Tap…tap…tap…

Suara langkah kaki memecah keheningan di koridor yang sepi. Sepasang emerald terlihat tegang, namun penuh semangat. Jemari lentiknya memencet tombol-tombol yang ada di ponsel plif-nya yang berwarna pink. Sejenak, ia mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya. Mendengar suara di seberang sana, ia mengangguk meski si penelpon tidak akan melihatnya.

"Baiklah, kita bertemu di tempat biasa."

Kemudian, ia menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas selempangan yang tersampir di bahu kirinya.

Iris bening itu meneliti keadaan. Setelah di rasanya aman, ia berlari kecil untuk melewati sebuah ruang kelas. Menunduk, gadis itu perlahan-lahan melangkah dengan sedikit berjinjit untuk memanimalisir suara decitan sepatunya.

"Yokatta, ne…" gumamnya tersenyum.

Setelah melewati kelas tersebut, ia langsung berlari menuju belakang gedung sekolahnya. Senyum lebar tercetak jelas di wajahnya, iris hijaunya semakin bersinar cerah. Seperti tengah terjebak di dalam sebuah gua, ia seperti melihat ada cahaya diujung lorong. Cahaya kehidupan. Dengan penuh semangat, ia berlari menuju cahaya tersebut.

Akhirnya, gadis musim semi itu tiba di sebuah kebun kecil yang terdapat di belakang sekolahnya. Senyumnya semakin lebar, seperti kebiasaannya ia melompat-lompat kegirangan. Persis seperti bocah lima tahun yang dibelikan boneka barbie.

"Yosh! Aku berhasil!" teriaknya puas.

"Apanya yang berhasil?"

Suara berat yang sangat dikenalnya membuat gadis merah jambu itu menengok ke arah pelaku. Wajahnya langsung tertekuk melihat siapa yang tengah berdiri dengan tangan bersedekap, lengkap dengan seringai sombongnya.

"Sial! Tertangkap lagi," batinnya kesal.

Pemuda yang memilik wajah rupawan itu melangkah menghampiri gadis yang tengah menatapnya tajam. Tangan kanannya mengambil sebuah buku kecil di dalam saku celananya, kemudian ia menuliskan sesuatu.

Sreet…

"Itu peringatan kesembilanmu dalam dua hari, Sakura," ujarnya seraya menempelkan note di jidat gadis pink di depannya.

"Apa-apaan kau, Sasuke!" teriak Sakura tidak terima. Dengan kesal, ia mengambil catatan itu lalu meremasnya dan membuangnya sembarangan.

Manik kelam pemuda itu hanya menatap bosan, lalu kembali memasukkan buku yang dipegangnya ke dalam saku celananya. "Hn, pulang sekolah kau harus membersihkan toilet laki-laki sebagai hukumanmu," terangnya. Mengabaikan pelototan tajam serta umpatan yang ditujukan padanya.

"Uchiha sialan!" geram Sakura lalu berbalik meninggalkan Sasuke dengan langkah lebar.

Sedangkan Sasuke, pemuda itu hanya menatap punggung Sakura. Desahan rendah keluar dari mulutnya melihat punggung kecil yang perlahan menghilang ke dalam gedung sekolah mereka.

"Sampai kapan?" gumamnya.

Kemudian suara bel tanda pergantian pelajaran membuat Sasuke tersadar. Sebelum pergi ke kelasnya, Sasuke terlebih dahulu mengambil catatan yang diberikannya pada Sakura yang telah dibuang oleh gadis itu.

"Dasar, masih saja suka buang sampah sembarangan," gerutunya pelan. Iapun menghilang ke dalam gedung besar tersebut.

.

.

.

.

Naruto©Masashi Kishimoto

Warning : AU, OOC, de el el

Don't Like Don't Read

.

.

A fiction for SasuSaku FanDay

.

.

.

Sakura menguap bosan, pandangannya terlihat kabur karena mengantuk. Mulutnya terbuka beberapa kali karena lelah mendengar ceramah Shizune-sensei di depannya. Getaran pelan terasa di kolong mejanya. Ia lalu mengambil ponsel yang tersembunyi di sana dan membalas pesan yang masuk.

"Ini semua gara-gara, Sasuke," batinnya kesal. Kalau saja Sasuke tidak ada, ia pasti tidak terjebak di kelasnya sekarang.

Sakura hanya bisa mengutuk pemuda itu dan menatap nanar layar ponselnya yang terpampang wajah Naruto dan teman-teman lainnya yang berhasil membolos.

Ugh, sial!

Akhirnya, suara bel panjang menyelamatkan Sakura dari kebosanan yang melandanya. Suasana kelas yang tadinya tenang, kini berubah riuh.

Shizune hanya bisa mendesah pasrah melihat anak-anak didiknya yang terlihat penuh syukur karena suara bel. Dan tanpa ingin berlama-lama di kelas ini juga, wanita awal tiga puluhan itu lalu keluar dari kelas yang mulai gaduh tersebut.

Setelah Shizune keluar, Sakura langsung berdiri dari kursinya. Kaki jenjangya melangkah pelan keluar kelas, tidak lupa tasnya ia sampirkan di bahunya. Meski ia hanya akan pergi ke kantin, namun gadis itu tidak pernah meninggalkan tasnya di dalam kelas.

"Chouji, tunggu!" teriak Sakura ketika melihat teman bertubuh gembul yang baru keluar dari kelas sebelahnya.

Pemuda yang tengah mengunyah keripik kentang itupun berhenti, menunggu Sakura yang tengah berlari ke arahnya. "Kau tidak bersama yang lainnya?" tanya Chouji pada Sakura yang berjalan di sampingnya. Kedua alisnya bertautan, pasalnya Naruto dan Kiba tidak ada di kelas tadi, yang artinya mereka hari ini membolos.

Sakura hanya mendesah sebagai jawaban, mulutnya mengerucut kesal. "Aku tertangkap lagi," jawabnya lesu. Sakura kemudian mengambil permenn lolipop di dalam tasnya, dan mulai mengunyahnya perlahan. Itu adalah salah satu kebiasaannya jika tengah kesal begini.

Suara gemelutuk permen yang dikunyah Sakura mengalahkan suara renyah kentang yang dimakan Chouji, sehingga membuat pemuda itu menoleh. "Apa giginya tidak apa-apa?" Chouji membantin. Mengabaikan Sakura dengan lolipopnya, Chouji kembali menyibukkan diri dengan keripiknya.

Sakura memang dikenal sebagai seorang siswi yang suka membolos, sering dan sengaja melanggar peraturan sekolah. Para guru sudah sering memberikan teguran, hukuman hingga skorsing pada gadis itu, namun ia tetap saja tidak jera. Susah memang, jika membolos itu adalah salah satu hobi favorit Sakura.

Namun sudah seminggu ini, Sakura sudah tidak melakukan hobinya tersebut. Semenjak Sasuke menggantikan Neji menjadi ketua dewan murid untuk sementara, Sakura selalu saja gagal dalam melakukan aksinya itu. Dan hal itulah yang membuat Sakura frustasi dan semakin membenci Sasuke.

.

.

==sasusakusasusakusasusaku==

.

.

"Hei, Sasuke! kenapa denganmu?" Suigetsu menatap Sasuke pensaran. Pasalnya, pemuda Uchiha itu sedari tadi hanya menghela napas dan mengernyit melihat ponselnya. "Tumben sekali," batinnya.

Mendesah bosan, Suigetsu berdiri dari bangkunya dan menghampiri Sasuke. Ia kemudian menarik sebuah kursi dan duduk di depan meja pemuda Uchiha itu. "Hei, apa yang kau lihat sampai segitunya?" Kembali Suigetsu bertanya, namun masih saja diabaikan. "Apakah itu dia?" Kini, ia menyeringai melihat tatapan menusuk Sasuke yang ditujukan padanya.

"Bukan urusanmu!" desis Sasuke seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia kemudian berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Hei, mau kemana?!" teriak Suigetsu. Pemuda itu mendecih karena tidak mendapat jawaban dari Sasuke. "Ck, dasar Uchiha!" Meski begitu, Suigetsu langsung beranjak dari kursinya dan mengikuti Sasuke di belakangnya.

Sasuke masih terus berjalan, mengabaikan Suigetsu yang meneriakkan namanya. Desahan pelan keluar mulutnya, lalu mengetuk pintu yang bertuliskan "ruangan kepala sekolah" beberapa kali. Di belakangnya, Suigetsu langsung terdiam. Pemuda itu langsung berhenti dan berbalik meninggalkan Sasuke.

"Cih, aku kira mau kemana," gerutu Suigetsu meninggalkan Sasuke.

.

Setelah ada suara untuk menyuruhnya masuk, Sasuke langsung membuka pintu coklat tersebut. Iris kelamnya langsung disambut oleh tatapan tajam emerald yang nampak begitu membencinya. Sasuke menghela napas, mengabaikan pelototan Sakura padanya.

"Ada apa, Tsunade-sama?" tanya Sasuke langsung. Pemuda itu masih berdiri, enggan untuk duduk.

Tsunade menghela napas, ia lalu melirik Sakura yang tengah berdiri sembari menyantap burger-nya.

"Aku ingin kau mengurus Sakura, dia sudah membuatku stress," ujar Tsunade frustasi seraya memijit pelipisnya. Kepala sekolah itu sudah tidak bisa menangani salah satu siswinya yang terkenal dengan hobi bolosnya dan senang sekali melanggar peraturan sekolah. Bahkan, keponakannya itu sudah seringkali merusak properti sekolah.

Sasuke menautkan kedua alisnya, masih belum sepenuhnya mengerti maksud Tsunade.

Tsunade menghela napas, iris madunya terpejam sejenak. "Aku memberikanmu wewenang sebagai ketua dewan murid untuk membuat Sakura bersikap layaknya murid yang taat peraturan," jelasnya panjang lebar. "Terserah, kau mau mendidiknya dengan gaya militer aku tidak peduli. Yang penting, kenaikan kelas besok nilainya sudah cukup memenuhi dan absensinya tidak banyak yang bolong." Wanita itu menyeringai tipis melihat keponakannya yang tengah tersedak.

Sakura melotot, ia lalu menunjuk-nunjuk Tsunade dengan sekotak susu yang dipegangnya. "Apa-apaan itu?" protes Sakura tidak terima.

Sakura menyipitkan matanya, kepalanya seolah ingin pecah memikirkan dirinya yang harus terjebak dengan orang sangat dibencinya.

"Hn, aku menolak," tukas Sasuke. Matanya menatap tegas Tsunade, benar-benar tidak ingin melakukan pekerjaan menyebalkan itu.

Mendengar pernyataan Sasuke, Sakura tersenyum tipis. "Bagus baka!" batinnya senang.

Namun Tsunade sudah memutuskan, dan keputusannya tidak ingin dibantah. "Itu perintah dariku, Haruno Sakura, Uchiha Sasuke!" ujarnya tegas, "dan aku tidak ingin menerima penolakan," dengusnya.

"Tapi—"

"Kalau tidak, kalian berdua akan menjadi siswa kelas dua setahun lagi," potong Tsunade dengan seringai. Ia kemudian tersenyum puas melihat keponakannya yang tengah cemberut.

Sakura kesal, dengan sekali lahap ia memasukkan sisa burger ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan mulut penuh. Setelah tertelan, gadis itu lalu menyedot susu kotak di tangannya yang tinggal setengah dalam satu tarikan napas. Setelah habis, Sakura langsung meremas kotak yang terbuat dari karton tersebut dan melemparnya ke tempat sampah yang terletak tepat di samping Tsunade.

Sedangkan Sasuke, pemuda itu hanya menggeram rendah dengan perintah seenaknya kepala sekolah itu. "Kuso!" batinnya. Sasuke tahu, ia tidak bisa menolak. Kemudian, ia melirik Sakura dengan ekor matanya, terlihat jelas bekas saus menempel di bibir hingga ke bagian dagu gadis itu. Cara makannya tidak pernah berubah, pikirnya.

.

.

==sasusakusasusakusasusaku==

.

.

Hari ini memang hari yang sangat sial bagi Sakura. Sudah gagal membolos, dihukum Orochimaru karena tidak mengerjakan PR, ditambah perintah kepala sekolah berdada besar yang membuatnya harus sering bertemu dengan orang yang sangat dibencinya. Dan sekarang, setelah pulang sekolah ia harus membersihkan toilet laki-laki. Semua ini gara-gara Sasuke, kalau saja dia tidak menjadi ketua dewan murid, pasti nasib Sakura hari ini tidak akan sial begini. Kenapa hidupnya selalu di bayang-bayangi oleh pemuda pantat ayam menyebalkan itu.

"Argggh! Baka!" teriak Sakura di toilet laki seraya mengepel dengan tenaga luar biasa. Wajahnya sudah memerah karena marah dan kesal, dan matanya terlihat seperti raksasa yang ingin menyantap seseorang.

Sasuke yang melihat Sakura mengamuk tidak jelas hanya terkekeh pelan, hiburan tersendiri baginya. Memejamkan matanya sembari bersandar di dinding luar toilet, Sasuke mulai menerawang mengingat masa-masa kecilnya dengan gadis pink yang tengah mengamuk tersebut. "Kau tidak banyak berubah," gumamnya pelan. Sudut-sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, mencetak senyum sangat tipis yang sangat jarang ditampilkannya.

.

"Aku sudah selesai," lapor Sakura dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.

"Hn, akan kuperiksa," balas Sasuke datar lalu berjalan melewati Sakura.

Sakura mendengus, ia kemudian mengikuti Sasuke ke dalam toilet.

Sasuke meneliti tiap sudut toilet, aroma pinus sudah tercium oleh indranya ketika ia masuk. "Buang sampah itu dan kita pulang!" perintahnya lalu berbalik meninggalkan Sakura yang memelototi punggungnya.

"Uchiha sialan!" teriak Sakura. Meskipun kesal, ia tetap menuruti perintah Sasuke dan membawa tempat sampah hijau tersebut dengan agak jijik.

Setelah mencuci tangan dan membasuh wajahnya di westafel, Sakura lalu keluar dari toilet perempuan. Ia mendesah lega merasakan sejuknya air yang membuat wajahnya terasa segar.

.

Suara decitan sepatunya terdengar menggema di koridor yang sepi. Langit mulai nampak mendung, namun Sakura masih santai berjalan sambil mengunyah lolipop di mulutnya. Tas selempangannya sedikit terbang karena tertiup angin lumayan kencang. Wajar sih, karena isi tasnya hanya permen lolipop dan beberapa bungkus snack yang dibelinya di kantin tadi siang. Mengenai buku pelajaran, Sakura meninggalkan semuanya di lokernya, termasuk buku PR-nya.

Sekolah sudah sepi, karena jam pelajaran sudah selesai dua jam yang lalu. Salahkan Sasuke yang membuatnya pulang terlambat seperti ini. Mengingat namanya saja sudah membuat Sakura muak, apalagi harus setiap hari bertemu dengannya. bisa-bisa Sakura menjadi gila.

"Uchiha sialan!"

"Apa maksudnya itu?" Suara berat Sasuke mmebuat Sakura terkejut. Pemuda itu hanya menyeringai melihat Sakura yang menggerutu tidak jelas.

"Cih, kenapa aku tidak menyadari hawa keberadaannya? Apa dia menggunakan miss direction?" batinnya mempertanyakan ngawur. Kepalanya mungkin telah terkontaminasi oleh anime yang ditontonnya.

Sakura kemudian berhenti, membuat Sasuke juga ikut menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Sasuke menyatukan alisnya.

Sakura mendengus, ia langsung berbalik dan kembali melangkah. Awalnya, Sakura ingin meminjam ponsel Sasuke, namu ia urungkan mengingat siapa pemuda itu. Sedangkan Sasuke, pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya dan menatap punggung Sakura sedikit sendu.

"Sampai kapan?" batinnya.

.

.

==sasusakusasusakusasusaku==

.

.

"Oi, Sakura! kenapa kau tidak datang kemarin?"

Sakura menoleh ke sumber suara, ia bisa melihat Naruto yang tengah berlari ke arahnya. "Aku tertangkap lagi," jawab Sakura sekenanya.

Naruto mendesah, "Teme hebat, si ratu bolos tidak berkutik dibuatnya," gurau Naruto.

"Aku hanya sial saja," gerutu Sakura tidak terima dengan perkataan Naruto. Gadis itu bertekad tidak akan membiarkan Sasuke mengganggu hobinya tersebut.

"Ya ya ya…" balas Naruto. Pagi ini, ia sedang malas berdebat dengan Sakura karena kemarin ketahuan membolos oleh ayahnya.

Perjalanan mereka dihiasi keheningan. Sakura yang sibuk memikirkan cara untuk kabur dari Sasuke, dan Naruto yang tengah frustasi karena hukuman yang diterima dari ayahnya. Mereka berdua tidak menaydari manik kelam yang mengawasi mereka.

.

.

Sesampai di kelas, Sakura langsung menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya. Hari ini ia benar-benar tidak bersemangat. Bahkan untuk membolos pun malas, ia hanya ingin tidur. Namun tiba-tiba, Sakura langsung berdiri dan berlari keluar dari kelasnya. Ia memiliki rencana bagus pagi ini. Sakura menuju taman belakang sekolahnya dan masuk ke kebun kecil yang ada di sana. Di bawah pohon momoji, Sakura menaruh tas selempangannya dan mengeluarkan sekotak susu coklat dari sana. Dalam satu tarikan napas, susu tersebut tinggal setengahnya. Kemudian, telinganya mendengar suara bel pertanda jam pelajaran akan dimulai.

Sakura mendesah puas, kali ini ia bisa lolos dari Sasuke. "Akhirnya…"

"Akhirnya apa?"

Sakura langsung menoleh, matanya menyipit melihat Sasuke yang tengah sibuk menulis sesuatu di note-nya.

"Apa kau tidak bisa berhenti mengganggu hidupku?" geram Sakura jengkel.

Sasuke masih sibuk menulis, "Hn."

Sakura mengacak rambut sebahunya, ia lalu mengambil sisa susunya yang belum diminum. Setelah habis, ia langusng membuang sampahnya sembarangan.

Sasuke melihat apa yang dilakukan Sakura, kembali ia menuliskan sesuatu di kertas kecil tersebut. Setelah selesai, ia menyobek beberapa buah dan menyerahkannya pada Sakura.

"Bolos di saat jam pelajaran," ujar Sasuke lalu menempelkan selembar note itu di jidat Sakura, "tidak mengenakan seragam dengan benar, sepatu bermasalah dan terakhir membuang sampah sembarangan." Sasuke menjelaskan kesalahan Sakura seraya memberinya catatan peringatan entah untuk yang keberapa kalinya.

Sakura melotot marah pada Sasuke yang dengan seenaknya menempelkan kertas laknat itu pada jidat berharganya. Segera, ia meremas kertas tersebut dan membuangnya seperti biasa. "Aku tidak peduli!" desisnya dengan mata gelap.

Melihat bagaimana keras kepalanya Sakura, Sasuke tanpa sadar menyentil jidat gadis itu sehingga membuat Sakura meringis pelan.

"Apa-apaan kau!" geramnya tidak terima dengan perlakukan Sasuke.

"Hn, pungut sampahmu dan kembali ke kelas!" kata Sasuke memerintahkan, mengabaikan protes dari Sakura.

"Cih, lakukan saja sendiri. Bukannya kau ketua dewan mahasiswa," ketus Sakura lalu beranjak meninggalkan Sasuke.

"Dasar keras kepala," dengus Sasuke. Pemuda itu lalu memungut bekas kotak susu Sakura dan catatan peringatan yang diberikannya.

Kemudian, kaki panjangnya mengikuti langkah Sakura yang masuk ke dalam gedung sekolah mereka setelah terlebih dahulu membuang sampah minuman Sakura.

.

Sakura masih belum menyerah, gadis itu masih berencana ingin lolos dari Sasuke karena hari ini ia benar-benar tidak ada mood untuk belajar. Karenanya, Sakura melakukan ancang-ancang dan bersiap untuk berlari. Namun, lengannya terlebih dahulu ditahan oleh Sasuke.

"Kau tidak akan kemana-mana!" Sasuke memperingati. Ia lalu menyeret Sakura ke kelas gadis itu dan mengetuk pintu yang tertutup.

"Masuk," kata suara perempuan dari dalam.

Sasuke lalu membuka pintu dan mendorong Sakura masuk ke dalam kelasnya. "Maaf mengganggu, saya mengantarkan siswi yang tersesat," ujarnya menyeringai ke arah Sakura.

Sakura hanya bisa melotot sebagai balasan, ia kemudian duduk di bangkunya setelah dipersilakan oleh Kurenai. "Uchiha menyebalkan," gerutunya.

.

.

Sasuke menyeringai tipis, manik kelamnya setia memperhatikan raut frustasi dari gadis di depannya. "Sudah kubilang, kau tidak akan pernah bisa lolos dariku." Ia lalu menghampiri gadis yang tengah bersandar di dinding bagian luar sekolah mereka. Sepertia biasa, Sasuke langsung menempelkan dua lembar note di jidat Sakura yang tengah marah besar.

"Aku sudah bosan berurusan denganmu," desah Sasuke jengkel, "tapi mau bagaimana lagi," gerutunya.

"Akupun sama," tukas Sakura dengan mata hijau bening yang melotot sinis. "Jadi, berhentilah mengurusiku," geramnya.

Memutar matanya, Sasuke lalu menggeleng pelan. "Sayang sekali, tapi itu tugasku," paparnya. Ia lalu mencengkram pergelangan tangan Sakura dan membawanya kembali masu ke dalam sekolah mereka. Setelah sebelumnya, Sasuke memungut kertas yang dibuang Sakura seperti biasanya.

Sakura berontak, namun cengkaram Sasuke bertambah kuat. Hal itu membuat Sakura meringis merasakan nyeri di pergelangan tangannya, namun ia berusaha tidak menunjukkannya. Gadis itu marah, kesal dan mengutuk Sasuke. Tapi pemuda itu seolah menulikan telinganya. Sakura benar-benar sial, meski ia mencoba bolos dengan menaiki pohon dan melompati tembok, tetap saja ketahuan. Bagaimana bisa, sih? Arghh! Sakura benar-benar frustasi sekarang.

.

.

==sasusakusasusakusasusaku==

.

.

"ARGHH! UCHIHA SIALAN!"

Di dalam kamar yang bernuansa merah muda, seorang gadis tengah mengamuk dengan menendang-nendang sansak yang entah ia dapatkan darimana. Iris emerald-nya menatap nanar benda yang menggantung tersebut, membayangkan itu adalah orang yang membuatya se-frustasi ini.

"Mati kau, Uchiha!"

Kaki kirinya menendang-nendang tepat di tengah-tengah, hingga membuat benda tersebut melayang dan tanpa bisa ditahannya menabrak dirinya sehingga Sakura terjatuh.

"Ah sial! Sebagai sansak saja kau bisa melawanku? Mati kau!" Sakura lalu berdiri dan kembali meninju-ninju benda yang mirip bantal guling itu. Gadis itu berimajinasi, Sasuke kini tengah meringis dan memohon ampun padanya dengan belutut di kakinya.

"Minta maaf, baka!" geramnya seraya meluncurkan tendangan mautnya.

Merasakaan tenaga yang terkuras habis, Sakura lalu berbaring di karpet berbulu di lantai. Mulutnya terbuka untuk mengambil oksigen, napasnya terengah-engah karena lelah. Meski begitu, ada rasa puas dalam dirinya. Walaupun yang dihajarnya bukan Sasuke yang asli, tapi ada sediki rasa lega dihatinya. Tidak mempedulikan keringat yang mengucur deras, Sakura memejamkan mata.

Tanpa bisa dicegahnya, kenangan masa lalu yang menyakitkan terlintas di kepalanya, dan tanpa bisa ditahannya setetes air bening keluar dari sudut matanya. "Aku membencimu, Sasuke," gumamnya. Karena terlalu lelah, Sakura perlahan mulai mengantuk dan akhirnya tertidur di lantai.

.

.

"Sepuluh tahun, ya…" Sasuke bergumam melihat foto dirinya dan gadis merah jambu ketika mereka masih kanak-kanak. Manik kelamnya menatap lekat potret bocah yang tengah cemberut menghadap kamera. Sasuke ingat, foto itu diambil ketika hari ulang tahun Sakura oleh kakaknya.

"Aku merindukanmu, bodoh," desahnya dengan tatapan sendu.

"Sasuke, kau di dalam?"

Suara Itachi membuyarkan lamunan Sasuke. Menaruh bingkai foto tersebut ke tempat semula, pemuda itu lalu beranjak dari meja belajarnya untuk membukakan kakaknya pintu. "Hn, ada apa?"

Itachi yang melihat ekspresi langka dari Sasuke menyeringai miring, "Kau merindukannya, 'kan?" godanya.

Ekspresi sendu Sasuke langsung berubah, matanya menyipit melihat kakaknya. "Kalau tidak ada urusan, pergilah!" usir Sasuke dengan gaya mengusir seekor anak ayam.

Namun Itachi sama sekali tidak terpengaruh, ia lalu menyentuh bahu adiknya dan merangkulnya. "Sudah sepuluh tahun, dan kau masih belum bertindak. Kau itu benar-benar pengecut, Sasuke." Meski Itachi berkata dengan nada main-main, namun pemuda itu serius sekarang. Ia sudah lelah melihat adiknya yang seolah kehilangan semangatnya itu. Itachi merindukan sosok adiknya yang dulu. Walaupun Sasuke sudah seringkali berkata kalau ia baik-baik saja, namun matanya tidak demikian. Sebagai seorang kakak, Itachi tahu betul pancaran onyx adiknya terlihat kosong. Karena itulah, ia berencana untuk mendorong Sasuke melakukan sesuatu.

Sasuke menatap lantai, rambutnya sedikit menghalangi matanya. "Bagaimana kalau dia tetap membenciku?" gumam Sasuke masih menunduk.

Itachi mengernyit dengan perkataan Sasuke. Ia melepaskan rangkulannya, lalu tersenyum tipis sembari menepuk pucuk kepala adiknya. "Aku yakin dia tidak, adik bodoh," kekeh Itachi. Itachi tidak bisa menahan tawanya melihat raut wajah Sasuke kali ini, sepertinya adiknya ini sudah mencapai batasnya.

Cih! Padahal Sasuke benar-benar berharap untuk mendapatkan saran yang bagus dari kakanya, namun malah dibilang bodoh.

"Jadi, ada apa kau kesini?" tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan. Ia merengut sebal melihat kakanya yang tengah menertawakan dirinya.

Itachi langsung terdiam, lalu menggaruk pipinya. "Aku lupa," jawabnya inosen.

"Benar-benar!" geram Sasuke lalu masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu tepat di depan wajah kakanya.

Blam!

Itachi shock, "Adik bodoh! Kau mau membuatku mati muda, heh!" gerutunya dari luar kamar Sasuke.

Sasuke bersender di pintunya, tersenyum sangat tipis. "Hn, terima kasih," ujarnya.

Dibalik pintu, Itachi tersenyum menatap pintu yang tertutup tersebut tersebut. "Semoga berhasil, Sasuke," ucapnya pelan memberi semangat, meski tahu adiknya tidak akan mendengar.

Dan malam itu, Sasuke menyiapkan rencananya untuk memulai misinya. Misi dari kepala sekolah berdada besar, dan misi pribadi tentunya.

.

.

Tsudzuku

.

.

Nyahaha… fic gaje untuk memeriahkan sasusaku fanday…

Bagaimana pendapat kalian? Mind to riview?