Disclaimer: Captain Tsubasa belongs to Yoichi Takahashi

I Believe We'll Meet Again

Udara pagi hari ini sangat dingin. Walaupun musim semi telah terbentang di depan mat namun, udara penghujung musin dingin masih sangat menusuk tulangku. Pukul 04.00, mataku masih belum dapat terlelap. Hari ini dia akan pergi, Italia adalah tempat dimana ia akan merintis mimpinya. Dadaku sesak, aku hanya bisa melihatnay lewat televise sejak pertemuanku di Pelatihak Softball Karuizawa setengah tahun yang lalu.

Kakiku melangkah dari ranjang tempat tidurku. Kuputuskan mengambil syal dan baju hangat yang tersimpan di lemari. Aku membawa sedikit uan yang tersimpan di saku celana panjangku. Ku ikat rambut pendekku dengan ikat rambut pemberian orang itu. Aku berlari melawan udara digin dan gelapnya langit. Aku menuju kuil sichifukujin yang berada 3 km dari rumahku. Aku harus berdoa, berdoa untuk semua hal, untuk dirinya, diriku dan untuk kami berdua. Aku masukan jimat yang aku dapat dari kuil ke dalam kantong rajut bermotif laki-laki berseragam juventus dengan rambut dikuncir ke belakang.

Keluar dari kuil, aku berlari 5 km menuju stasiun shinkansen osaka. Aku melihat jam tanganku, sudah pukul 06.00. aku bergegas berlari, nafasku terengah-engah. Udara dingin telah telah terhapus dari sekelilingku. Sampai di stasiun, aku membeli tiket tujuan stasiun tokyo. Stasiun terdekat dari bandara Narita.

Setengah jam, ku habiskan waktu dengan duduk termenung. Shinkansen yang penuh sesak tidak mampu menyadarkan lamunanku. Aku takut dan resah. Ku lihatberkali-kali jam tanganku namun, waktu tak kunjung berlari cepat, secepat detak jantungku.

Aku berlari di teras bandara Narita. Ku lihat ratusan gadis sebaya denganku berkerumun membawa poster orang itu sambil berteriak memanggil namanya. Aku menyelusup ke dalam kerumunan ratusan gadis itu hingga tubuhku terjepit , sulit untuk bergerak. Tubuhku yang pendek, membuatku sulit untuk melihatnya. Ketika waktu dan harapnku seakan berhenti. Sesosok laki-laki tinggi tegap berkulit gelap membelah kerumunan dan berjalan pelan ke arahku.

" Hey….! Kau datang…?" sapa laki-laki itu padaku. Mulutku terkunci tidak mampu membalas sapaanya.

Dia mengangkat tangannya, meraih kepalaku dan melepaskan ikat rambut dari rambut pendekku. Dia mengusap kepalaku dan membuat rambutku berantakkan. Laki-laki yang telah lama aku rindukan tiba-tiba terlihat tersenyum dibalik wajah garangnya. Senyum itu sngat simpul namun mampu menggerakkan waktu dan membuat teriakkan gadis-gadis disekelilingku semakin keras.

" Hyuga..!" aku membuka mulutku. Ku tarik tangannya, dank u letakkan kantong rajutan berisi jimat di tangan lebarnya. Dia menarik tubuhku hingga mata kami saling bertemu.

"I BELIEVE, WE'LL METT AGAIN" kata terakhir yang ku dengar lirih dari bibirnya.

TAMAT

Teman, ini cerita pertamaku, kalau jelek saya minta maaf ya... mohon review nya ya!