Love's Note

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre(s) : Romance, drama, hurt.

Rated : T dulu.

Warning :

OOC, cerita pasaran,

agak menye-menye sebenarnya.

typo(s), AU. Repost!

.

.

Present~

.

Hinata tahu, benar-benar tahu. Semua obrolan ringan yang kini tak berharga, intensitas pertemuan yang tak lagi seperti biasa, bahkan sepatah kata cinta tak punya andil apa-apa untuk sekedar mengulang kebahagiaan yang sama. Karena Hinata tahu, setiap hubungan selalu menemui titik temu.

Ini bukan kali pertama ia melamun di samping jendela, merenungi nasib percintaannya. Hinata hanya sama sekali tak menyangka jika sebuah hubungan yang diawali dengan cemoohan benar-benar mendapati akhir menyedihkan. Ia pikir, semenjak memaksa mengambil langkah penuh ketergesaan, ia akan mendapati akhir paling bahagia sedunia seperti yang dilakoni para pemeran drama. Tapi akhirnya ia tahu, semuanya memang sudah salah sejak awal. Sejak saat ia menginjakkan kaki di bangku perkuliahan untuk menemukan sepasang mata yang membuatnya terpana, ia telah salah mengambil langkah.

Hinata bukanlah seorang gadis dewasa, ia hanya anak-anak, dan selamanya akan begitu. Toh ia akan selalu berpikir kesalahan yang terjadi tak benar-benar berawal darinya, ia yakin tak pernah salah karena Gaara yang lebih dulu menggoda. Ia juga tak ingin menyesali keputusannya yang tiba-tiba saja masuk dalam berlembar-lembar kisah rumit, yang ada hanya keinginan untuk kembali lagi ke awal, dimana hubungannya dan pemuda jangkung itu baik-baik saja.

Karena sedikit banyak ia tahu, penyesalan hanya akan dilakukan oleh anak-anak, bukan perempuan berkepala dua sepertinya.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar di balik saku setelah sekian lama membisu, dan nyatanya Gaara-lah orang dibalik getaran ponsel itu. Hinata benar-benar ingin melompat dari kasur saking kagetnya.

Pengirim : Gaara

Aku benar benar benar merindukanmu.

Meski kalimat pemuda itu terasa seperti main-main, nyatanya Hinata tak pernah bisa menyembunyikan senyum merona. Pasalnya, ini kali pertama Gaara mengiriminya pesan semenjak tiga minggu lalu berangkat melaksanakan kuliah lapangan. Entah ini perasaannya saja atau bukan, hubungan yang telah berjalan satu tahun ini sangatlah sulit sekali lepas dari kebisuan sepanjang minggu.

Mungkin inilah resikonya berpacaran dengan kakak tingkat, perbedaan jadwal kuliah menjadi alasan hubungan kebanyakan orang hanya bisa berlangsung singkat. Meski berlembar-lembar pesan bisa dikirim kapan saja, nyatanya pertemuan yang diinginkan selalu tinggal keinginan belaka.

Tahun ini menjadi tahun ke-dua ia menjalani rutinitas sebagai mahasiswa jurusan sastra, ia berada di semester empat. Hinata menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal berbau perpisahan semenjak bahasanya makin mendayu-dayu.

Ya Tuhan, bahkan selama ini Hinata tak kunjung membeberkan siapa nama pasangannya pada orang-orang, karena kekasihnya tak mengijinkan. Oh ayolah, apa artinya sebuah hubungan jika tak pernah diceritakan ke publik, justru kian hari kian ditutupi.

"Katanya rindu, tapi bertemu saja tidak mau." Hinata membanting ponselnya di meja kelas. Sakura dan Ino bersiul-siul heboh.

"Sedih terus, ih." Sakura menyenggol bahu si gadis bernetra indigo.

"Siapa sih yang tega-teganya menyakiti gadis secantik dirimu, Hinata?" Giliran Ino menoel pipi si gadis paling muda diantara ketiganya.

Hinata menangkupkan wajahnya diatas meja, tak peduli cekikikan dua sahabat yang beberapa hari lalu sempat mendiamkannya hanya karena ia berakhir menjalin hubungan dengan pemuda tak menyenangkan semacam Gaara. Tapi tenang, yang namanya sahabat akan selalu kembali meski berkali-kali ada api yang menyulut emosi mereka, bukan? Fenna sendiri sebenarnya tak ambil pusing pada perasaan sahabat jika saat ini status hubungannya sendiri tengah berada di ujung tanduk, memaksa untuk lebih diperhatikan.

Hinata akui, ia menjadi orang paling sensitif tahun ini karena Gaara tak lagi berlaku manis seperti dulu. Ia tahu apa yang orang lain tak tahu tentang kekasihnya, seperti gerakan mata penuh kebohongan, atau gestur gelisah serta acapkali menggaruk hidung ketika mereka membicarakan sebuah agenda jalan-jalan akhir pekan. Gaara tak bisa lagi menuruti keinginannya. Inginnya bertanya mengapa komunikasinya dengan sang kekasih perlahan dehidrasi, tapi kesibukan Gaara tak membantu sama sekali.

Rumor tentang kehadiran mahasiswi baru yang begitu menuntut perhatian kekasihnya membuat Hinata mau tak mau harus memahami. Mungkin segala kekhawatirannya memang bukan tanpa sebab, bukan juga hanya kecemburuan tak beralasan seperti gadis-gadis belasan tahun pada masanya. Kini Hinata benar-benar tahu, mungkin sebuah perasaan bisa juga mencapai batas kadaluarsa.

Pengirim : Gaara

Kuliah lapangan ini membuatku selalu memikirkanmu, kuharap akhir bulan nanti kita bisa jalan-jalan seperti yang sudah kita rencanakan, okay?

Gaara akan selalu bicara seolah dirinya benar-benar mengharapkan sebuah pertemuan, walau pada praktiknya hanya omong kosong. Kalimat seperti 'Aku ada praktikum' akan selalu menjadi kebiasaan yang membuat rencana mereka gagal total. Selalu seperti itu, selalu Hinata yang menagih janji, tapi berakhir sedih sendiri.

Hubungan ini bukanlah hubungan yang baru terjalin satu atau dua minggu. tetapi sudah mendekati satu tahun. Tak mungkin juga Hinata terus menerus merengek meminta secuil perhatian, karena pertemuan yang nyaris tak pernah ada dalam satu minggu, membuatnya terbiasa. Hinata mulai terbiasa untuk kehilangan segala perhatian yang selalu ada saat hubungan mereka masih seperti dulu.

Tapi mengapa harus ada rumor orang lain masuk dalam hubungan mereka, dan mengapa Gaara harus menjauh seolah membetulkan semua rumor yang ada?

Untuk kesekian kali dalam hari ini, ponselnya bergetar tanpa bisa ia abaikan begitu saja. Pesan dari Sakura sebelumnya yang mengatakan ingin berkumpul di kedai kopi sudah sangat ia apresiasi karena sudah pasti mampu memperbaiki suasana hati, tapi yang satu ini benar-benar…

Pengirim : Penerbit

Selamat siang nona Hyuuga. Sesuai kesepakatan, malam ini adalah batas terakhir naskah anda dikirim. Jika lewat malam ini, kami tidak bisa membantu menerbitkan naskah anda.

Sedikit banyak Hinata melupakan naskah novel terbarunya, ia lupa jika penerbit tak hanya fokus pada naskahnya saja. Jika ia tak segera mengirimkan naskah, sudah pasti ada penulis lain yang akan menggantikan posisinya. Hanya karena namanya mulai dikenal, bukan berarti ia bisa seenak hati menabrak deadline. Di kehidupan serba modern seperti ini, sebagian besar hal membutuhkan perjanjian, butuh kontrak. Dan yang perlu orang-orang ketahui, setiap kontrak selalu memiliki batas waktu untuk berakhir. Sama seperti sebuah hubungan.

"Halo Sakura, aku tidak jadi ikut berkumpul dengan kalian. Malam ini naskahku diminta penerbit." Ia sempat menyesal karena hal sepenting naskah bisa ia lupakan sejak beberapa malam lalu hanya demi melamunkan satu pemuda.

"Oh begitu, ya sudah tak apa-apa. Lain kali saja, semangat ya!"

"Terima kasih Sakura!"

Sambungan telepon dimatikan, dan Hinata hanya bisa mendesah lelah memandangi naskah yang belum tersentuh sampai separuh. Mungkin ia harus mengkonfirmasi ulang pada penerbit untuk membatalkan kontrak saja, karena waktunya jauh lebih berharga untuk memandangi wallpaper ponsel yang menampilkan fotonya bersama Gaara disaat hubungan mereka masih baru saja bermula. Foto itu diambil dihari ulang tahunnya yang ke-20, ia sedang memegangi kue dan Gaara mengoleskan krim di pipinya. Ia ingat betul, kala itu mereka benar-benar bahagia saat menatap layar kamera.

Mungkin juga ini adalah kepingan kesalahannya di masa lalu bersama pemuda bernama lengkap Sabaku No Gaara, sesekali mengaku salah mungkin tak ada ruginya. Saat itu persepsi orang-orang tentang hubungannya tidak pernah memunculkan asumsi positif, mereka bilang Hinata tak seharusnya 'jalan' dengan sahabat dari orang yang ia suka.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Hinata menyukai seorang pemuda dari Sapporo, ia bahkan tak perlu waktu dua hari untuk mengetahui namanya. Inuzuka Kiba. Semua perasaannya menjadi bahan perbincangan teman satu angkatan ketika untuk pertama kalinya ia tanpa sengaja mendudukkan diri di taman kampus yang ternyata sedang menjadi tempat diskusi grup majalah mahasiswa.

Menyebalkan sekali memang mempunyai sahabat bermulut besar, terlebih tidak hanya satu. Tatapan matanya yang selalu jatuh pada pemuda tinggi di seberang kerumunan menjadikannya sebuah gosip yang menyebar.

Ino, dia menyebar fotonya yang tengah memandangi Kiba kepada seluruh kelas. Entah bagaimana caranya gadis populer bersurai pirang itu menyebarnya, tapi yang jelas semua orang mendadak tahu bahwa Hinata sedang jatuh cinta pada seorang kakak tingkat.

Beberapa hari berlalu sejak kata 'ciyee~' sering terlontar untuknya, tentu saja karena satu angkatan dibagi foto hina itu. Semua candaan mereda, dan Hinata pikir hidupnya bisa kembali seperti semula. Tak akan ada yang peduli pada setiap kisahnya jika tak ada ember bocor yang dengan sengaja mempublikasikan rahasia besarnya. Tapi ternyata ia salah, benar-benar salah total. Aneh ya, padahal orang-orang tak perlu peduli pada hubungan macam apa yang sedang ia jalani.

Tapi dalam beberapa kesempatan, Hinta pikir ia menjadi benar-benar salah karena memilih menjalin hubungan dengan teman dari seseorang yang sebenarnya jauh lebih ia suka. Cemoohan langsung bergulir bahkan sampai masuk ke telinganya sendiri.

"Kudengar Hinata sering gonta-ganti lelaki." Kalimat paling menyakitkan yang pernah ia dengar seumur hidup.

Popularitasnya sebagai penulis baru di kampus tidaklah mampu menyurutkan emosi orang-orang sama sekali. Ia dicap pembual, tulisannya tentang –seorang gadis lugu yang rela menunggu pangeran impian sukses di negeri orang, sampai akhirnya kembali dan menjalani cinta mereka lagi hingga berakhir menikah dan memiliki anak-anak menggemaskan– hanya dianggap bualan semata. Karena di dunia nyata, ia tak memiliki sifat seperti apa yang ditulisnya. Aneh ya, bukankah setiap penulis itu memang pembual? Kalau mereka tidak membual, bagaimana tulisan mereka bisa laku?

Semuanya sudah terlanjur, jika semua orang ingin tahu. Nasi sudah menjadi bubur, dan teman sudah berubah menjadi incaran. Memangnya siapa yang tahu jika takdir bertindak melawan semua perasaannya sendiri? Saat menyukai Kiba, ia bahkan telah jatuh dalam pesona pemuda itu terlalu dalam. Beberapa kali ia mencuri-curi pandang ke arah kakak tingkat yang masih satu jurusan dengannya itu, walau pada akhirnya ia jadi sakit sendiri karena tak mendapat lirikan balik.

Saat menaruh hati pada Kiba, ada satu hal yang ia tahu pasti. Kiba nampak tak tertarik untuk menoleh ke arahnya bahkan meski mereka pernah tanpa sengaja melakukan kontak mata satu kali yang terjadi jauh sebelum rahasianya merebak. Di titik ini, mungkin bukan salah Hinata jika ia merasa terhina kala harus mengejar-ngejar cinta yang tak pernah mengharapkannya datang, padahal ia bukanlah gadis paling hopeless sedunia.

Terkadang Hinata berpikir, perkataan orang-orang tentang laki-laki tampan yang selalu saja playboy tidak salah juga. Sekali waktu pasti ada saja diantara mereka yang mengedip nakal pada perempuan berwajah polos, untuk keesokan hari kencan dengan perempuan yang sangat hobi menggambar alis.

Huh, dasar playboy kampus.

Atau mungkin ini adalah peringatan baginya untuk tidak terus-menerus terjerumus pada pesona kucing garong.

.

Dalam kurun waktu yang tak bisa dibilang lama, nama Sabaku No Gaara mendapatkan seluruh perhatiannya, mengambil alih semua fokus dari Kiba.

Perlu semua orang ketahui, awal konversasinya dengan Gaara terjadi oleh sebuah ketidaksengajaan. Beberapa waktu lalu Hinata hanya tengah mendaftarkan diri untuk mengikuti seminar nasional, dan kebetulan Gaara merupakan salah satu panitia bagian pendaftaran. Itu adalah sebuah ketidaksengajaan ketika Gaara tiba-tiba mengajaknya bercanda hingga nyaris melupakan formulir pendaftarannya sendiri. Beberapa puluh menit terbuang, keduanya bahkan sampai lupa kapan tepatnya mereka memutuskan bertukar nomor ponsel untuk kemudian terjaga di malam hari, saling berkirim pesan dan mengobrolkan bermacam hal paling tak lucu sedunia, gombal.

Hari dimana gadis bersurai panjang sepunggung itu menceritakan kedekatannya dengan Gaara justru disambut wajah tak suka, tentunya oleh teman satu angkatan. Suatu kali ia ketahuan jalan-jalan dengan Gaara di pusat perbelanjaan Tokyo, Sakura mengancam tak akan mengijinkan Hinata menyentuh pintu rumahnya lagi.

Sudah Hinata katakan, hubungannya adalah sebuah kesalahan sejak awal. Hingga pada akhirnya, kesalahan selalu digentayangi hukuman. Obrolan tengah malam yang kini lenyap, tingkat pertemuan yang hanya mencapai level janji-janji tak pasti, dan semua kata cinta serta rindu yang terdengar seperti basa-basi mungkin adalah awal dari hukuman itu sendiri. Hukuman yang berjalan sebab ia begitu mudah berganti hati, dan kenyataan orang yang ia pilih adalah orang yang paling dekat dengan si pujaan hati membuatnya frustasi.

Pengirim : Gaara

Happy 1st anniversary, aku sangat merindukanmu

Semestinya, sesibuk apapun aktivitas mereka berdua di luar sana, harus selalu ada waktu untuk menghabiskan akhir pekan meski hanya satu bulan sekali saja. Lagi-lagi perkataan orang-orang terasa sangat benar ditelinganya, bahwa cinta bisa saja layu. Apabila cinta sudah mulai layu, mana bisa masing-masing dari mereka memaksa bertahan?

Jika Gaara adalah satu dari sekian banyak orang yang menganggap cinta bisa layu, lalu mengapa ia berjuang mati-matian untuk mendapatkan cinta gadis sepertinya? Hinata hanyalah satu dari sekian ratus ribu gadis pecinta buku yang membosankan, dan ia yakin pemuda semacam Gaara pasti bisa mencarinya dimana-mana.

"Apa aku boleh tinggal sementara dihatimu?" Kalimat Gaara di malam minggu ketiga mereka berjalan bersama, di sebuah toko kue kecil dekat pusat kota.

Hinata mengangguk ragu. "Mungkin kita bisa jalani pelan-pelan."

Gaara harusnya tak perlu memperjuangkan cinta hingga mencapai angka 1 tahun bila pada akhirnya ia sudah tahu, cinta mereka cepat atau lambat pasti akan menemui titik temu, akan layu.

.

Note to Love : Jika sejak awal tidak ada yang salah, mungkin hubungan kita tidak akan menjadi seaneh ini, iya kan?

~TBC~

.

Hai, Waan Mew comeback dari hiatus. Maaf ya cerita berjudul 'what is love for you' kuhapus karena acak adul, maaf banget, saya bukan bermaksud tidak menghargai review kalian. Ada beberapa alasan juga mengapa ff itu dihapus. Setelah saya perbaiki dan agak nyesek karena 'ditolak penerbit' /heuheu/ akhirnya saya sudah menemukan judul yang tepat untuk ff ini. Jadi ya, ini hanya repost dari what is love for you, akan tetapi dengan alur yang berbeda. Semoga berkenan.

Saya selalu mengharapkan apresiasi dari setiap pembaca, jadi saya mohon dengan sangat setelah membaca, entah itu kalian tidak suka ataupun suka banget atau malah pengen muntah karena ff ini menye-menye, silahkan menuliskan segelintir review. Kenapa? Karena saya ingin apresiasi dari kalian, saya sedang belajar di sini, saya belajar menjadi penulis yang baik agar suatu saat tulisan saya bisa diterima penerbit. Btw, sakit juga ditolak ya. :") Oleh karena itu review dari pembaca juga berpengaruh pada perbaikan tulisan saya nantinya. Dan alasan lain saya mengharapkan review adalah karena banyak sekali ghost reader di sini, heuheu. Saya lihat lumayan banyak juga yang mengunjungi ff saya, tapi mungkin masih males buat review. Jangan males malesan lagi yak. Hehe.

Pengen curhat sebenarnya, tapi mungkin lain kali saja. Wkwk. Ya sudahlah, selamat membaca saja, semoga yang review selalu dimudahkan segala urusannya. Aamiin. Author mau balik nugas dulu. :")

P.S : Versi asli dari cerita ini sudah selesai, jadi jangan request macem macem, wkwk. :D

Salam manis,

Waan Mew