Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
Dewdropper
[ A young unemployed man who sleeps all day ]
"Apa yang kau inginkan untuk makan malam nanti Sasuke?" Naruto bertanya dari atas kasur pada pria berkulit pucat yang sejak tadi berdiri menghadap cermin dengan tangan mengenggam erat dasi. Wajah si pria yang biasanya selalu tampak tampan, kini terlihat sedikit kusut dengan kerutan di tengah dahi juga kantung mata yang menghitam. "Ichiraku Ramen? atau mungkin ramen instan? Oh– kau harus coba kedai ramen baru di–"
"Menu lain?" potong si Uchiha. Mendengar kata ramen saja sudah membuatnya perutnya mual, bagaimana mungkin dia bisa memakan makanan berkuah itu selayaknya makanan normal yang dikonsumsi tiap harinya?
"Sayangnya tidak ada." Naruto tertawa. Dia bangkit dari atas kasur untuk memeluk tubuh Sasuke dari arah belakang. Menghirup aroma mint khas dari pria itu sebelum bibirnya bergerak untuk mengecup leher jenjangnya, dan membuat sang empunya mendesah tertahan.
"Hentikan," tolak Sasuke mendorong tubuh Naruto menjauh darinya. "Tidak hari ini Dobe, ada beberapa hal penting yang ingin kubicarakan denganmu."
"Jangan terlalu serius, kau membuatku takut." Naruto tersenyum. Dia melepas pelukannya, beralih mengenggam tangan pria itu yang bersuhu dingin. "Katakan padaku hal apa yang ingin kau bicarakan direktur?"
Sasuke melempar dasi yang berada dalam genggaman tanga ke sembarang arah. Dia duduk di tepi kasur di ikuti Naruto di sebelahnya.
"Itachi pindah ke Suna untuk menggantikan posisi ayah mulai besok, dan itu berarti aku harus mengambil posisinya," ujar Sasuke diringi hela napas berat.
"Itu kabar bagus, kenapa kau terlihat tidak senang?" Naruto menaikkan segaris alisnya tidak paham.
"2 posisi sekaligus? Posisiku dan posisi milik Itachi? Naruto, itu terlalu berlebihan," lanjut Sasuke menatap kesal. Dia kembali menghela napas lalu terdiam sesaat sebelum bangkit dari atas kasur. "Kau tidak bisa membantuku?"
"Maksudmu bekerja denganmu?" Naruto balik bertanya, sebenarnya dia sudah tahu sejak awal, hanya saja berpura-pura paham akan jauh lebih menyenangkan.
"Posisi itachi akan menjadi milikmu, aku tidak membutuhkannya." Sasuke berbalik menatap Naruto. "Semua hal yang dimiliki Itachi kau bisa dapatkan, itu semua akan jadi milikmu jika kau mengambil posisinya."
Naruto memamerkan senyum tipis. "Tentu saja aku ingin membantu, tapi kau tahu? Aku tidak bisa memilih keduanya, dan mungkin waktuku kita bersama akan berkurang."
"Apa maksudmu?" ujar Sasuke tidak paham.
"Aku tahu seperti apa pekerjaan Itachi, Sasuke." Perlahan Naruto bangkit dari atas kasur, melangkah menghampiri Sasuke, menepuk bahu pria itu. "Jabatannya, kesibukannya, dan kurasa itu tidak adil jika aku harus memilih antara kau dan pekerjaan."
Sasuke menatap Naruto tidak suka.
"Aku harus bertanggung jawab, untuk memastikan semuanya baik-baik saja, bukan? Jika mengambil posisi milik Ita—"
"Lupakan saja," potong Sasuke cepat memunggungi Naruto. "Aku akan mencari orang lain, atau aku akan mengambil kedua posisi itu."
"Kau yakin?" Seringai tipis menghiasi bibir Naruto saat dia mendekap tubuh Sasuke dari arah belakang. "Kau akan kelelahan dan aku tidak suka melihatmu bertambah kurus, kau sudah kehilangan banyak berat badan bukan? Sejak ayahmu memutuskan untuk memindahkan Itachi ke Suna."
"Kubilang lupakan saja!"
Naruto menyeringai puas. Dia mengecup bahu Sasuke lalu berbisik pelan. "Maaf."
"Aku yang seharusnya minta maaf, tidak seharusnya aku meminta bantuanmu seperti ini," ucap Sasuke merasa bersalah.
"Tidak masalah," sahut Naruto.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Sasuke berbalik menghadap Naruto. Kedua matanya menatap iba.
"Hm? Aku tidak menginginkan apa pun." Geleng Naruto pelan, mengeratkan dekapannya.
"Tidak perlu berbohong, katakan padaku apa yang kau inginkan," ucap Sasuke yang terdengar seperti sebuah perintah.
Naruto diam. Menoleh ke sisi kiri dan kanan, terlihat berpikir sebelum membuka mulutnya. "Jam tangan baru sepertinya menyenangkan."
"Hn," sahut Sasuke bergumam. "Aku akan membelikannya untukmu," lanjutnya lagi mengalungkan kedua lengan di leher si pirang dengan senyum lembut. "Aku mencintaimu Naruto."
"Aku juga mencintaimu Sasuke. Sangat mencintaimu."
Naruto tidak pernah merasa jika dia menjalani hari-harinya sebagai seorang pemalas. Itu adalah hal yang dianggapnya sangat wajar jika pria berusia 24 tahun sepertinya lebih memilih untuk bersantai dibandingkan bekerja susah payah dengan hasil yang tidak sebanding. lagi pula, kekasihnya yang kaya itu selalu memenuhi semua keinginannya.
Mendapatkan cinta dan uang secara bersamaan. Bukankah itu hal yang sangat menyenangkan?
.
End
