Kamar Sasuke, sore hari.

Selesai menerjemah, Sasuke merasa sedikit kelelahan. Permintaan klien kali ini cukup banyak dan diminta dalam waktu yang cepat. Di sisi lain, dia harus melakukan kegiatan lain yang akan memotong jatah pengerjaan tugasnya itu. Jangan lupakan juga waktu istirahat apabila dia sudah mulai mual melihat deretan huruf di layar komputer.

"Sasuke, tolong jemurkan baju dan angkat baju yang sudah kering, ya!" suara Bu Mikoto, ibunya, terdengar dari dapur.

Sasuke bergegas meninggalkan komputernya, mengiyakan perintah ibunya tanpa suara, mengangkat cucian yang akan dijemur dari mesin cuci, lalu pergi ke halaman belakang di mana baju biasa dijemur. Saat hampir selesai menjemur, dia melihat ke arah gudang. Ada beberapa sepeda yang sudah tak terpakai tergantung di temboknya, sebuah sepeda gunung dan dua sepeda kota keluaran lama. Dia memandangi sepeda-sepeda itu sejenak. Sepertinya dia teringat sesuatu.

Tonikaku Koge

(Kayuh Saja Terus)

Disclaimer: Naruto tetap milik Kishimoto Masashi. Tsubame pinjam tokoh saja.

Warning: AU. Terkadang OOC dan beberapa istilah-istilah terkait sepeda mungkin akan membingungkanmu

Sasuke, kelas 2 SD. Itachi, kelas 1 SMP.

Sasuke sebenarnya sudah mengenal sepeda sejak sebelum sekolah. Itachi, kakaknyalah, yang mengenalkan pada enaknya bersepeda. Hampir setiap hari libur, Itachi mengajak Sasuke berkeliling desa dengan sepeda ibunya. Karena anak kecil gerakan kakinya tidak terkontrol, Itachi mengikat kaki Sasuke kecil dengan kain pada rangka sepeda. Sasuke kecil sangat menikmati bersepeda dibonceng kakaknya, baik nantinya mereka akan melewati turunan, tanjakan, jalan makadam, atau dikejar orang gila saat tersesat pun dia masih bisa menikmati perjalanannya. Mungkin dia belum tahu rasanya mengendarai sepeda sendiri seperti Itachi.

Saat sudah bersekolah di taman kanak-kanak, Sasuke dititipkan di rumah neneknya setiap siang karena ayah dan ibunya bekerja. Sembari menunggu orang tuanya menjemput sore harinya, Sasuke biasanya bermain dengan anak-anak tetangga neneknya setiap siang (yang kadang membuat neneknya gusar karena Sasuke tidak mau tidur siang). Dia kadang bermain bersama anak-anak keluarga Inuzuka, Hana dan Kiba. Atau kadang bersama Neji Hyuuga, anak pemilik rumah besar di dekat rumah neneknya.

Suatu hari, Neji ingin mengajak Sasuke berkeliling pasar dengan sepeda. Karena saat itu Sasuke belum bisa mengendarai sepeda, akhirnya Sasuke membonceng sepeda Neji.

Di jalan,

"Kak Neji, sudah berapa lama kau bisa naik sepeda?" tanya Sasuke.

"Emm, mungkin saat aku masih TK," jawab Neji.

"Eh, apa nggak susah? Nggak jatuh?" tanya Sasuke lagi.

"Jatuh itu sudah biasa, Sasuke. Kalau mau bisa ya sudah resikonya jatuh. Tapi kalau jatuh kan bisa berdiri lagi," Neji menjawab sambil terus mengayuh sepedanya melewati pertokoan. Kaca pertokoan memperlihatkan wajah Sasuke yang sedang berpikir keras di sadel belakang, seperti tertantang untuk bisa bersepeda seperti Neji.

Malam harinya, saat Sasuke sudah dijemput orang tuanya, dia menghampiri Itachi yang saat itu baru selesai makan,

"Kak, Kak. Aku ingin belajar naik sepeda," katanya.

"Eh, benarkah? Kok tumben?" Itachi balik bertanya.

"Kak Neji bilang, dia sudah bisa naik sepeda sejak TK, Kak. Aku malu, sudah kelas 2 tapi belum bisa naik sepeda," jawab Sasuke pelan-pelan, seakan takut pembicaraanya didengar orang tuanya.

"Hmm, kalau begitu belajar dulu pakai sepedaku yang hijau itu," ujar Itachi sambil menghadap ke langit-langit, seolah membayangkan Sasuke naik sepeda hijau miliknya.

Sasuke seperti berpikir sejenak. Sepeda hijau yang dimaksud Itachi itu adalah jenis sepeda gunung dari label yang kurang terkenal. Harganya murah sekali. Rangkanya berukuran tanggung dan kurus. Tapi itu bukan jadi masalah bagi Sasuke. Yang menjadi masalah adalah tinggi sadelnya yang sudah tidak bisa diatur lagi karena sepeda itu memang diperuntukkan anak usia di atas 10 tahun. Dia sudah pernah iseng mengubah pengaturan sadel sepeda itu sampai yang terpendek. Namun saat dia mencoba menaikinya, kakinya bahkan belum sampai ke tanah. Agaknya, Itachi paham dengan keadaan Sasuke,

"Apa aku bilang ayah kalau kau mau latihan sepeda? Barangkali sepedaku yang dulu masih ada di gudang. Biar ayah yang keluarkan," sambung Itachi sambil melihat Sasuke yang tampak berpikir keras.

"Eh, kau ada sepeda kecil, Kak?" tanyanya heran. Itachi hanya meringis sambil memandang Sasuke,

"Iya, itu sepeda pertamaku dulu. Mungkin kau bisa berlatih dengan sepeda itu," jawab Itachi.

Setelah diberi tahu Itachi esok paginya, Pak Fugaku, ayah mereka, mengeluarkan sepeda kecil berwarna hitam dari gudang. Sepedanya sudah kusam, namun rangkanya masih kokoh, dan rem yang bisa digunakan hanya satu. Pak Fugaku dulu membelinya untuk Itachi di pasar loak dengan harga yang sangat murah tapi kondisinya masih bagus (beliau biasa mencari barang di pasar loak untuk menghemat biaya dan mengenalkan Itachi dan Sasuke dengan dunia mesin). Karena rangkanya sudah kusam,Pak Fugaku mengecatnya lagi dengan cat semprot warna perak. Sekarang warnanya jadi lebih berkilau dari sebelumnya.

"Ayah, apa aku tidak pakai roda tambahan?" tanya Sasuke sambil melihat ayahnya mengelap sepeda itu.

"Eh, buat apa? Berlatih saja dengan yang ini. Kalau pakai roda bantu, nanti nggak bisa-bisa," jawab Pak Fugaku.

Sasuke berpikir keras, apakah ia bisa bersepeda tanpa roda bantu?

"Kalau kau mau bisa, sering-seringlah cuci dan lap sepedanya. Nanti kalau sudah ,tuntun sepedanya keluar masuk garasi, baru kau bisa berlatih sepeda," tambah Pak Fugaku.

Sasuke mengangguk. Menurut saja apa yang ayahnya katakan, walaupun dia masih bingung, apa hubungannya mengelap sepeda dengan kemampuan mengendarai sepeda.

Setiap hari, sehabis pulang sekolah, Sasuke mencuci dan mengelap sepeda kecil berwarna perak itu. Sambil mengelap, dia mengamati bagian-bagian dari sepeda itu. Mulai dari setang, rem serta kabelnya, rantai, gir, roda, ban, sadel, sampai pedalnya. Terkadang dia bertanya pada Itachi bagian mana yang tidak diketahui fungsinya.

"Kak, kenapa hanya rem kanannya saja yang bisa dipakai? Kalau dipakai di jalan 'kan berbahaya. Nanti bisa terjungkal," kata Sasuke suatu hari saat melakukan rutinitas membersihkan sepeda kecilnya.

"Eh, kau tahu dari mana?" tanya Itachi penasaran. Menurutnya, dia belum pernah menjelaskan tentang kegunaan tiap rem pada Sasuke.

"Di buku yang ada gambar sepeda motor itu ada cara pakainya, Kak. Katanya, kalau di jalan turunan kita pakai rem depan yang ada di sebelah kanan, bisa terjungkal. Ada gambarnya lho, di situ. Masak Kakak nggak tahu?"

Itachi mengingat sejenak buku yang dimaksud Sasuke. Dia ingat sekarang, sepertinya itu manual book yang didapat dari sepeda motor baru Bu Mikoto. Buku itu memang akhir-akhir ini menarik perhatian Sasuke karena cetakannya berwarna dan penuh gambar. Padahal yang berwarna hanya iklan produk yang dikeluarkan pabrik motor tersebut. Hanya saja, Itachi tidak menyangka kalau Sasuke mengingat bagian peringatan itu.

"Oh, kalau terjungkal itu karena orangnya menyetir terlalu kencang dan mengerem mendadak, Sasuke," jawab Itachi.

"Kalau begitu, aku latihan di halaman depan rumah saja, tanahnya rata. Aku nggak mau kalau di halaman belakang. Jalannya turun, nanti nggak bisa ngerem!" putus Sasuke mantap.

Itachi diam saja. Lebih baik adiknya mengetahui sendiri bagaimana rasanya berlatih sepeda di depan rumah.

Beberapa minggu setelahnya, Sasuke sudah mulai mengurangi kegiatan mencuci dan mengelap sepedanya. Sasuke lebih sering menaiki sepedanya dan menjalankannya dengan kaki karena tubuhnya belum bisa seimbang. Dia berjalan bolak-balik di halaman depan rumahnya. Kakinya kadang dinaikkan, kadang diturunkan, sampai sepedanya bisa maju sendiri. Namun, hanya menggerakkan sepeda itu di tempat yang sama membuatnya bosan. Dia mulai melirik halaman belakang untuk tujuan berlatih sepeda. Dia bahkan tidak peduli dia akan melalui jalanan yang agak menurun di halaman belakang.

Sekarang, Sasuke berlatih di halaman belakang rumahnya. Sesekali dia memberanikan diri mengangkat kakinya ke pedal tapi masih saja jatuh,

"Uh, kok orang-orang enak banget, ya? Tinggal naikkan kaki ke pedal, sepedanya bisa jalan," Sasuke menggerutu pelan.

Itachi yang sedang menyapu halaman belakang menyahuti Sasuke,

"Hei, ayo letakkan kakimu di pedal!"

"Eh, belum bisa, Kak. Ini tadi masih jatuh-jatuh,"

"Nggak papa, nanti aku pegangi dari belakang," tambah Itachi sambil berjalan menuju Sasuke.

Sasuke menaiki sepedanya lagi, memasang ancang-ancang untuk menjalankan sepeda lagi. Itachi memegangi setang dan sadelnya dari samping.

"Anggap saja kau sudah bisa mengayuh sepedanya. Sudah siap?" tanya Itachi.

"Uhuh…" jawab Sasuke.

"Oke, ayo maju!" seru Itachi

Sasuke mengayuh sepedanya dengan canggung, jadi sepedanya bergerak sedikit-sedikit. Itachi yang menuntun sepedanya menjadi lelah karena langkahnya jadi melambat dan berat.

"Hei, hei. Kayuhnya yang niat! Kalau lambat-lambat, sepedanya pasti jatuh," kata Itachi yang berhenti memegangi sepeda Sasuke.

"Tapi belum berani, Kak. Kakiku harus turun. Takut jatuh," sahut Sasuke sambil menjejakkan kakinya ke tanah.

"Kan sudah kupegangi. Jadi santailah sedikit," Itachi menyahut balik.

Sasuke berhenti sejenak, lalu dia memutuskan untuk mencobanya lagi,

"Kak, tuntun lagi!" serunya.

"Ya, ya. Ayo!" Itachi berdiri lagi lalu mulai memegangi sepeda kecil berwarna perak itu.

Selama seminggu ini, Sasuke berlatih dengan dituntun Itachi. Terkadang, ibunya yang sedang menyapu halaman membantu Sasuke untuk menuntun sepedanya, bergantian dengan Itachi. Namun, Sasuke kadang tidak suka kalau dibantu ibunya,

"Ibu capek. Berhenti dulu, ya," keluh Bu Mikoto.

"Uh, kurang lama, Bu. Ya sudah. Aku minta bantu kakak aja," Sasuke turut mengeluh. Sepertinya dia masih belum mau berhenti dari sepedanya.

"Itachi, tolong bantu Sasuke lagi, ya. Ibu yang menyapu saja," kata ibunya.

Halaman belakang rumah keluarga Uchiha memiliki jalan yang menurun. Ini dimanfaatkan Sasuke untuk berlatih sekarang. Di tengah jalan menurun dia oleng, dia masih bangkit lagi dan tetap meletakkan kakinya pada pedal, walaupun belum bisa mengayuh. Hal itu dilakukan berulang-ulang sampai dia merasa lelah sendiri.

Seminggu kemudian, seperti sore biasanya, Itachi dan ibunya menyapu halaman belakang rumah. Sedangkan Pak Fugaku beristirahat setelah memilah kayu di halaman belakang dan Sasuke masih belajar bersepeda tanpa dituntun. Akhir-akhir ini, Sasuke lebih senang mengendarai sepedanya dengan menuruni jalanan ke halaman belakang. Karena jalannya menurun, dia tidak perlu kesulitan mengendalikan pedal, karena sepedanya sudah pasti bergerak. Dia turun ke halaman belakang, lalu naik lagi ke halaman depan. Turun lalu naik lagi, begitu seterusnya.

Saat Sasuke mencoba untuk menuruni jalanan itu lagi, dia menaikkan kedua kakinya tanpa sadar, lalu dia naik ke halaman depan. Saat dia menuruni jalan sekali lagi, dia menyadari sesuatu,

"Hei, bisa! Aku bisa naik sepeda, nggak jatuh lagi! Whaaaa!!! Kakak, Ibu! Aku bisa naik sepeda!" teriak Sasuke tanpa turun dari sepeda.

Sambil menyapu halaman, ibunya tersenyum. Itachi yang membantu ibunya pun demikian. Sasuke lalu kembali menaiki sepedanya, mengulang menuruni dan menaik halaman rumah hingga langit mulai berubah jingga.

selesai(?)

Catatan Tsubame:Terima kasih untuk yang sudah membaca fict pertama Tsubame di fandom ini. Jadi, bagaimana menurut kalian?Oh ya, apa cuma Tsubame di sini yang merasa keluarga Uchiha di canon suka pakai jasa kredit (inget episode Itachi Shinden pas disuruh nyari kucingnya Neko Baba, tiba-tiba Neko Baba titip pesan supaya ayahnya segera melunasi pembelian senjata? Ada lagi pas rumah Uchiha hancur pas Sakura mukul tanah terus dia keinget kalau cicilannya belum lunas) atau mereka menganut sistem irit? #seriusnanyaIni sepertinya akan panjang. Mohon bersabar ya.

Tambahan:

Hari itu, saat Sasuke bermain dengan sepedanya (dia masih sangat antusias dengan sepeda dan keahlian barunya), Itachi mengajak Juzou, temannya, untuk singgah sebentar di rumah karena sepertinya Juzou kehabisan angkutan dan ibunya belum menjemput sampai sekarang. Juzou dan Itachi datang dari sekolah saat tiba-tiba ibunya memanggil Sasuke. Sepertinya ibunya butuh bantuan, yang ternyata minta dibelikan tepung. jadi, Sasuke memarkir sepedanya di luar rumah dan meninggalkannya sebentar.

Saat Sasuke kembali dari membeli tepung pesanan ibunya, dia terkejut,

"Hah, kenapa Kak Juzou pakai sepedaku?" tanyanya heran.

Mengapa Sasuke kaget? Bukan apa-apa, tapi bayangkan tubuh Juzou yang besar dan agak kekar menaiki sepeda kecil Sasuke. Menurut Sasuke, itu seperti beruang naik sepeda di pertunjukan sirkus.

(bersambung)