"Yang mana orangnya?"
Ino segera mengalihkan pandangan ke penjuru kantin, menunjukan seorang murid baru pada ketua OSIS, tak lain sahabatnya sendiri. "Disana." Ia menunjuk dengan dagu.
Lelaki berpakaian absurd tengah merokok di tengah-tengah meja kantin, padahal peraturan merokok sangat diketatkan disekolah ini, entah dia anak siapa, mungkin belum tau aturan, atau memang menantang peraturan sekolah karena beberapa teman seperti Naruto, dan Sai turut ikut merokok dipandangannya, yang jelas ini semua tidak bisa dibiarkan.
Sakura Haruno, maju beberapa langkah dengan pakaian jas dan pin OSIS yang sengaja ia pakai semakin menunjukan jika dia bukan siswi biasa disekolahnya. Ia menggebrak meja menatap penuh emosi kearah lelaki didepannya. Memang kerah baju siswa itu tidak sampai keatas berbeda dengan Naruto, namun dengan caranya menatap, caranya menempelkan rokok di bibir, sungguh membuat Sakura tertantang untuk sedikit memberi 'pengetahuan'.
Tangannya menarik rokok yang disematkan siswa itu diantara jari-jarinya. Tak peduli banyak orang menatapnya terkejut, Sakura menginjak-injak sampai rokok itu tidak berbentuk lagi. Senyuman puas terpampang diwajah cantiknya.
"Mau apa kau? Marah?" tantangnya.
Tidak ada jawaban dari siswa didepannya berbalik dengan Naruto yang siap mengeluarkan emosinya.
"Diam Naruto." Sahut Sai menengahi, mereka semua termasuk Sakura kini menunggu bagaimana respon satu lelaki diantara mereka bertiga.
Jika saja ia mengenakan name tag, Sakura tidak akan turun tangan seperti ini, mungkin dengan memberitahu Kakashi atau Ibiki sensei, semuanya akan berjalan lancar. Namun sayangnya tidak, siswa baru ini sama sekali tidak mengenakan atribut sekolah, terkecuali jas sekolah mereka.
Ia mengeluarkan rokok baru, setelah tangannya menagih sesuatu pada Sai. "Hn, aku ambil dua. Jika kau ingin satu." Ia berbicara datar, suara beratnya membuat telinga Sakura memanas.
"Sialan."
Rasa sebalnya memuncak ia segera menyeret tangan murid baru itu, tidak memedulikan teriakan Naruto yang memanggilnya dan pasang mata yang menatap mereka dengan berbagai ekspresi. Yang ada dalam otaknya kini, ia harus memberikan 'pengetahuan' dengan cara lain.
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
STORY BY HAYUMAA
Sasuke Uchiha & Sakura Haruno
Rated M for save
Drama & Romance
Typo, alur kecepatan, gaje, alur banyak kesamaan, mohon di hargai ya ...
BAGIAN 1
.
.
.
.
.
-o-
.
.
.
.
.
Ia berjalan dengan tangannya yang masih menggenggam siswa tadi, tidak ada perlawanan sama sekali yang didapatnya, seolah-olah ia memang menerima semua apa yang dilakukan Sakura.
"Berhenti disini." Potongnya, mereka berada di salah satu lorong sekolah yang menghubungkan dengan bangunan kelas baru yang setengah jadi. Mata Sakura segera mengarah pada kedua iris mata hitam pekat didepannya.
Sedikit menengadah tidak membuat hati Sakura ciut untuk memberikan pelajaran, ia tetap memandang seakan-akan mengatakan banyak kalimat dari sarat matanya.
"Kau – murid baru kan!?" tanyanya dan siswa itu menghela nafas tanpa menjawab atau sekadar menganggukan kepalanya. "Jawab aku!"
"Jika kau sudah tau, untuk apa kau tanyakan lagi?" balasnya singkat.
Sakura menggeram membuang muka mencoba untuk menstabilkan emosinya. Ia tidak akan segan menggampar lelaki dihadapannya jika ia terus menerus menyulut emosinya. "Berikan rokokmu!" sahut Sakura dengan nada memaksa.
"Sai yang menyimpannya." Lagi, jawaban singkat yang hanya didapatkan Sakura.
Sejenak ia menyibakan rambutnya kebelakang masih tidak habis pikir apa yang harus dilakukannya sekarang. "Dengar! Aku tidak suka kau merokok apalagi di area sekolah!"
"Aku tau."
"Kalau kau tau mengapa kau lakukan!?" oktaf suaranya naik, Sakura mulai kehilangan kendali untuk emosinya.
"Hn. Karena aku ingin."
Kepala merah mudanya ia geleng-geleng, baru kali ini dalam setahun ia menemukan murid baru seperti ini. Biasanya yang namanya murid baru pasti belum bisa beradaptasi dengan baik. Masih mempunyai rasa takut aturan, salah satunya. Berbalik dengan siswa ini.
"Y-ya kalau kau sudah tau, camkan ini! Aku – akan – mengawasi – mu – mulai – saat – ini!" ujar Sakura memajukan langkahnya hingga nyaris bagian dadanya menyentuh perut atas lelaki itu. "Aku tidak main-main!" tambahnya dan meninggalkan lorong sepi itu.
Wajahnya memanas marah saat kalimat yang dikeluarkan lelaki itu begitu tenang dan singkat, jangan remehkan karena ia seorang perempuan, karena begini juga Sakura sudah pernah belajar ilmu bela diri Taekwondo sejak ia masuk sekolah menengah pertama.
Ino menunggunya di ambang pintu kelas, Sakura dapat memastikan itu sahabatnya karena rambut kuning keputihan Ino yang menjadi ciri khasnya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum meminta Ino untuk sedikit menggeser posisinya.
"Bagaimana? Apakah lancar? Sudah kubilang –
"Sedikit." Potong Sakura.
Ino terkekeh pelan entah karena apa, "Sudah kubilang, itulah salah satunya mengapa ia dipindahkan ke sekolah ini. Memang, Konoha High Scool bukan sekolah rendahan, tapi apa daya jika dengan uang? Kau lihatkan, dia bergabung bersama Naruto, dan Sai. Bagaimana bisa anak biasa dapat berbaur dengan anak dari gubernur Konoha dan pemilik museum terkenal?" jelas Ino melanjutkan katanya.
Sakura diam, bukan merenungi ucapan Ino, ia malah mencari cara lain untuk membuat si murid baru tadi tidak lagi merokok disekolah dan membuat suasana kantin menjadi tidak asri.
"Kau mendengarku kan!?"
"Iya, tentu saja." Dustanya.
Baru dua hari kepindahannya, dan untuk hari pertama, pertemuan tidak mengenakan terjadi diantara keduanya. Pertama ketika Sakura memesan jus strowberry, lelaki itu dengan mengenakan baju basket datang menghampiri dan meminum jus nya kemudian pergi, jus Sakura, seorang ketua OSIS yang biasanya sangat disegani se entero sekolah.
"Seharusnya aku tidak memaafkan kelakuannya sejak awal." Desis Sakura menyangga wajah dengan kedua tangannya.
"Apa? Kejadian kemarin? Ya Tuhan bukankah itu menguntungkan!?" goda Ino dengan menaruh lengannya di bahu Sakura membuat gadis itu berjengit kaget, menatap nyalang, dan dari pancaran matanya seolah-olah ia siap membunuh Ino sekarang.
"Cih! Otakmu, Ino!"
"Lalu apa rencanamu saat ini? Jangan bilang kau memberikan toleransi!"
Sakura menggeleng cepat, "Tentu saja tidak. Tapi karena aku sudah memberi peringatan, mungkin untuk hari ini aku harus melihat dulu, apakah sikapnya berubah atau masih tetap sama!"
Ino mengangguk-angguk dengan bibirnya yang membentuk huruf O. "Jadi?"
"Rapat OSIS dibatalkan." Gumam Sakura menyeringai.
.
.
.
"Teme!" Naruto berlari kecil mendekat kearah sahabat kecilnya, mereka lebih dulu bersahabat sebelum bertemu Sai yang memang mereka berkenalan saat memasuki SMP. "Apa yang dikatakannya padamu?" tanya Naruto cepat.
Orang yang dipanggil Teme itu tidak menjawab apapun, ia berjalan dengan tenang di ikuti langkah Naruto yang menunggu jawabannya.
"Apapun yang dia katakan jangan dimasukan hati, dia memang salah satu gadis gila disekolah!" nasehat Naruto namun kali ini, ia menghentikan langkah menatap kearah Naruto datar dan membalikan badannya.
"Gila?" Naruto mengangguk cepat. "Hn. Menarik."
"M-menarik?" ia membeo sejenak, kemudian cengiran khas terpampang diwajahnya, ia berlari mengejar langkah sahabatnya yang baru saja pindah sekolah dihari kemarin.
Mereka berjalan beriringan, tidak mengacuhkan beberapa pasang mata gadis sekolah yang dengan sengaja curi-curi pandang di antara mereka. Biasanya, saat mereka sekolah dasar dulu atau saat Sasuke masih berada di Oto High School, jika ia berjalan terang-terangan melewati kelas, paling sedikit dua gadis per kelas yang dengan berani memberikan coklat, amplop, bahkan menyatakan rasanya secara terbuka.
Mungkin ini masih terlalu awal, dan gadis Konoha High School sekarang hanya bisa memandang dengan terpaut jarak atau bahkan sengaja mengabadikan gambar di ponsel untuk melihat wajah si murid baru.
"Menurutku, kau hebat Teme. Di hari pertamamu pindah dan masuk latihan basket kau sudah bisa diterima Kakashi-sensei sebagai salah satu anggota inti. Sulit, jika kau ingin tau." Ujar Naruto, dengan menarik kursinya.
"Hn. Itu karena ada kau, bodoh!"
Sai, ia hanya tersenyum membiarkan Naruto yang lebih sering mendominasi percakapan. Ia masih cukup sadar jika yang paling lama mengenal si murid baru ini adalah Naruto dibanding dengannya.
"Rokok?" tawar Sai akhirnya angkat suara, Naruto segera menerima begitupun si murid baru yang tidak mengenakan name tag di bagian kanan kemeja sekolah. Oh bahkan sekarang ia membuka jaketnya dan lebih memilih kemeja polos putih yang ia kenakan. Benar-benar menantang aturan sekolah.
Kelas XI-3 IPA di Konoha High School ini sering juga disebut-sebut sebagai IPS-3, karena banyak siswa yang hanya ingin tenar dengan segala cara dan lebih mengutamakan modis dibanding kecerdasan. Berbeda dengan anak IPA kebanyakan.
Pantas jika kelas ini mendapat gelar seperti itu, jika di lihat isi siswa kelasnya seperti Naruto, Sai, dan si murid baru yang menjadi pelengkap diantara mereka berdua yang selalu menjadi sorotan siswa sekolah.
.
.
.
"Sensei." Sakura mengacungkan tangannya ke udara, sekedar meminta ijin untuk ia bisa ke toilet. Untung saja Kurenai, jika bagian Ibiki sampai buang air dikelas pun bukan menjadi masalahnya, benar-benar disiplin atau terlalu ... tega?
Tanpa meminta tolong Ino seperti biasa, kali ini Sakura lebih memilih untuk berjalan sendirian menuju toilet yang ada di lantai bawah. Tangannya mengepal menahan agar ia tidak sampai melakukan hal memalukan.
Jangankan berlari menuruni tangga saja Sakura harus hati-hati, karena salah posisi akan menyebabkan ia kehilangan kendali untuk menahan buang air.
"Sialan!" ia mendesis tajam, matanya menangkap sesuatu menggemaskan didepannya. Dua orang siswa dan siswi yang tengah asik berciuman, bahkan di jam kelas yang masih berlangsung. Ingin rasanya Sakura membentak jika memang keadaannya tidak terhimpit seperti ini, hanya menggertak marah dan menatap tajam sebelum ia meninggalkan keduanya dengan berat hati. Jangan salah sangka, posisinya disini lebih tepatnya untuk mendidik rekan.
Ia sampai dengan penuh perjuangan dan mulai menyerbu satu pintu yang kosong. Syukurlah, karena biasanya toilet sekolah yang bersih ini selalu menjadi rebutan hampir semua siswi.
"Namanya Sasuke, aku tidak tau marganya, tapi Naruto-kun hanya mengatakan nama depannya saja. Kau tau bukan, aku bahkan rela jika harus menjadi 'mainan'nya saja. Dia terlalu kokoh!"
Samar-samar Sakura mendengarkan percakapan yang ia tebak siswi seangkatannya. Oh jadi mereka sedang membicarakan si murid baru menyebalkan yang menantangnya di area kantin sekolah. Sakura mendengus pelan, "Si brengsek itu – rupanya banyak juga yang suka."
Ia membuka slot pintu dan membuat kedua siswi tadi terlonjak kaget, mereka menatap bergantian antara kaca dan secara langsung kearah Sakura. "Kupikir kau tidak berada disini," sahut siswi itu tersenyum manis.
Sakura membalas senyuman manis itu dengan yang lebih manis sampai-sampai karena terlalu manis Sakura merasa gatal jika ia tidak memberikan sedikit 'pengetahuan' untuk kedua siswi yang memang dikenalnya.
"Dengar ... Sasuke yang kalian bicarakan itu, bukan lelaki yang baik. Okay, dia brengsek!" desis Sakura pelan, dan dengan sengaja meninggalkan keduanya dengan tatapan terkejut dan saling melempar pandangan penuh tanya.
Mungkin dua tugasnya hanya bersisa satu sekarang, ia harus kembali memastikan apakah siswa dan siswi yang berada disamping lorong sepi tadi masih ada atau sebaliknya, guru ada yang menyadari keberadaan mereka.
Langkahnya sedikit ia percepat, – tidak, Sakura bahkan berlari takut-takut ia terlambat untuk hal-hal yang tidak di inginkan.
BLUSH!
Bau rokok masuk di indera penciumannya saat Sakura tidak mau melihat hal yang berada didepannya. "Tidak baik kau melihat ini." Suara berat si murid baru menyeruak tepat disampingnya, mereka tidak jauh berjarak dengan kedua siswi yang sedang melakukan hubungan yang seharusnya suami-istri, disekolah.
Dadanya bergemuruh, ia merasa kehilangan harga diri meskipun ia sama sekali tidak melakukannya. Sakura sejenak menurunkan lengan lelaki itu, dan membiarkan asap rokok yang memasuki indera penciumannya, ada satu hal yang lebih penting dari rokok yang di hisap siswa tadi.
"Pakai pakaian kalian dengan benar! Sebelum aku membicarakan hal ini diruang Kesiswaan!" ancaman lebih lanjut Sakura lontarkan, matanya memanas dan nyaris menangis. Mengapa ia harus menyaksikan hal tidak senonoh ini diantara rekan satu angkatannya. Ia mengenal dengan baik siapa Shion dan Sasori, tapi mereka jauh di luar dugaannya. Sangat pemberani
Keduanya sama sekali tidak menyangka kehadiran Sakura diantara mereka, baik Shion maupun Sasori segera menuruni keinginan Sakura untuk cepat-cepat kembali berpakaian dengan rapi.
"Butuh bantuan?" asap rokok tidak lagi tercium dan Sakura menengok sesaat sebelum kembali memperhatikan kedua pasang siswa didepannya. Ia tidak perduli mereka malu atau tidak karena saat ini Sakura memandang keduanya secara terang-terangan, karena jujur ia yang melihatnya saja lebih malu dibanding mereka berdua yang tertangkap basah.
Sakura meninggalkan Sasuke, ya murid baru tadi di lorong dan lebih memilih menyeret kedua siswa yang mempunyai skandal serius ke ruang kesiswaan. Memang, bukan hanya satu atau dua kali isu siswi yang hamil bahkan oleh penjaga sekolah yang saat ini sudah tidak bekerja lagi.
"Ini terakhir kalinya kau melakukan perbuatan bejad disekolah." Tanpa sepengetahuan Sakura, Sasuke membisikan satu kalimat itu di telinga Sasori, sedangkan Sakura sendiri sudah lebih dulu meninggalkan mereka berdua dengan menyeret tangan Shion.
.
.
.
"Ada apa Sakura? Tidak biasanya kau datang menyeret siswa lain?" Ibiki menatap heran kearah gadis itu seakan-akan menyiratkan sesuatu dari matanya.
Sakura menarik nafas, ijin untuk duduk dan mencoba membuka pembicaraan yang memang sudah seharusnya ia laporkan.
"Untuk kedua teman saya ini sensei, mereka melakukan hal yang tidak sepatutnya disekolah. Dan dia, merokok di area sekolah."
Mata Sasori, Shion, termasuk Sasuke yang tidak kontras itu, membeliak terkejut dengan ucapan lancar nan singkat yang keluar dari bibirnya.
TBC
.
.
.
Hapus atau Lanjut?
