Prolog

Kamu tak pernah tahu.

Sequel from Untitled.

Terima kasih untuk cinta yang kalian beri pada Untitled, mumumu

.

.

.

Sebuah BMW berwarna hitam terlihat menepi disebuah taman yang cukup ramai dengan berbagai macam jenis orang. Sang pemilik mobil kemudian turun lalu mendudukkan pantatnya pada sebuah bangku fasilitas berwarna putih. Dia mengedarkan pandangannya kesekeliling dan merasa iri.

Aku juga ingin tertawa seperti mereka.

Namja itu menghembuskan nafas lalu memejamkan mata.

Dia menghirup dalam udara disore hari yang menyegarkan. Angis musim semi bertiup pelan menggoyangkan rambut hitamnya.

Aku merindukanmu.

Entah pada siapa dia berucap.

Matanya tertutup rapat namun tak menutup buliran airmata keluar.

Ya dia menangis.

Setiap sore ketika pekerjaannya sudah selesai entah kenapa dia akan duduk ditaman ini sekitar 30 menit untuk mengenang seseorang. Dengan mata terpejam dia mengingat wajah orang itu yang sudah mulai buram, terkikis oleh waktu.

Kalau sudah seperti ini dia hanya bisa menangis merasa tak berdaya.

Melihat foto tak akan sama karena kertas itu tak bisa bergerak.

"Ahjussi."

Kedua kelopak matanya terbuka begitu mendengar suara kecil nan merdu didekatnya.

Mata itu...

Seorang gadis dengan rambut dikuncir dua menatap sang namja dengan kedua bola matanya yang bulat.

"Ahjussi, kenapa kau menangis?"

Namja itu tak mampu berkata. Kemampuan berbicaranya seakan hilang karena terpesona dengan sepasang bola mata yang begitu dia rindukan.

"Hyeona!"

Seorang anak laki-laki seumuran gadis itu mendekat. Namja itu makin tertegun. Dia seperti melihat dirinya saat kecil dalam sosok bocah laki-laki yang kini berdiri didepan gadis itu.

"Bukankah kata mommy bilang jangan berbicara dengan orang asing? Kau tak ingat?" ucap sang bocah laki-laki.

"Aku ingat Oppa, hanya saja ahjussi ini terlihat sedih. Dia menangis dalam tidur, Hyeona hanya ingin menghiburnya." jawab gadis yang ternyata bernama Hyeona itu dengan bibir mengerucut lucu.

Keduanya masih berdebat tentang siapa yang benar. Hyeona tak mau disalahkan sementara sang bocah laki-laki tak mau dikalahkan.

Entah kenapa namja yang kini menatap lekat pada mereka merasakan suatu getaran dalam hatinya. Senyumnya perlahan mengembang melihat bagaimana Hyeona merajuk pada Oppanya.

"Ya! Ahjussi jangan tertawakan kami." teriak Hyeona dengan berkacak pinggang.

Bukannya berhenti, namja itu malah semakin tertawa keras yang menyebabkan bukan hanya Hyeona yang kesal melainkan Oppanya juga ikut-ikutan berkacak pinggang.

Ohh betapa lamanya dia tak tertawa seperti ini.

"Hyeona, Hyeowon!"

"Mommy!"

Kedua bocah itu menghambur, memeluk seorang namja dengan rambut coklat yang menatapnya curiga.

"Mom, ahjussi ini nakal. Dia menertawakan aku dan Oppa padahal aku ingin menghiburnya tadi." adu Hyeona pada namja yang dia panggil Mommy.

Mommy hanya menghembuskan nafas, sudah tahu bagaimana jalan ceritanya "maafkan anak-anakku Tuan."

Namja itu segera berdiri lalu menggelengkan kepalanya, "mereka tidak melakukan apa-apa, justru mereka sedang menghiburku." aku sang namja yang ternyata lebih tinggi dari "mommy".

"Ohh begitu, baiklah sekali lagi aku minta maaf kalau mereka menggangu sore Anda Tuan..."

"Chanyeol, namaku Park Chanyeol."

"Aku Jongin, Oh Jongin."

Keduanya lalu berjabat tangan.

"Dan siapa malaikat kecil ini hmm" Chanyeol menundukkan tubuhnya agar bisa sejajar dengan tinggi badan kedua anak itu.

"Namaku Hyeona, salam kenal ahjussi."

Chanyeol mematung melihat senyuman itu. Kalau tadi hanya mata gadis ini yang begitu mirip dengan pujaan hatinya kini senyumnya juga mirip.

That heart shapped lips.

"Yaa! Jangan dekat-dekat dengan Hyeona karena aku Hyeowon tidak akan mengijinkan ahjussi dekat-dekat dengan adikku."

Lagi, Chanyeol hanya bisa diam mematung melihat bagaimana bentuk wajah Hyeowon yang begitu mirip dengannya.

Bahkan telinganya panjang seperti dirinya.

"Chanyeol ssi, kau baik-baik saja?" Jongin buka suara karena dia melihat wajah Chanyeol yang memucat.

Chanyeol mendongakkan kepalanya demi menatap Jongin, "mereka anak-anakmu?"

Chanyeol bisa melihat keterkejutan dalam wajah Jongin tapi menghilang sebelum namja itu menjawab, "iya mereka anak-anakku."

Tapi kenapa mereka begitu mirip denganku dan denganya?

.

.

.

Kabuuurrrr...

Segini aja dulu, namanya juga prolog euy,,

Kalau mau nambah silahkan tinggalkan jejak, mueehehehhhe

Comments are love for me^^