Russian Fairry
.
.
.
.
Yuri on Ice belon Mitsuro kubo, MAPPA, Tadashi Hiramatsu
.
.
.
.
Yuri Plisetsky
Otabek Altin
.
.
.
.
Drama, friendship,litle bit romance
.
.
.
.
WARNING!!! TYPO, OOC, BL, DLDR!!!
.
.
.
.
happy reading
.
.
.
o0o
.
.
Mata sehitam onyx itu tidak dapat lepas dari sosok ramping berambut pirang, remaja berusia lima belas tahun itu terlihat sangat cantik dengan pantulan cahaya matahari dari jendela kafe. Membuat rambut pirang sebahunya berkilauan seperti emas. Otabek Altin tidak pernah bisa memalingkan pandangannya dari peri kecil yang sedang merengut karena kesal pada dua orang pria yang sedang duduk di hadapannya.
"Kenapa kau mengajak babi gendut ini eh Pak tua?" Si pirang berteriak menunjuk Pria dengan kaca mata berbingkai biru.
"Yuri kau tidak boleh berteriak, kau mengganggu pengunjung lain." Pria berambut abu abu yang terlihat paling dewasa menginggatkan remaja pirang yang terlihat kesal. "Lagi pula Yuuri adalah tunanganku."
Yuri Plisetsky hanya bisa menganga terkejut melihat Pria yang duduk di hadapannya mengangkat tangan Yuuri dan memperlihatkan cincin di jari manis mereka.
"Kami akan segera menikah." Ujarnya dengan senyum lebar yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh di mata Yuri.
"Viktor." Yuuri memanggil Viktor dengan lembut dan malu malu. Yuri yang melihat tingkah Yuuri menatap pria dengan kaca mata itu tajam, membuat si pria terkejut dan sedikit takut pada remaja dengan temperamen buruk dihadapannya, ia segera menarik tangannya yang sedang di genggam Viktor.
Yuri tidak begitu menyukai pria yg menjadi kekasih kakak tirinya itu mengingat pria yang berasal dari jepang itu telah merebut semua perhatian kakaknya, dan yang membuatnya semakin kesal adalah karena nama mereka sama sehingga dengan konyolnya sang kakak memanggilnya Yurio. Meskipun ia menolak dan marah nyatanya mereka tetap memanggilnya seperti itu.
Melipat tangan dan menggembungkan pipi sudah menjadi kebiasan Yuri saat ia sedang merajuk membuatnya terlihat imut. Tanpa ia sadari sepasang mata terus mengawasinya dari balik lensa kamera.
"Kau boleh berkencan dengan siapapun tapi tidak dengan babi gendut ini, memangnya..."
"Yuri." Dengan datar Viktor menyebut nama adik tirinya, sebuah senyuman berbanding terbalik dengan aura gelap yang menguar dari tubuhnya.
"Cih." Yuri memalingkan wajahnya ia tau kakak tirinya tidak suka jika ia memanggil si gendut Katsuki Yuuri dengan sebutan babi gendut.
"Lihatlah Yurio, Yurri sudah menurunkan berat badannya sepuluh kilo." Dengan bangga ia memberitahu adik tirinya.
"Cih, memangnya aku peduli." Yuri tidak menghiraukan kakaknya dan lebih memilih membaca buku menu.
Entah mengapa Yuri merasa tidak nyaman seperti ada seseorang yang sedang mengawasinya. Ia menoleh ke arah kanan dan mendapatai seorang pemuda yang terlihat lebih tua darinya itu tengah menatapnya dengan intens, ia sempat terpesona pada manik sehitam onyx yang seolah menghisapny. Namun sedetik kemudian ia tersadar dan menatap tajam sang pemuda. Pemuda itu menyeringai membuat Yuri terkejut dan memalingkan wajah dan mempoutkan bibirnya.
"Apa-apaan dia itu. Dasar orang aneh." Yuri bermonolog kesal.
Awalnya ia ingin meminta kakak tirinya mengantarnya pulang tapi pria itu mengatakan ia ingin makan "katsudon" dengan terpaksa ia berjalan menuju halte bis sendirian. Dan jarak halte dan kafe tempat ia bertemu kakaknya cukup jauh, kalau saja Kakek Yakov tidak sibuk ia akan meminta sang Kakek untuk menjemputnya. Yuri terus mengomel sepanjang perjalanan hingga sebuah motor berhenti di sampingnya.
"Naiklah." Pemuda di atas motor mengulurkan sebuah helem.
"Kau siapa?" Yurio penasaran dengan pemuda di atas motor itu. "Otabek." Yuri terkejut saat sang pemuda membuka kaca helemnya.
Otabek Altin pemuda yang ia lihat di kafe tadi saat ini terlihat seperti seorang Pangeran berkuda putih yang menyelamatkannya dari penyihir. Tunggu apa yang baru saja ia pikirkan tentang pemuda misterius yang tinggal di sebelah rumahnya sejak sebulan yang lalu itu. Yuri menggelengkan kepalanya konyol.
"Kau ingin naik tidak?"
"Ya aku mau." Yuri meraih helem dari genggaman tangan Otabek dan duduk di belakang pemuda itu.
Tidak banyak yang ia tahu tentang pemuda yang duduk di depannya ini. Yang ia tahu pemuda ini tiga tahun lebih tua darinya dan sekarang ia adalah seorang mahasiswa. Pertemuan pertama mereka adalah saat keluarga Altin mengundang keluarganya dan beberapa tetangga lainya untuk pesta barbeque di rumahnya sebagai perkenalan sebagai warga baru di tempat itu.
"Hei kita mau kemana?" Yuri heran saat jalan yang mereka lalui bukanlah arah ke rumahnya.
"Hn, kau akan tahu nanti." Otabek menaikan kecepatan motornya membuat Yuri terkejut dan memeluk pinggangnya.
"Apa yang kau lakukan Otabek bodoh." Yuri berteriak dan dilanjutkan dengan mengomel setelahnya.
Otabek hanya tersenyum di balik kaca helemnya, ia tau remaja yang sedang memeluk pinggangnya tengah kesal karena itu ia mencoba mengembalikan mood si pirang agar menjadi baik kembali.
Suara ombak menyapa indra pendengar Yuri, netranya yang sewarna langit memandang takjub laut yang terhampar di hadapannya.
"Kenapa kau membawaku ke sini eh Otabek?." Yuri menatap jauh ke arah lautan yang seolah tidak berujung dan terlihat menyatu dengan langit.
Tidak ada jawaban dari pemuda berambut hitam yang berdiri di sebelahnya, hanya desau angin dan deru ombak yang Yuri dengar. Remaja bermata biru itu memalingkan wajahnya memastikan jika orang yang tadi datang bersamanya masih ada di sampingnya. Ia terkejut karena mendapati Otabek tengah menatapnya membuat jantungnya berdebar dan segera mengalihkan pandangannya.
"Ada apa sebenarnya dengan orang ini? Kenapa ia suka sekali menatapku seperti itu." Guman Yuri dalam hati, meski ia tidak melihat secara langsung tapi ia dapat merasakan jika Otabek masih menatapnya.
"Dulu aku pernah datang kemari untuk liburan musim panas." Otabek memulai percakapan setelah puas menatap wajah Yuri yang berubah ubah dari kesal menjadi kagum lalu kembali kesal terlihat sangat imut dan menggemaskan.
"Eh?." Yuri tidak menyangka pemuda pendiam itu akan berbicara.
"Itu pertama kalinya aku bertemu dengan mu di pantai ini."
"Benarkah? Aku tidak ingat pernah bertemu dengan mu." Yuri tampak berfikir mencoba mengingat kapan ia pernah bertemu pemuda asal Kazakhstan ini.
"Kau sibuk menempel dengan victor mana mungkin ingat."
Yuri merengut kesal setiap kali mengingat nama Kakak tirinya. Dulu Kakaknya sering mengajaknya pergi ke pantai setiap kali ia merasa kesal mengingat dirinya sulit berteman dengan orang lain dan kepindahannya dari Moscow ke St. Petersburg membuatnya sedikit tertekan. Karena itu ia selalu menempel pada Victor yang terlihat sangat keren di matanya.
"Ayo pulang, aku tidak ingin Mr. Yakov hawatir karena peri kecilnya menghilang." Otabek terkekeh melihat wajah trigered Yuri. Dan remaja pirang itu menggerutu di belakang pemuda berambut hitam.
.
.
.
o0o
.
.
.
Victor sedang berdiri di balkon rumahnya dan memandang cincin di jar manisnya ia tersenyum mengingat hubungannya dan Yuuri telah diterima oleh Kakeknya.
Duk! Duk! Duk!
"Kenapa kau terlihat begitu senang bersama babi gendut itu?" Yuri menendang nendang punggung Victor. "Kau pergi dari rumah hanya untuk bersama pria gendut itu. Jangan pernah kembali ke rumah ini dasar pak tua bodoh."
"Kenapa Yuri? Apa kau cemburu?" Victor mencengkeram rahang Yuri lembut dan mendekatkan wajahnya pada wajah imut adiknya.
"Tch! Untuk apa aku cemburu. Mati saja kau Kakek tua." Yuri menaikan nada suaranya satu oktaf yang di tanggapi kekehan ringan dari Victor. "Lepaskan aku Kakek tua!"
Chu~
Sebuah kecupan mendarat di bibir Yuri yang sedang mengerucut karena kesal. Ia memundurkan tubuhnya hingga menabrak dinding dan menatap shock Kakak tirinya yang tersenyum lebar karena terhibur dengan ekspresi adiknya. Mulut Yuri terbuka cukup lebar dengan mata bulatnya yang melebar membuatnya terlihat menggemaskan.
Victor mengerti perasaan adik tirinya itu, orang tuanya mengalami kecelakaan saat ia berusia lima tahun dan ia tinggal bersama Kakek dari Ayahnya dan saat ia berusia delapan tahun Kakeknya sakit keras karena itu Victor membawanya ke St. Petersburg karena mereka lahir dari rahim yang sama. Sejak ia datang kemari hanya dirinya yang Yuri percayai, dia tidak memiliki teman mungkin karena temperamennya yang buruk dan Yuri lebih suka menyendiri karena itu adiknya datang ke jepang untuk menyusulnya dan memintanya pulang. Tapi ia menolaknya dan memilih untuk bersama Yuuri Katsuki pria yang ia cintai meskipun Kakeknya Yakov tidak merestui hubungan mereka. Jika saja ia tidak meninggalkannya mungkin Yuri tidak akan membenci tunangannya itu.
"Yuratchka!" Suara Neneknya yang tegas menyadarkannya. Ia menatap tajam Victor yang masih tersenyum dengan wajah bodoh.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Lilia berdiri tidak jauh dari mereka menatap heran pada Yuri yang sedang menatap Kakaknya seolah ingin membunuh pria yang dua belas tahun lebih tua darinya.
"Kami sedang melepas rindu." Victor menjawab pertanyaan Neneknya.
"Yuratchka, aku sudah mendapatkan guru les untukmu. Kau akan mulai belajar hari ini."
"Aku tidak mau, aku tidak butuh guru les." Yuri melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya dari sang Nenek. Ia sedang merajuk agar tidak perlu belajar.
"Nilai mu turun sejak kau pergi menyusul Kakak mu ke Jepang. Kalau kau seperti ini terus kau bisa tidak naik kelas." Lilia menatap Victor seolah menyadarkan pria itu jika semua yang terjadi pada Yuri adalah salahnya. Pemuda berambut abu-abu itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan canggung.
Yuri mengikuti Neneknya di ruang tamu ia melihat pemuda berambut hitam dengan alis yang sedikit aneh menurutnya sedang duduk dan mengobrol dengan Kakeknya. Dari sekian banyak orang di Rusia kenapa harus pemuda itu yang menjadi guru lesnya.
"Yuratchka mulai hari ini Otabek akan menjadi guru les mu." Yakov memberi tahunya setelah ia duduk di sebelah Otabek. "Aku harap semua nilai mu membaik setelah ini."
"Aku tidak butuh guru les, aku bisa belajar sendiri." Yuri kembali memasang pose angkuh andalannya ia menatap sinis pemuda yang kemarin memanggilnya peri kecil, melihat wajah datar Otabek membuat Yuri semakin kesal.
"Wah sayang sekali padahal aku baru saja membuat phirozhki untuk cemilan tapi sepertinya Yuri tidak mau." Lilia beranjak dari ruang tamu.
Telinga Yuri berkedut mendengar perkataan neneknya, mata bulatnya terlihat berkilauan dan ada sedikit liur yang menetes dari ujung bibirnya. Otabek terkejut melihat ekspresi Yuri saat ia mendengar phirozhki keluar dari mulut Neneknya ia terlihat seperti anak kucing yang kelaparan.
"Nenek bawakan cemilannya kekamar ku!" Yuri menyeret Otabek menaiki tangga. "Ayo belajar di kamar ku saja."
Mungkin Yuri adalah orang paling keras kepala tapi ia tetaplah remaja manja yang kekanakan yang sangat mudah di bujuk. Lilia tersenyum mendengar teriakan Cucunya, ia dan Yakov tidak pernah membedakan kasih sayang yang mereka berikan antara Victor dan Yuri meski mereka tidak memiliki hubungan darah bahkan Lilia lebih menyayangi Yuri karena remaja pirang itu terlihat seperti Victor saat masih kecil. Perbedaan usia mereka yang cukup jauh membuat Yakov dan Lilia seolah mendapatkan pengganti Victor.
"Yuri mungkin kau tidak suka mendapatkan guru les, karena itu ayo kita berteman dan aku akan mengajari mu sebagai teman." Otabek mengulurkan tangannya.
Yuri menatap tangan Otabek selama ini tidak pernah ada orang yang mengajaknya berteman, Otabek akan jadi teman pertamanya karena Victor tidak masuk kedalam hitungan teman.
Otabek tersenyum saat sebuah tangan yang ramping menjabat tangannya, pemuda pirang itu juga tersenyum manis. Otabek tidak pernah menyangka ia akan kembali melihat senyuman peri dari remaja pirang dihadapannya, ia merasakan jantungnya berdebar kencang.
"Baiklah kita berteman, ayo kita belajar." Yuri berseru semangat, saat di sekolah ia sering melihat teman temannya membuat kelompok dan belajar bersama di rumah mereka tapi ia tidak punya teman karena itu ia tidak tau rasanya belajar bersama meskipun Victor mengajarinya di rumah tapi ia tau itu berbeda.
Lilia melihat Yuri sedang mengerjakan seseuatu di buku dan terkadang remaja itu akan tertwa mendengar penjelasan Otabek. Wanita tua itu merasa bahagia karena bisa melihat Yuri kembali tertawa.
"Yuri, aku membawakan phirozhki." Lilia meletakan nampan berisi phirozkhi dan dua gelas jus di lantai.
"Terimakasih Nenek." Yuri langsung meraih satu phirozhki dan menggigitnya, matanya berbinar ketika mulutnya mengunyah makanan.
"Pastikan kau belajar dengan baik." Lilia mengelus lembut kepala Yuri.
Yuri hanya menganggukan kepalanya dan kembali sibuk dengan phirozhkinya, bahkan ia tidak peduli pada Otabek yang sedang memperhatikannya.
"Otabek kau harus mencoba phirozhki buatan Nenek ku rasanya sangat enak." Yuri mengacungkan ibu jarinya ke arah Otabek.
Pemuda berambut hitam itu menarik tangan kiri Yuri yang sedang memegang phirozhki, dan hup ia menggigit setengah roti berisi daging milik remaja pirang yang tampak terkejut dengan perbuatan teman barunya.
"Kenapa kau memakan milikku?" Wajah trigered Yuri menjadi hiburan tersendiri bagi Otabek.
"Kau tidak boleh pelit pada teman mu Yuri." Otabek terkekeh.
Yuri memasukan sisa phirozkhi di tangannya kedalam mulutnya hingga kedua pipinya nenggembung karena penuh phirozhki. Ia hawatir jika nanti Otabek akan menggigitnya lagi. Yuri tidak rela jika pemuda itu menggigit miliknya meskipun di piring masih ada banyak phirozhki untuk mereka berdua. Yuri melihat pemuda Kazakhstan itu mencondongkan tubuhnya tangannya terulur menyentuh sudut bibirnya yang penuh dengan remahan.
"Kalau kau makan seperti itu kau bisa mengotori buku pelajaran mu." Otabek tersenyum membuat Yuri berdebar. Remaja itu merasakan wajahnya memanas."Kau cantik."
Yuri menatap tajam Otabek. "Aku ini laki-laki dan aku tampan. Dasar bodoh!." Rona merah masih menghiasi wajah Yuri.
Otabek semakin tertawa melihat tingkah Yuri. Mungkin selama ini ia selalu bertingkah garang seperti harimau tapi ia sebenarnya hanyalah kucing tomboy menggemaskan.
"Berhenti menertawakan ku Otabek bodoh." Yuri menarik kerah baju Otabek hingga wajah mereka berdekatan. Pemuda di hadapannya menyeringai dan ia mersakan kepalanya terdorong hingga semakin dekat dengan wajah Otabek dan pemuda berambut hitam itu menangkap bibirnya melumat lembut membuat Yuri terkejut dan tak dapat berbuat apa apa.
"Kau milik ku. My Russian fairry." Otabek membelai lembut pipi Yuri dan kembali mencium remaja pirang yang kini merona hebat bahkan ia dapat mendengar debaran jantung Yuri.
"Otabek." Yuri memanggil lirih pemuda yang kini memeluknya. "Aku pernah melihat Vitya mencium babi gendut seperti yang kau lakukan dan Vitya mengatakan pada ku kalau aku tidak boleh melakukannya sebelum tujuh belas tahun."
Otabek tertawa geli, ia lupa jika orang ia sukai adalah remaja lima belas tahun yang polos dan lugu. Dan ia tidak tau jika ternyata Victor sangat protektif terhadap adik semata wayangnya.
.
.
.
END
.
.
.
OtaYuri pertama q, awalnya cuma suka baca ff OtaYuri tapi karena sedikit banget jadi coba coba bikin sendiri. Semoga bisa di terima sama OtaYuri shipper.
#kibarin bendera OtaYuri
.
.
.
.
Omake
Hal yang paling menyenangkan dilakukan saat musim panas adalah berenang di laut, setidaknya itu yang ada dalam fikiran Otabek. Ia baru saja sampai beberapa jam yang lalu bersama orang tuanya untuk liburan tapi kedua orang tuanya memilih untuk beristirahat karena itu remaja lima belas tahun itu memilih pergi ke pantai terdekat mengandalkan google map.
Siang itu pantai tidak terlalu ramai, ia melihat seorang anak dengan rambut pirang dan berwajah cantik yang sedang bermain bersama seekor anjing dan pemuda yang terlihat lebih dewasa.
"Vitya aku ingin minum."
"Minumanmu akan segera datang princess." Pemuda yang di panggil Vitya membungkuk seperti seorang butler.
"Aku laki-laki dasar Pak tua bodoh." Anak berambut pirang menggembungkan pipinya.
Otabek terkejut dia pikir anak itu perempuan mengingat wajahnya yang mungil dan mata bulat berwarna biru kehijauan. Sadar jika ada yang memperhatikan anak itu menoleh ke arah Otabek dan memelototinya.
"Apa?" Tidak mendapat respon dari remaja berambut hitam di hadapannya Yuri menarik kelopak bawah matanya dengan jari telunjuk dan menjulurkan lidah. "Dasar orang aneh."
"Yuri! Aku membeli pirozhki untukmu." Viktor mengangkat sebuah kantung kertas yang ia bawa.
Otabek terus memperhatikan Yuri yang berlari kearah Viktor dan merebut kantung kertas yang ia bawa, dan langsung menggigit pai isi kubis dan telur itu. Ia tersenyum mersakan sensasi nikmat di dalam mulutnya. Pemuda berambut hitam itu menyentuh dadanya yang berdebar kencang saat melihat senyum peri si pirang.
"My Russian fairry." Otabek tersenyum dan meninggalkan pantai. Ia berharap besok akan kembali bertemu dengan peri kecilnya tapi nyatanya ia tidak pernah melihat Yuri lagi hingga liburannya berakhir.
.
o0o
.
.
.
Thanks for reading.
RnR please!!
With love,
Ritsu
