.
.
.
Suasana berisik —yang diciptakan oleh kendaraan tercipta diantara seorang Ibu dan anak yang sedang menunggu kedatangan seseorang yang sudah lama dilupakan oleh mereka —walaupun memang dia sangat penting.
"Oh, Ibu! Aku sudah tidak sabar lagi untuk bertemu Ayah dan rumah baru kita!" heboh sang anak berambut brunette dengan riang gembira —sambil mengangkat-angkat tas bawaannya.
Sang Ibu hanya tersenyum manis sambil menepuk kepala anak berumur enam belas tahun itu. "Ibu juga begitu, nak".
Mereka mengamati kendaraan yang berlalu lalang di hadapan mereka. Walaupun sebenarnya pikiran Ibu dan anak ini hanya memikirkan kepada orang yang sedang ditunggu.
Pemuda beriris semanis batu emerald itu bersenandung ria. Sampai-sampai tukang sapu jalanan pun mengangkat sebelah alisnya melihat kelakuan pemuda hyperactive di depannya ini.
—Aku percaya pada takdir. Walaupun mereka kejam terhadapku, tapi aku akan tetap percaya padanya. Namun, beda lagi ceritanya dikala takdir itu...
Menimpa orang lain yang melibatkan aku di dalamnya.—
My Peeve Brother
Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
My Peeve Brother © Karin-Chan Phantomhive
A RivailleXEren Fanfiction
Warning : AU, OOC, Shounen-ai, BL, Brother Complex (maybe?), Typo(s), Bahasa tidak baku, Full of Gajeness, Angst gagal, komedi garing abis, Romance abal, dll
A/N : Yeyy! Karin-chan kembali lagiiii! #gaadayangnanya. Kali ini Karin-chan pindah fandom dulu, ya #labil Ehehe, nyoba-nyoba gitu. Karin-chan juga pengen nyoba bikin yang multichapter. Dan yang sebelumnya udah baca All It's Cuz' Gateau Chocolate, buat ReviewOnly-chan dan kanamechan, arigatou gozaimasu! #terharu. Karin-chan baca review kalian seneng banget! Dan juga buat para silent readers, makasih ya udah mau baca fanfic gaje Karin-chan! #sujudsyukur
Sudahlah, jangan baca racauan author aneh ini. Lanjut!
.
.
Chapter 1 — Selamat Datang di Jeager's Mansion!
.
Eren Jaeger, 16 tahun. Pemuda manis yang dikaruniai surai berwarna cokelat susu dan mata seindah emerald —keturunan Carla. Ia sedang menunggu ayahnya menjemputnya bersama Ibunya di pinggir jalan dekat rumah bobrok merka.
*Flashback ON*
Tepatnya 10 tahun yang lalu, Ibunya, Carla Jeager, dan Ayahnya, Grisha Jeager, berpisah karena suatu masalah hebat. Grisha menuduh Carla sedang berjalan bersama pria lain di areal jogging suatu taman dekat rumah mereka.
Grisha murka dan megeluarkan berbagai macam kata-kata kasar dan sumpah serapah untuk Carla. Sedangkan Carla hanya tertunduk lesu didepan sang kepala keluarga. Eren tahu bahwa Ibunya tidak pernah pergi kemanapun minggu ini. Bersyukurlah ia karena Ibunya adalah salah satu orang yang sabar.
Setelah seharian membentak Carla, Grisha meminta untuk berpisah dengan Carla dan pergi ke kota lain yang tidak dapat terjangkau oleh mereka. Carla menangis sambil memohon agar Grisha membatalkan semua ini. Tapi keputusan sang dokter Jeager itu mutlak tidak dapat diganggu gugat.
Alhasil Carla pasrah dan meminta Grisha agar dia mengambil Eren untuk hidup bersamanya. Awalnya Grisha melarangnya. Tetapi karena Carla yang terus memohon, ia pun memperbolehkannya.
Ayah Eren pun membawa kakaknya yang saat itu sudah berumur 18 tahun. Sedangkan Eren masih berumur 6 tahun —perbedaan yang sangat jauh, bukan? Tapi nii-san* sangat baik terhadap Eren selama mereka hidup bersama.
Eren akhirnya ikutan menangis meratapi kepergian Ayah dan nii-sannya. Namun, sang nii-san yang sudah mengerti akan semua ini juga pasrah. Ia menatap Eren pilu sebentar. Lalu pundaknya dirangkul oleh Ayah dan terciptalah bunyi 'BRAKK!' keras —dari pintu mereka.
Carla memeluk Eren hangat agar Eren dapat berhenti menangis. Tetapi tangisannya semakin menjadi-jadi saat Ibunya berkata
"Nak, kita akan tinggal berdua mulai sekarang. Kau harus sabar, ya."
—Saat itu, Eren percaya. Suatu saat nanti, keluarganya pasti akan bertemu kembali dan menciptakan keluarga baru yang bahkan lebih harmonis dari keluarga yang sebelumya—
*Flashback OFF*
Sejak itu, Carla hanya bekerja sebagai penjual kayu bakar di daerah Shiganshina —desanya sekarang. Penghasilan Carla sangat pas-pasan sehingga Eren tidak dapat bersekolah dan hanya membantunya mencari ranting pohon kering yang terjatuh ke tanah dari atas pohon.
Dan pada akhirnya, Ayah mereka mengakui kesalahannya dalam tuduh-menuduh 10 tahun yang lalu dan mengetahui keadaan kami ya ng hidup seperti —bukan seperti, tapi memang keluarga yang mepunyai kasta paling rendah.
Grisha pun menyuruh Eren dan Ibunya untuk mengemasi barang-barang seperlunya dan menunggunya di jalan raya yang letaknya agak jauh dari rumah mereka, Jalan Legion —sekitar 17 meter dari rumah mereka.
BEEP BEEP BEEP
Bunyi klakson mobil hitam mewah Mercedes Benz S Class berkumandang di telinga keduanya. Dalam hati Eren, ia ber-WOW-ria melihat mobil mewah di hadapannya.
Grisha pun membuka pintu mobilnya dan memeluk Carla. Yaiy! Sedikit nostalgia suami-istri (?).
Setelah Ayah Eren melepas pelukannya, Ia melihat kearah Eren
"Hai, Eren! Hanya segini barang kalian?"
Eren menarik segaris senyum dan memeluk ayahnya sekejap "AYAHHHH! Aku kangen Ayah! Bagaimana kabar Ayah?"
"Ayah juga merindukanmu, Eren. Ayah baik. Wah! Kau semakin tampan saja!" puji Ayahnya sambil menepuk rambut Eren. Si empunya hanya cengengesan —malu.
"Ayo masuk! Kasihan kakakmu menunggu di rumah." Ajak Grisha kepada Ibu dan anak itu. Supir pribadi ayahnya memasukkan tas-tas bawaan mereka ke dalam bagasi mobil.
Selama perjalanan menuju kota Sina —kota kediaman keluarga Jaeger yang sebenarnya, mereka hanya hening dan Eren sibuk memperhatikan seisi mobil yang —nyatanya full facility dan bersihnya minta ampun.
"Ini mobilnya, Eren"
EH?
Eren mematung. Bingung ditempat.
"Ya, ini mobil kakakmu yang Ayah pinjam."
"Lalu, dimana mobil Ayah?"
"Ada di rumah. Mobil ayah sedang kurang bersih. Ayah jadi malu."
"Hmm... Mobil ini... Bersih sekali."
Eren masih menatap setiap inci demi inci bagian dari mobil tersebut. Masih tidak percaya dengan tingkat kebersihan yang notabenenya —100% bebas debu.
Grisha mengangkat bahu "Entahlah. Sejak kau berpisah dengannya, ia jadi clean freak. Kau tahu itu kan, nak?"
"Ooh. Ya, aku tahu. —Ahahaha. Nii-san memang aneh. Ada-ada saja kelakuannya."
.
.
Sang supir pribadi Grisha turun dari mobil dan membukakan pintu belakang mobil salah satu anak dari keluarga Jeager.
"Kita sampai." Ucap Grisha sambil melebarkan senyumnya beserta tangannya pada pemandangan dihadapan mereka. Carla dan Eren terbengong-bengong (?) menatap semua ini.
Delapan —atau sepuluh? Buah mobil terparkir cantik di garasi keluarga mereka. Dua orang tukang kebun sedang memangkas rapi pepohonan hijau di depan rumah, eh, mansion luas bertingkat tiga. Jalan setapak yang dihiasi dengan bebatuan alam murni mengarah ke pintu utama mansion megah mereka yang sedikit tidak terlihat karena tertutupi oleh fountain indah dengan beberapa patung para dewi-dewi di zaman Yunani kuno.
Satu kata untuk Eren.
.
.
Menakjubkan.
Eren mengucek matanya-menggelengkan kepalanya-mengucek matanya-menggelengkan kepalanya- mengucek matanya-menggelengkan kepalanya berpuluh-puluh kali. Ia benar-benar tidak percaya atas semua ini. Yang benar saja?!
Ia akan menjadi penghuni mansion ini! —mimpi apa dia kemarin?! Hidup disini. Makan disini. Tidur disini. Main disini. Ini —WOW! Kita akan melihat efek bling-bling disekitar Eren jika ini sebuah anime.
"Ehm —Eren?"
Seseorangpun membuyarkan lamunan imajinatifnya. "E-eh? I-iya?"
"Beri salam pada kakakmu. Dari tadi kau hanya melamun saja disitu. Kakakmu sudah menunggumu disana, tuh." Tutur Grisha sambil menunjuk seseorang yang sedang berdiri ditaman —tidak kelihatan karena ketutupan air mancur beberapa langkah dari pintu utama mansionnya disamping Ibunya —hanya terlihat blur dari air yang mengalir dari fountain tersebut
GLEK.
Eren meneguk salivanya. Tidak sabar ingin melihat perawakan dan wajah nii-sannya yang dulu selalu menemaninya bermain. Apakah sekarang dia lebih tinggi darinya, kah? Tambah tampan, kah? Lebih kece-kah? Atau yang lebih parah lagi —mengalahkan manisnya Eren Jeager?! —oke, yang terakhir ini narsis Eren lagi kambuh.
Perlahan tapi pasti, Eren menoleh secara slow motion.
Satu.
Dua.
Tiga.
Jeng Jeng Jeng!
.
.
.
Krik. Krik.
Hening.
Eren cengo dengan tidak elitnya (?) memandangi tubuh nii-sannya yang ternyata
.
.
Kelewat cebol dibanding dengan umurnya.
Wahai Eren. Untung saja nii-sanmu itu bukan tipe orang yang bisa membaca pikiran orang lain.
Semuanya berubah! Ia berdiri sok-ganteng memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana panjang yang ia kenakan.
Dulu ia —ekhm! Manis! Kenapa sekarang wajahnya selaras dengan grumpy cat?!
Yah, Eren akui dari dulu kakaknya memang mulus dan tampan. Yang berbeda hanya —hanya nii-sannya terlihat lebih —Jutek, mungkin?
Lupakan kalimat terakhir! Sabodo teuing**, ah! Eren memandangi ni-sannya dengan mata berbinar-binar seakan sudah 1000 abad tak bertemu —sumpah ini lebay, author tahu!
" NII-SANNNNNN!" —bukan batu 'nisan', ya! Awas!
Eren berteriak kesenengan lalu berlari mendekati nii-sannya dengan kedua tangan terulur ke depan.
A/N : Diharapkan pembaca sedang mendengarkan lagu India —okeh, ini engga banget. Kita akan menonton sinetron gratisan sekarang —yo! Recehnya! Recehnya, yoo!
AAAAAAAAAAAHHHHHHHHH~~ AAHHHHH~~~~ (Dengarkanlah lagu India anda secara mendalam..)
—Perdalam
—Terus perdalam...
—Dan..
.
.
BRUKK!
—Loh? Kok?
"Tuan! Anda tidak apa-apa?!" tanya seorang gardener khawatir pada pemuda brunette itu.
'GAK APA-APA PALA LO! JIDAT GUA SAKIT NIH, AH! UDAH TAHU GUA KENAPA-NAPA MASIH AJA NANYA!' rutuk Eren dalam hati. Ia pun manyun.
"E-ehhh.. A-aku tidak apa-apa." Jelas Eren. Ibunya menatap Eren khawatir dan kakaknya menatapnya seakan tak terjadi apa-apa.
Jadi mudah saja. Ketika Eren berlari slow motion hendak memeluk sang kakak tercintanya, nii-san kontet itu menghindar ke samping sehingga Eren pun menabrak pohon yang sedang dipangkas sang gardener.
"Rivai..." gumam Carla —yah, Ibu! Jadi pada tahu, kan, readersnya! (Reader : Udah pada tahu kali, thor!)
Diharap jangan baca tulisan diatas.
Eren ngamuk ditempat.
"Tch" Akhirnya si kontet bersuara. Semua warga kelurahan Jaeger menatapnya heran. Tuan muda mereka kebangetan!
"Hei, kau. Aku tidak sudi dipeluk —bahkan disentuh oleh bocah sepertimu. Kau begitu kotor!" ucap sang raven sarkastik.
JLEB.
Eren melongo. Hei! Sejak kapan kakaknya berubah keperibadian menjadi dingin bin cuek begini?! Dan lagi, nii-sannya jijik padanya? Hiks. Rasanya Eren mau menangis sekarang juga —inget. Belom ganti genre.
"Ekhm." Grisha berdeham memecah keheningan. "Err.. Ayo kita masuk."
Eren kicep season 2 melihat interior dalam mansion. Dua tangga dengan karpet merah terurai indah di sudut kiri dan kanan ruang depan —yang kalau dipikir-pikir, bisa dijadikan ballroom mewah. Terlihat tiga orang maid dan seorang butler menyambut kedatangan mereka.
"Tuan muda?"
Eren celingak-celinguk memperhatikan sekitar.
"Tuan muda?"
Eren heran. Maid ini memanggil siapa?!
"Tuan—" Eren pun menoleh dan mendapati maid dibelakangnya tersenyum manis pada Eren. Dia —tunggu! Dia —Tuan muda?!
DEMI KAOS KUTANG TITAN WANITA! MASA DIA DIBILANG TUAN MUDA?! MAID INI BERCANDA SAJA, AH!
"Ma-maksudmu... A-aku?" Eren menunjk dirinya sendiri dengan muka polosnya —pfftt! Maid itu menahan tawa. "Tentu saja, tuan."
Eren merasa ada yang tidak beres disini. Dia itu khan ghembel bin khumel in the lechek! —alay lo, thor. Masa' dia jadi tuan muda?!
Akhirnya ia pun menyimpulkan—
.
.
—bahwa Maid ini otaknya rada-rada.
Aduh, Eren. Author harap dirimu berdo'a pada Yang Maha Kuasa agar segera diberi pencerahan—
—untuk otakmu yang lemotnya 'astajim' itu.
"I-iya, a-ada apa, yah?" Eren pun jadi gugup takut-takut maid ini ngamuk karena —berdasarkan tadi Ia secara tak langsung menganggap maid ini kabur dari Panti Rehabilitasi Mental.
Pikirkanlah dulu siapakah dirimu, wahai Eren.
"Saya Petra Ral. Panggil saya Petra-san saja. Tuan Jeager menyuruh saya agar tuan berkeliling mansion ini guna mengetahui setiap ruangan yang ada di sini." Maid itu tersenyum manis —lagi pada Eren. Eren hanya manggut-manggut di tempat.
"Baiklah kalau begitu."
"ini kamar mandi outroom. Disana ada dapur. Disananya lagi ada penyimpanan alat makan. Yang itu kamar tamu ke-7 dan tuan bisa lihat, disana ada lift untuk ke lantai atas yang terdiri dari lantai tiga dan roof. Anda bisa ke roof jika ingin bersantai dan berenang." Celoteh Petra panjang lebar sambil berjalan dan menunjuk-nunjuk segala yang diucapkannya. Sang pemilik mata emerald itu terkagum-kagum mendengar ocehan maid bersurai honey ini.
"Nah! Kita sampai! Ini kamar tuan, emm—"
"—Eren Jeager"
"Ah, ya! Tuan Jeager—"
"—panggil saja Eren, Petra-san."
"Ehh, Ekhm! —Tuan Eren. Ini kamar anda." Ucap Petra sembari membuka pintu kamar berbahan oak tersebut —dengan malu-malu, tentunya.
"WOAHH!" Eren membuka suara saat melihat ke-WOW-an kamarnya.
Ranjang King Size terpasang rapi di pojok kanan ruangan. Dan.. DEMI APA?! Ayahnya tahu persis seleranya!
Wallpaper hijau emerald menghiasi dinding kamarnya. Sebuah Air Conditioner, meja belajar beserta teh hangatnya, karpet hijau daun beludru, meja disamping ranjang beserta night lamp diatasnya.
CANTIK SEKALI!
"Bagaimana, tuan? Apakah sesuai dengan selera anda?" tanya si maid. "Ini... LUAR BIASA!" heboh sang Jeager muda.
"Baguslah. Kamar tuan dan nyonya Jeager ada di paling depan di tengah-tengah antara kedua tangga kiri dan kanan tadi. Yang diapit oleh ruang penyimpanan wine dan ruang kain-kain dan tirai tadi. Tuan masih ingat, bukan?"
Eren mengangguk iya.
"Di sebelah kanan kamar tuan adalah kamar Bertholdt. Satu-satunya butler di mansion ini. Sedangkan di sebelah kiri ada ruang karaoke. Kamar saya ada di sebelah kiri kamar Danna-sama dan kamar Danna-sam—"
"Danna..-sama?" tanya Eren tidak mengerti.
"Ya, Danna-sama. Alias tuan muda Rivaille." Jelas Petra pada pemuda brunette di hadapannya ini.
"Maksudmu... nii-san?"
Petra mengangguk pelan —masih dengan senyumnya.
"Kamar tuan muda Rivaille lurus tepat di seberang kamar anda, tuan Eren."
Eren berpikir keras 'berarti kalau aku mau ke kamarnya... Tinggal jalan lurus saja, dong?' batinnya.
"Terima kasih, Petra-san! Aku sangat tertolong!" Eren bahagia setengah mati dengan kehidupannya sekarang. Hidupnya sudah lengkap!
"Ya, sama-sama, tuan. Senang membantu anda. Bertholdt —butler yang tadi saya bilang, sudah membawa barang bawaan anda ke sini. Tapi tuan Jeager sudah membelikan tuan Eren banyak pakaian di lemari tuan. Silahkan di lihat di lemari tuan."
Eren masih manggut-manggut saja —makin semangat.
"Kalau begitu, saya permisi dulu, tuan. Selamat bersenang-senang di kamar baru anda!"
CKLEK.
Eren tersenyum sumirgah.
"YAHOO! Arigatou gozaimasu, Kami-sama!" Pemuda bersurai cokelat ini langsung angkat kaki dari lantai dan loncat-loncatan diatas ranjang barunya.
.
.
Ck! Dasar tidak tahu diri. Baru saja ranjangnya dirapihkan oleh Bertholdt! Benar-benar anak nakal, ya!
Ia pun menidurkan diri di ranjangnya yang berseprai hijau.
"Aku mau ke kamar Rivaille-nii, ah! Emm.. Tapi sepertinya aku harus mandi dulu. Nanti dia ngamuk, lagi! Benar kata Ayah. Dia jadi clean freak! Ckckck... Baiklah!~"
—akhirnya dirimu selamat dari maut, nak.
Ia bangkit dari ranjang dan mengambil handuk yang tergantung di sebelah lemari lalu berjalan menuju kamar mandinya yang terbuat dari kaca —dengan sentuhan efek blur di garis yang paling tengah.
Eren menggosok rambutnya dengan handuk kecil setelah keramas tiga kali —untuk menghilangkan ketombe dari rambutnya dengan shampoo baru wangi lavender yang berdiri unyu diatas rak kamar mandinya. Ia menatap narsis dirinya di depan cermin tinggi setinggi badannya.
Sang pemuda manis nan imut itu memilih untuk mengenakan celana panjang jeans hitam dan kaos lengan pendek bergambar pemberian Grisha.
TOK! TOK! TOK!
"Nii-san? Kau ada di dalam? Aku masuk, ya."
Eren nyelonong masuk ke kamar kakaknya. Dan pemandangan yang ia dapati sekarang adalah kamar sang nii-san kontetnya yang gila-naujbilah-bersihnya.
Eren kicep season 3 —kicep mulu lo, Ren! Kamar kakaknya didominasi oleh warna hitam putih yang sangat kontras. Kertas-kertas —yang sepertinya? Skripsi tertata rapih di atas mejanya.
Yang Eren pertanyakan sekarang —dimana nii-sannya?
.
.
"Oi, kau, bocah buluk tadi. Sedang apa kau di kamarku? Mau mencoba menjadi stalker, eh?"
EH?!
Ya. Panjang umur.
"Rivaille-nii?!" kaget Eren lebay. Bagaimana tidak?! Sang kakak hanya megnenakan sebelit handuk dari pinggang hingga lututnya. Tubuh atletisnya terpampang menambah kesan sexy pria yang mempunyai tinggi badan 1,6 meter ini.
Eren menelan ludah.
"Nii-san, kok, kau... Jadi —berubah?" ucap Eren ketakutan. Iris silver Rivaille berkilat tajam menantang mata belo manis emerald milik —yang katanya adiknya.
"Nii-san, ya? Nii-san katamu? Aku? Nii-sanmu?! Cih! Lucu sekali. Aku tak tertari pada humormu, bocah."
Rivaile selalu berkata sarkas pada si brunette. Eren berpikir. Mungkinkah ini Rivaille-nii yang dulu selalu baik terhadapnya? Yang selalu menemaninya belajar dan bermain? Atau ini Rivaille lain yang namanya sama dengan Rivaille-nii?
—Kau pikir ada berapa Rivaille di dunia ini, Eren?
"Ri-Rivaille-nii, ka-kau ini kenapa?" tanya Eren semakin takut karena Rivaille mendekatinya perlahan.
Eren pun semakin mundur.
Hingga punggungnya menabrak tembok.
BRAKK!
"Arghh..." rintih Eren pelan. Terdengar seperti desahan.
Rivaille mengangkat kausnya tinggi-tinggi. Ternyata pendek-pendek tenaganya masyaallah! —pikir Eren.
"Hei bocah! Dengarkan ini baik-baik! AKU. BUKAN. NII-SANMU—"
AKU. BUKAN. NII-SANMU, AKU. BUKAN. NII-SANMU, AKU. BUKAN. NII-SANMU. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di pikiran Eren. Lalu, mana nii-sannya? Eren benar-benar ingin menangis sekarang.
"Aku tidak sudi menjadi nii-san bocah payah sepertimu. Dan lagi—"
Rivaille berbisik pelan di telinga Eren —membuat bulu kuduk Eren meremang.
.
.
"Itu adalah masa lalu. Itu dulu. Sekarang sudah tidak berlaku lagi."
.
.
Eren merinding disko. Dulu? Berarti sekarang kakaknya sudah... Tidak peduli padanya, kah? Eren sedih tingkat kolosal.
Rivaille pun melepaskan cengkraman tangannya pada baju Eren. "Cih. Kau membuatku harus mandi lagi."
—sebegitu clean freak-nyakah, sang kakak?
Eren bungkam seribu bahasa. Tak percaya perkataan kakaknya yang secara halus tidak menganggapnya sebagai seorang adik lagi.
"Sedang apa kau diam saja, bocah? Kau menunggu aku menendang bokongmu? Baiklah kalau begi—"
"—Ehhh! Ba-baiklah nii-san. Maaf sudah menggangu ketenanganmu. Aku keluar! Sampai jupa lagi!" Eren merendahkan diri dihadapan kakaknya seperti pegawai yang baru saja di PHK oleh bosnya.
BRUKK!
Pintu dibanting oleh Eren yang sedang kalang kabut ketakutan.
"Tak kusangka anak itu masih menganut sifat bodohnya." Rivaille menyeringai setan.
"Lihat saja nanti, bocah. Awas saja jika kau masih mengaku-ngaku sebagai adikku."
.
.
.
*To Be Continued*
A/N : Fiuhh. Akhirnya. Selesai. Juga.
.
.
DAN KARIN-CHAN SUPER DUPER GEDEG KARENA NGETIK DUA KALI DI MICROSOFT WORD! PADAHAL YANG PERTAMA KETIKAN KARIN-CHAN TINGGAL BEBERAPA WORDS LAGI! MIRISNYA, LUPA DI-SAVE DAN KEPENCET TOMBOL"ESC". UDAH GITU, PAS UDAH KELAR, GAK BISA DIBUKA DNGAN ANEHNYA (?) Hah. Sudahlah. Biarkan author gaje ini meringkuk dengan nistanya #plak!
Dannnn.. Ini dia fanfic aneh Karin-chan! —lagi
Selamat dibaca!
Mind to RnR?
.
.
"Love can make blinds any people in the world. But, you must remember how blind do you now." —Karin. A
