Sepuluh Tahun Dari Sekarang!

Disclaimer ©Masashi Kishimoto

Story ©Haruka Hitomi 12

Warning : GaJe, OOC, AU, typo(s), dll

CHAPTER 1

-Konoha Senior High School-

.

.

Sakura POV:

Lihat lelaki yang disana itu? Itu! Arah jam dua! Yang bersurai gelap! Masih gak lihat? Ah, jangan bilang kau malah memandang lelaki yang tengah melukis di bangku koridor disampingnya! Itu Sai! Yang kumaksud adalah Uchiha! Uchiha Sasuke! Yang sedang dikerubungi siswi-siswi itu! Nah, dia. Lelaki itu. Yang berambut pantat ayam itu! Dia lelaki paling menyebalkan dan paling jelek yang pernah kukenal!

Jelek? Menyebalkan? Kenapa, heran? Mau mengataiku buta? Cih, kujamin kau akan bilang hal yang sama denganku kalau saja kau yang mengalami kejadian sial yang menimpaku satu setengah jam yang lalu!

.

Flashback:

Normal POV:

"Woi Naruto! Lempar lapnya kesini!" suara Kiba menggema di ruangan berukuran 10x12 meter itu. Diseberang sana, Naruto mengangguk sambil mengambil lap yang biasanya digunakan untuk membersihkan alat-alat praktek kimia itu.

Ia membentuk lap itu menjadi bentuk bola dan membasahinya dengan air agar berat. Lalu melemparnya pada Kiba yang memegang sapu dengan posisi terbalik. Yah, seperti bermain bisbol.

Kiba berhasil memukulnya kearah lain dan ditangkap Rock Lee. Lelaki berambut model bob itu melempar kebelakangnya-kearah lemari dimana disana ada Sasuke yang ikut permainan konyol itu. Sasuke menangkapnya dan berniat melempar pada Neji yang ada didepan pintu masuk-diseberang Sasuke tepatnya.

Sayang, lelaki itu gagal menangkapnya sehingga meleset dan 'hampir' saja mengenai pintu.

SREEEKK!

Pintu digeser dan berdiri seorang gadis bersurai gulali didepan pintu dengan setumpuk kertas di tangannya. Ia terlihat sangat serius sambil menghitung jumlah kertas yang ia bawa. Baru saja, akan melangkah masuk, lap basah yang dilempar Sasuke tadi sukses menyambutnya dengan 'hangat'.

Murid-murid yang ada di kelas itu terdiam dengan wajah menganga sampai lap basah di wajahnya jatuh ke lantai dengan sendirinya. Sedetik kemudian, tawa bergemuruh memenuhi ruangan. Gadis itu-Sakura- mulanya tak mengerti apa yang terjadi sampai ia menyentuh wajahnya yang basah, ia menjerit.

"Siapa yang bertanggung jawab, HAH?!" seruan geramnya sukses membuat tawa seketika terhenti. Haruno Sakura, sang ketua kelas, ketua klub judo. Siapa yang berani padanya silahkan mengantri.

Karena perkataan Sakura, semua murid, em… kecuali yang perempuan, menunjuk Sasuke. Sakura mengalihkan pandangan sangarnya pada lelaki itu.

"Sasuke! Sialan kau!" seru Sakura marah sambil melempar balik lap basah yang terjatuh tadi.

Tapi tak butuh banyak tenaga bagi Sasuke untuk menyingkir dengan satu geseran simpel, ia tak terkena lap basah itu sehingga lap itu mengenai jendela dibelakangnya, "Wah sori, gak sengaja…" ucapnya santai.

"Apa… k-kau-ah! Kau… dasar bodohhh!"

Tak lama, terdengar suara langkah kaki berderap tergesa, "Gomen, karena merepotkanmu Sakura, tadi buku jurnalnya tertinggal di meja sensei dan-" begitu mendongak, iris wanita itu-Anko-guru-yang-seharusnya-mengajar-sekarang- berkilat marah melihat suasana lab kimia yang kacau, wajah Sakura yang basah dan kertas berisi tugas yang tercecer. Ia meminta Sakura menggantikannya sejenak karena ada rapat mendadak tadinya.

"Haruno! Kau apakan lab ini?!" Anko berteriak histeris sambil menjambak surai gelapnya.

"N-nani?! Ti-tidak sensei! Aku baru saja masuk!" Sakura mengibaskan kedua tangannya. Sementara semua murid telah kembali duduk ditempat masing-masing seakan tak tahu apa-apa.

Anko menggeram kesal, "Arghhh! Aku tak peduli! Kuberi kau tugas mudah dan beginikah hasilnya?! Keluar kau dari lab ini! Tidak ada pelajaran fisika untukmu hari ini! Dan sekarang, pel koridor lantai satu dan dua sampai bersih! Sekarang Haruno!" wanita itu menunjuk keluar ruangan.

Viridian Sakura membola, "Nani?! Koridor satu dan dua?!"

"Masih untung kau tak kusuruh membersihkan tangga! Cepat lakukan sebelum aku malah menyuruhmu untuk membersihkan sampai loteng!"

Flashback off:

.

Sakura POV:

Dan disinilah aku sekarang. Mengepel koridor lantai satu dan ini baru tiga perempatnya karena sekolah ini mempunyai koridor yang besar, luas dan panjang. Sialnya, bel istirahat baru saja berbunyi membuat siswa-siswa berlarian keluar masuk koridor dan… lihat? Semua kotor kembali. Kuso!

Semua gara-gara lelaki pantat ayam yang tengah berjalan disana itu. Ia diam ketika Anko-sensei menghukumku padahal ini bukan salahku! Dengan tampang cool-nya ia kira semua gadis bisa jatuh hati dengannya? Lihat aku Uchiha! Coba kau taklukan aku!

.

Normal POV:

Sakura mendesah sebal ketika lantai yang baru saja ia pel dengan susah payah sekarang penuh dengan jejak langkah sepatu para siswa high school ini. Ia melempar kain pelnya kedalam ember dengan kesal dan memicing sebal pada Uchiha Sasuke yang sekarang tengah berdiri dikerumuni fansnya kurang lebih sekitar lima meter dari tempatnya duduk bersimpuh-karena ia sedang mengepel jadi ia duduk seperti itu.

Dan lihat? Lelaki itu sekarang tengah berjalan melewatinya tanpa memandangnya sedikitpun-diiringi tatapan Sakura yang semakin memicing tajam namun tak diindahkannya. Padahal mereka sekelas, duduk sebangku pula! Jangan kira itu kemauan pribadi. Kelas mereka memberlakukan posisi tempat duduk secara acak sebulan sekali. Dan ini baru hari ketiga dari undian bangku itu. Malu mengakui teman sebangkumu sendiri, heh Uchiha?

Baru tiga langkah Sasuke melewati Sakura, gadis itu mengepalkan tangannya erat dan berdiri lalu berbalik menghadap arah yang sama dengan Sasuke.

"KAU! UCHIHA SASUKE!" suara geram Sakura membuat para siswa, fansgirl Sasuke, termasuk Uchiha Sasuke sendiri menoleh. Suara gadis itu mampu mengalahkan suara lainnya. Dengan telunjuk yang tepat menunjuk wajah Sasuke dan tatapan tajamnya, membuat semua orang memilih diam dan memperhatikan ada-apa-antara-gadis-pink-ini-dengan-sang-pangeran -sekolah.

"Apa lagi pinkie?" hanya itu respon dari Sasuke menggunakan panggilan 'sayang'nya yang biasa ia tujukan pada gadis itu.

"Kau! Tanggung jawab!" Sakura berkacak pinggang kesal.

Sasuke terkekeh diiringi seruan histeris fans-nya, "Apa? Tanggung jawab apa heh? Memang aku menghamilimu?"

"Cerewet! Kau sudah membuatku mengepel seluruh koridor! Selesaikan sisanya!"

"Tidak mau. Yang disuruh Anko-sensei kan kau, bukan aku. Kenapa seenak-jidat-indahmu- itu kau menyuruhku?" Sasuke menyeringai jahil disambut teriakan fansnya yang menggila melihat seringaian Sasuke yang bagi mereka keren itu. Dan lagi ia berpikir, 'Apa-jadinya-bila-seorang-Uchiha-mengepel-koridor-? '

"Kau-"

"Menurutku Sakura benar," suara baritone seorang lelaki dibelakang Sakura yang memotong perkataan gadis itu membuat semua perhatian siswa di koridor teralih padanya-Sabaku no Gaara, "Kalau memang kau yang membuatnya mengepel seluruh koridor, kenapa tak mau tanggung jawab kalau dia tak salah?" tanyanya sambil menyodorkan tissue pada Sakura sambil tersenyum tipis dan diterima gadis itu dengan senyum tersipu.

"Heh, jangan ikut campur kau Merah," Sasuke menatap Gaara dingin.

"Aku tak ikut campur. Aku hanya ingin membantu Sakura."

"Terserah. Lagipula salah si pinkie sendiri, dasar jidat lebar tak punya mata," baru saja Sasuke akan berbalik kalau saja lemparan tissue Sakura tak mengenai kepalanya.

"Apa-"

"Kau menyebalkan Uchiha!" seru Sakura marah, "Selalu saja mengejekku 'jidat', 'pinkie'… selanjutnya apa hah?! Sudah tahu kau yang salah masih saja tak mau mengaku! Selama ini, aku selalu menganggapmu temanku! Kalau saja tadi kau membelaku didepan Anko-sensei, aku mungkin masih memaafkanmu! Tapi apa hah?! Kau jelas-jelas diam saja! Se…se-sesekali… sesekali, contohlah sikap Gaara, dasar Sasuke bodoh!"

Sementara semua orang terkejut dengan perdebatan mereka dan Sakura yang mengatur nafasnya, tak ada yang menyadari Sasuke tengah mengepalkan tangannya erat. Bisik-bisik tak jelas mulai mengudara terutama disekitar fansgirl Sasuke.

"Kalau kau… kalau kau memang suka pada si Merah itu, kenapa tidak sekalian berpacaran dengannya saja?!" Sasuke berseru marah membuat semua orang terbungkam.

Sakura mendongak dengan mata berkilat marah, "Apa maksudmu?! Tak ada hubungannya dengan hal berpacaran bodoh!"

Sasuke hanya menatap Sakura dan Gaara sekilas lalu berbalik dan berjalan menuju tangga. Diacuhkannya Sakura yang masih berteriak marah padanya dibelakang sana. Suara Sakura berhasil mengalahkan suara para fansgirlnya membuatnya nyaris gila juga.

.

"Biar kubantu Sakura," ucap Gaara tapi Sakura menahannya.

"Tidak perlu, hanya tinggal satu koridor lagi kok. Tenang saja…" ucap gadis bersurai soft pink itu sambil melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

"Satu koridor itu luasnya berapa dan panjangnya berapa?" tanya Gaara sambil tersenyum jahil.

"Sudahlah… jangan mengingatkanku lagi…" ucap Sakura sambil mengangkat embernya, "Hahhh~… Anko-sensei pasti marah kalau melihat koridor ini kembali kotor…"

"Aku akan membantumu mengepel ulang dan sisanya. Sebaiknya waktu pelajaran saja supaya murid lain tak keluar masuk," Gaara meraih ember itu dari tangan Sakura.

"De-demmo… kau ada di kelas 11-4 kan? Bukannya setelah ini pelajarannya Tsunade-sensei? Dia bisa marah nanti…" Sakura menggigit kuku jarinya dengan tatapan ragu.

"Biar saja. Aku sering membolos, kau tahu? Yang jelas tak ada penolakan. Ayo kita pel ulang dari pojok sana," sambil membantu Sakura berdiri Gaara tersenyum tipis membuat Sakura merona merah dan mengangguk malu.

Mereka mulai mengepel diiringi obrolan ringan dan candaan kecil dari Sakura tanpa mereka sadari seseorang tengah menggertakkan giginya kesal karena hal itu.

.

.

"Huahhh~… aku jadi kesal…" gumam Sakura sambil menggembungkan pipinya dan merentangkan tangannya-menikmati hembusan angin sore yang menyusup di helaian surai pinknya, "Menyesal juga tadi meneriaki Sasuke di koridor… tapi dia juga kan yang salah!" ucap Sakura sambil menendang kerikil.

"Demmo~… bisa mengobrol bahkan dekat dengan Gaara benar-benar pengalaman berharga~…" dan kini pipinya merona merah. Sakura mengusap-usap pipinya yang terasa panas.

BRUK!

"A-ah! Gomen obaa-san!" Sakura berseru terkejut kala ia menabrak seorang nenek berkerudung hitam dengan jubah hitam pula, 'Untung dia belum sempat jatuh…' pikir Sakura lega.

"Tidak apa… aku juga tak melihat jalan. Sepertinya kau sedang kesal nak?" tanya nenek itu.

"Ya… begitulah err…" Sakura menggantungkan kalimatnya, "Aku Sakura Haruno. Bagaimana dengan obaa-san?" tanya Sakura. Kurang sopan banginya kalau bercakap tanpa saling mengenal.

"Panggil saja Chiyo, Sakura-chan…"

"Wakatta, Chiyo-obaa-san! Dan benar, aku memang sedang merasa sebal pada-ah, apa boleh aku bercerita dengan baa-san?" tanya Sakura sambil ikut duduk bersama Chiyo yang sudah lebih dulu duduk di bangku yang kebetulan ada dibelakang mereka.

"Silahkan, aku tentu akan mendengarkan."

"Aku kesal pada salah satu temanku. Dia sangat dekat denganku sebenarnya, tapi kami selalu meledek satu sama lain…"

Kurang lebih lima belas menit Sakura bercerita dengan wanita tua itu. Sesekali mereka tertawa saat Sakura mengajukan kalimat-kalimat jenaka.

"Hahhh~… jadi mengingat masa mudaku dulu…" gumam Chiyo sambil memandang langit, "Aku juga bersemangat sepertimu…"

"Soukka…" gumam Sakura. Ia sedikit terkejut ketika Chiyo membalik telapak tangannya dan meletakkan sebuah benda berbentuk seperti kelereng berwarna senada dengan iris viridiannya.

"A-apa ini?"tanyanya sambil menyentuh bola kecil itu.

"Aku mendapatkan benda ini saat seumuranmu. Dan benda ini telah merubahku dan hidupku menjadi lebih baik. Kau juga harus mencobanya ya… sudah hampir sore, cucuku pasti khawatir. Aku duluan ya, Sakura-chan…" ucap Chiyo seraya berdiri.

"Demmo… kelereng ini bagus sekali. Apa benar untukku?"

"Untukmu, tentu saja. Aku duluan ya, semoga kita bisa bertemu lagi…" ucap Chiyo sambil berjalan dan berbelok di persimpangan.

Sakura menghela nafas. Ia menatap kelereng itu dan menatap langit. Menggeleng sebentar lalu melanjutkan lagi perjalanannya menuju rumah.

.

.

Sakura baru saja mengganti bajunya dengan piyama tidur merah mudanya ketika pandangannya tak sengaja tertumbuk pada kelereng kecil berwarna viridian itu diatas meja belajarnya. Sakura meraihnya dan memandanginya sekali lagi.

"Apa istimewanya kelereng ini sehingga bisa merubah hidup seseorang?" gumamnya, "Terlihat biasa saja…"

Sakura beranjak menuju tempat tidurnya dengan kelereng itu masih dalam genggamannya, ia menatap langit-langit kamar, sesaat, refleksi bayangan Gaara terlintas. Ia tersenyum dengan pipi merona. Sedetik kemudian, refleksi itu menjadi bayangan wajah Sasuke. Membuatnya kembali menekuk wajah dan mengerucutkan bibirnya sebal.

'Haahhh~… jadi ingin cepat lulus… biar tak usah bertemu Sasuke lagi… cepat universitas-eh jangan… nanti aku bisa-bisa satu jurusan dengannya… kami kan mengincar universitas dan jurusan yang sama… aku ingin loncat… ah! Sepuluh tahun dari sekarang! Saat umur dua puluh tujuh tahun, aku pasti sudah bekerja! Dan siapa tahu juga sudah menikah…' imajinasi Sakura mulai melenceng kemana-mana, 'Bagaimana kalau suamiku di masa depan itu Gaara? Waaahh~~~~! Pasti keren sekaliii! Semoga saja, saat aku bangun besok pagi, aku loncat ke masa itu! Sepuluh tahun dari sekarang!'

.

.

.

-TSUZUKU-

Jadi minna? Bagaimana fict multi-chapter Naruto saya yang pertama? Baguskah? Jelekkah? Nge-bosenin kah? Saya selalu membiasakan membuat dialog sambil men-tab dibagian awal seperti format novel. Lebih rapi-kalau menurut saya. Maaf kalau tidak berkenan ya… maaf pula kalau ada typo dan semacamnya, saya malas baca ulang… #PLAK!

Tapi apakah readers semua berkenan review? Karena ini fict multi-chapter-Naruto-pertama-saya, kritik, saran, dan flame saya terima. Tapi jangan yang pedas-pedas(?) ya! Hehe… arigato gozaimasu! *ojigi*