE ME A REASON TO KEEP MY HEART BEATING
.to be continued.
Curhat Author :
Yo, aku ga produktif sekali sekarang T^T. Ga bisa fokus. Niatnya, sih, mau bikin sekuel fic 'ALASAN', tapi... tapi... tapi... sekarang Aku jadi fans girlnya Hiro My First Story (adiknya Taka). Tugas kuliah, sih, ga begitu menyita waktu buat nulis. Yang paling menyita waktu itu, ya, ngabisin waktu buat browsing tentang Hiro, nonton videonya Hiro, everything about Hiro. Bahkan tugas kuliah ga keurus gegara Hiro (WTH am I doing?). Tolongin aku dari virus fangirl ini! Jadi fangirl itu guilty pleasure banget, hehehe...
Karena maksain bikin fic disaat ga bisa fokus jadinya tetep berhubungan sama Hiro. Ini juga pertama kali bikin fic ga ada romance-romancenya sama sekali. Formatnya suka-suka aku. Mbuhlah, pokokmen ngarsip. XD.
Yang mau tau tentang Hiro dan bandnya bisa nanya-nanya aku. Yang udah tau, tolong bagi-bagi info.
