Aku tak berusaha menjadi berani, tapi itulah yang kulakukan. Dan aku membuat kesalahan.

Bagaimana bisa kau berusaha berani ketika seekor naga menyemburkan api tepat di depan wajahmu…maksudku, bagaimana bisa kau menjadi berani ketika seorang Masamune-sensei mengamuk tepat didepan wajahmu?

Kalau aku, pasti akan menangis—minimal, atau langsung pingsan ketakutan.

.

.

.

SOMETHING YOU MAY CALLED LOVE, OR ANYTHING

.

A Romance & Drama of Sengoku Basara's Fanfiction

.

Disclaimer : Sengoku Basara © Capcom

.

Warning : SUPER OOC, 1st POV, OC, full of descriptions, boring, etc!

.

Enjoy!

.

.

.

Bagi kebanyakan orang, universitas merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan diri dan mencari teman sebanyak mungkin… dan juga kekasih.

Tapi tidak bagiku.

Terutama jika aku harus mempunyai dosen pembimbing sesangar Masamune-sensei di organisasi dewan mahasiswa tempatku menjadi sekretarisnya.

Aku bukan sengaja menjatuhkan diriku sendiri ke dalam mulut naga—sama sekali bukan!

Saat itu aku hanya si-semester-satu-mahasiswi-fakultas-politik yang tidak mengerti apa-apa perihal organisasi kampus dan aku menyamakannya dengan organisasi siswa tempatku mengembangkan kemampuan saat SMA, sehingga aku mengangguk-angguk saja ketika Yukimura Sanada-kun menggeretku untuk mengisi formulir pendaftaran. Dan setelah aku mengisinya, menjalani sejumlah tes serta wawancara yang diadakan para senior, maka…taraa! Disinilah aku yang langsung direkomendasikan oleh sekretaris terdahulu yang tak lain adalah Oichi, senpai-ku saat SMP.

Itu sebelum aku bertemu dengan Masamune-sensei saat rapat koordinasi kerja, sebulan setelah perekomendasianku. Oichi-senpai mengajakku untuk menemui dosen pembimbing organisasi agar aku dapat mendengar sendiri keputusan dosen tersebut.

Dan kalimat yang kudengar dari mulut Masamune-sensei yang terkenal tampan nan paling beken di kalangan penghuni universitas pun hanya "Hah! Get ready girl! Jika kau tidak mengerjakan pekerjaanmu dengan benar, kau akan kupaksa menghadapi seppuku pertamamu! You see?!"

Oh, my.

"Kau hanya perlu sedikit bersantai," tawa Yukimura tanpa dosa. Ia, Yukimura yang sama dengan yang menyeretku mengisi formulir pendaftaran memang mengambil beberapa kelas yang sama denganku sehingga kami sering bertemu. Aku pun memang sering bertemu dengan Oichi-senpai, tapi itu karena kami satu organisasi, bahkan untuk mengambil kelas yang telah diambilnya masih dibutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat saat ini aku baru saja semester tiga.

"Aku tak mungkin bersantai, Yuki-kun," hela napas beratku membuat Yukimura tertawa-tawa. "Kata seppuku yang diucapkan setahun yang lalu oleh dosen gahar itu membuat tidurku tidak nyenyak. Kau tahu? Bahkan aku sering memimpikannya hingga saat ini."

"Itu artinya kau memang menyukai dosen yang merangkap pengajar kendo itu…mungkin?"

Yukimura meralat akhir kalimatnya setelah aku men-deathglare-nya dengan seluruh kemampuan sangarku, meski aku tahu itu tak seberapa.

"Ayolah, kau perlu refresing sejenak! Kau kan cantik, feminin, dan coba lihat dirimu!" Yukimura memegang bahuku hingga aku terhenti di sebuah kaca searah yang sengaja dipasang di kampus. "Rambut panjang yang indah, sikap tubuh seperti tuan putri, kulit seputih salju, dan lihat pandangan mata yang menghipnotis ini! Kau lihat? Penampilanmu ini saja sudah membuatmu populer bahkan hingga para senior berebut bangku di sebelahmu, walau mereka tahu mereka sudah mengambil kelas yang sama dua kali," Yukimura sedikit mencibir ketika mengucapkan kalimat terakhir. "Kau bisa refresing dengan mencari pacar, dan aku berani bertaruh surat cintamu lebih banyak dariku!"

"Jadi kau merasa kau juga populer?"

"Yaaa…aku memang populer seperti Keiji dan Chosokabe-kun!"

Aku hanya menghela napas sinis mendengar Yukimura mulai berbangga diri dengan raut wajah tersipu di wajahku dan melewatinya masa bodoh. Aku masih terlalu senggang untuk mengurusi kepolosan Yukimura, tentu saja aku ingin menggodanya habis-habisan jika saat itu Masamune-sensei tidak memanggilku untuk menyerahkan laporan anggaran tahunan.

Ngomong-ngomong, mari kuperkenalkan dulu Yukimura Sanada. Dialah teman masa kecil, sepupu jauh, sekaligus teman dekatku sejak SMA. Dan aku sendiri, yang memang dikatakan Yukimura memiliki paras yang lumayan memikat, adalah seorang perempuan pendiam dan sedikit—sangat sedikiiit, kau harus tahu bahwa aku mengakuinya—lemah otak. Kemampuan otak dan ketangkasanku kira-kira sama dengan orang normal. Dan aku memang normal, anyway. Hanya saja pandangan mataku yang terkesan jutek bagi kebanyakan orang ini mungkin membuat orang mengira aku adalah anak yang agak cool… atau smart… atau apalah itu, atau banyak juga yang berpikir aku misterius, sehingga hanya sedikit orang yang tahu benar sifatku. Dan Masamune-sensei adalah banyak orang yang tidak mengetahuinya—jika kau ingin tahu.


Ruang yang ditempati Masamune-sensei memang agak luas, sehingga pejabat tertinggi dewan mahasiswa bisa berduyun-duyun memasuki ruangan itu. Selain karena luas, sebenarnya Masamune-sensei adalah tipikal orang yang lumayan menyenangkan, tegas, disiplin dan terutama kesenangannya mengadakan pesta kecil-kecilan itu yang membuat mahasiswa senang bersamanya, seperti Kojuuro-senpai dan tentu saja, Yukimura. Kelihatannya mereka bertemu di sebuah momen bagus sehingga mereka bisa saling bercakap-cakap tanpa memperdulikan status mereka di kampus. Seperti sekarang saat ini, dimana mereka bercanda dan tertawa terbahak-bahak sementara aku bengong menatap keluar jendela saking lelahnya mengerjakan laporan yang diminta dosen sial satu itu.

Kalian bertanya seolah-olah hanya aku manusia di Sengoku University yang membenci Masamune-sensei?

Aku bukan membencinya, hanya saja…sulit diutarakan.

Tapi baiklah, aku mengaku saja. Beberapa minggu ini, aku merasakan pandangan aneh dari dosen sastra inggris itu. Bagaimana bisa, aku pun tidak tahu. Awal mulanya, aku merasakan hal itu saat pertama kalinya merayakan natal bersama teman-teman di kediaman Masamune-sensei.

Flashback—

"Saa! Rumah yang sangat kunooo dan besar, Masamune-sensei?"

Seketika gerombolan kami; Chosokabe, Yukimura, Oichi-senpai, Kojuuro-senpai, Shingen Takeda-sensei dan Nohime-sensei, serta tentu saja aku, tertawa mendengar komentar spontan Ranmaru-chan yang sebenarnya merupakan komentar kekaguman anak umur 10 tahun terhadap rumah keluarga Date. Ranmaru-chan, merupakan putra bungsu Nohime-sensei yang saat itu kebetulan tidak merayakan natal bersama teman-temannya, sehingga Nohime-sensei yang cemas jika Ranmaru-chan sendirian di rumah pun membawanya bersama kami. Toh Masamune-sensei mengijinkan, dan tentu saja pesta itu akan berakhir safe tanpa alkohol demi menghindari amukan Nohime-sensei yang tidak mengijinkan Ranmaru-chan melihat—apalagi menyentuh—alkohol.

"Heh! Meskipun rumah ini lebih tua dari umur kakekku, aku bangga merayakan natal di pesta ini, you see?" lagi-lagi selipan bahasa inggris selalu hadir ketika Masamune-sensei bicara. Saat itu aku berpikir, mungkin Masamune-sensei adalah seorang yakuza…tapi mana mungkin, sosoknya tidak kekar kok…

Tapi itu mungkin saja, apalagi jika teringat dengan luka mata kanannya yang sekarang tertutup eyepatch, serasa kompak dengan Chosokabe yang memang mengenakan eyepatch karena mata kirinya yang terkena luka bakar saat rumahnya kebakaran.

Lupakan bekas luka dan sebagainya, yang jelas aku akan menikmati pesta ini!

"Kau hanya diam saja, ada apa, hm?" aku tersentak dan mendongak. Ru…rupanya sedari tadi Motochika Chosokabe-san memperhatikanku!?

Tentu saja aku langsung menggeleng perlahan, mengisyaratkan aku tidak apa-apa meskipun sekarang Yukimura dan Oichi-senpai ikut-ikutan menatapku khawatir.

"Nee, kau tinggal sendirian di rumah, kan? tidak apa-apakah? Atau seharusnya kita bersama datang ke reuni SMP kita?" Oichi-senpai terlihat ragu. Ia tahu, bahwa di saat bersamaan aku dan dia menerima undangan reuni SMP kami, namun kami lebih memilih datang ke pesta yang dirayakan Masamune-sensei.

"Hoo? Jadi sebenarnya kalian harus pergi ke party yang lain? So why you came here?"

DEG!

Seketika aku dan Oichi-senpai menoleh melihat wajah masam Masamune-sensei beserta kalimat sinis yang barusan ia lontarkan dengan sadisnya. Kalian merasa takut melihat wajah sangar guru yang dijuluki Dokuganryuu-sensei itu? Kalian salah. Aku sudah terbiasa menghadapi kesangaran Takeda-sensei yang membimbing klub penelitian tempatku bergabung (lagi-lagi) bersama Yukimura.

Tapi meskipun begitu, kuakui aku menciut melihat orang tampan sedang marah.

"Bukan begitu, sensei…" Oichi-senpai berusaha membuat sanggahan. "Memang keputusan kamilah untuk datang ke pesta sensei, toh kami sudah terlalu sering berkumpul dengan teman…"

"Apa itu juga pendapatmu, orang yang disana ITU? Dari wajahmu pun aku tahu kau tak menikmati undanganku, heh?"

Apa? Apa yang dimaksud 'orang yang disana itu' oleh Masamune-sensei adalah aku?

"Jika yang Sensei maksud 'orang yang disana itu' sebagai aku, maka aku menjawab…" aku menghela napas sejenak. "…Maaf ya, Masamune-sensei. Sebenarnya aku SAMA SEKALI tidak ingin datang ke pesta natal manapun, apalagi jika yang mengadakan adalah orang sekasar Masamune Date-sensei!"

Emosiku agak tersentak gara-gara penyebutan kasar Sensei tadi!

Apa cuma aku disini yang emosi dikatai 'orang yang disana itu'? Memangnya kalian terima begitu saja dikatai begitu? Asal kalian tahu, walau aku lemah otak, aku tahu mana yang bernada sengaja menyinggung maupun yang tidak sengaja!

Masa bodoh sekali dengan sopan santun, aku merasa kesal luar biasa! Dan tanpa mendengar jawaban Masamune-sensei yang sudah menggertakkan gigi disertai decihan, aku langsung berlari dari sana. Kudengar teriakan Yukimura dan Nohime-sensei yang menyuruhku berhenti, tapi tentu saja aku malas. Aku berlari secepat mungkin mencapai halte bis, khawatir jika aku melewatkan bis jam itu sehingga mereka mempunyai kesempatan mengejarku dan memarahiku habis-habisan.

Dan perkiraan terakhirku tepat.

Bahkan sebelum aku mencapai bis sekalipun, sebuah tangan besar menggenggam erat tanganku, menjauhkanku dari pintu bis yang langsung menutup, berlalu pergi.

Aku menoleh, hendak protes pada Yukimura, Chosokabe atau siapapun itu sebelum aku terbelalak horor melihat siapa yang menyusulku.

Baiklah, kita tidak sedang membicarakan Takeda-sensei atau Kojuuro-senpai, jadi bisa disimpulkan dengan sangat mudah bahwa itu adalah Dokuganryuu-sensei yang galaknya setengah mati itu.

"I SAID, DON'T LEAVE!"

Teriakan membahana langsung menggema di halte itu, seolah menembus telingaku. Kau tahu, aku bahkan nyaris terduduk lemas melihat Masamune-sensei yang supermurka dan berwajah seram sedang menarikku, kemudian dengan kasar mendudukkanku di kursi halte.

Dan aku terdiam saking takutnya.

Bagaimana bisa kau berusaha berani ketika seekor naga menyemburkan api tepat di depan wajahmu…maksudku, bagaimana bisa kau menjadi berani ketika seorang Masamune-sensei mengamuk tepat didepan wajahmu?

Kalau aku, pasti akan menangis—minimal, atau langsung pingsan ketakutan.

"Che! Kau pikir apa yang kau lakukan heh?!" Masamune-sensei terlihat hendak mengatakan sesuatu lagi, namun entah kenapa dia langsung mengatupkan bibirnya setelah mendongak melihatku.

Ada apa? Jangan-jangan dia melihat wajah ketakutanku?

"Haaah~"

Apa? Sekarang dia malah menghela napas dengan sangat kentara?

"Jika kau memang ingin mengatakan sesuatu, bilang saja! Look at yourself! Wajahmu sekarang penuh dengan airmata, like I did something teribble to you, hah!" tangan Masamune-sensei terulur menuju wajahku, yang ternyata, memang seperti perkataannya bahwa aku menangis, dan menghapus air mataku sebisa sebuah tangan dapat melakukannya. Wajahnya, yang mungkin saja itu hanya perasaanku, melunak. Tatapannya pun menghangat dari yang semula ingin memakan orang hidup-hidup jadi seperti mengasihaniku.

Me-mengasihani?!

Terdiam cukup lama, aku bisa mendengar isakan tangisku sendiri yang mulai mereda, masih dengan Masamune-sensei yang mencoba menghapus airmataku dalam posisi berdiri dan berkacak pinggang dengan sebelah tangan. Aku sungguh mulai merasa ini aneh sekali bagi Masamune-sensei yang mengejarku dan terdiam begini, duh!

"You doing okay?"

"Ung?"

Aku buru-buru mendongak, memasang telingaku. Rupanya orang seperti Masamune-sensei pun tak tahan dengan keheningan seperti ini. namun melihat wajahku yang masih terlihat kacau akibat sehabis lari dan menangis, dosen satu itu kembali diam, mengedikkan bahu tanda ia sudah tidak apa-apa. Maksudnya mungkin tandanya dia sudah tidak marah lagi dengan kalimatku yang tadi. "Oi, aku tidak apa-apa, asal kau tahu saja bahwa yang tadi itu…."

"'yang tadi itu'?"

Masamune-sensei terdiam sebentar. Tangan yang tadinya digunakan menghapus airmataku berpindah ke tengkuknya sendiri, menggaruk-garuk kikuk. Ini biasanya dilakukan orang jika sedang salah tingkah, bukan?

"Y, yang tadi itu…aku kesal pada diriku sendiri yang…berkata kasar padamu. S, so…I just wanna say sorry! Jadi jangan nangis lagi!"

Aku melihat jelas, meski kepalaku agak pusing setelah berlari dan menangis sesunggukan, bahwa wajah Masamune-sensei diliputi rona merah. Oh ya, dan perkataannya terbata-bata. Walau hanya sebentar. Karena setelah berkata begitu, dia kembali membersihkan sisa airmataku, kali ini dengan lengan hakama-nya.

Percaya tidak? Aku yang lemot bahkan langsung salah tingkah. Dengan tubuhku yang masih kaku shock.

Persis seperti film kan?

"Nah, it's done. Now you looks beautiful."

Beberapa detik ia menunduk untuk memastikan raut wajahku, hingga bahkan bisa kurasakan hembusan nafasnya dan wajahnya yang sangat tampan itu berjarak beberapa senti dariku.

Terus terang, aku mau pingsan…

Namun segera setelah ia menegakkan badannya kembali, Masamune-sensei tersenyum bangga khasnya selama ini, berkacak pinggang seolah dia baru saja menyelesaikan sebuah mahakarya dan melakukan gestur dengan tangannya untuk menyusulnya sementara dia sendiri sudah berlalu.

Tapi kuharap dia tidak tahu, bahwa kalimat yang terakhir kudengar itu terus bergaung di kepalaku hingga kapanpun… terutama senyuman lembut saat dia mengucapkannya.

Aku tidak pernah melihat Masamune-sensei yang tersenyum seperti itu, bahkan pada Ranmaru-chan dan Oichi-senpai yang dekat dengannya sekalipun. Tatapan seperti itu, patut dicurigai.

Bagaimana menurut kalian?

End Flashback—

"Oi, kau! Jangan memperhatikan pohon di luar jendela itu saja!"

Aku tergagap dan segera menoleh kaget ke sumber suara yang tadi menegurku. Kulihat Masamune-sensei dan Kojuuro-senpai yang tertawa setelah melihat wajah kagetku, kemudian kembali membaca laporanku seolah tadi hanya candaan saja. Atau memang candaan agar aku tidak melamun?

Memangnya tadi aku melamun? Aku sedang memperhatikan Hanbei-sensei yang sedang berbincang dengan Hideyoshi-sensei, kok!

Aku cemberut. Namun sebelum kembali melemparkan pandanganku ke luar jendela lagi, Masamune-sensei segera sadar apa yang kulihat, karena posisi kami yang sama-sama berada di dekat jendela.

"Kalau kau sebegitu inginnya menegur Hanbei atau Hideyoshi, turun saja sana."

Kalimat tadi, jika diibaratkan angin, mungkin sama dengan angin musim dingin yang membawa awan salju. Begitu dingin dan tajam seolah menembus kulit.

Sampai-sampai seisi ruangan yang tadinya ramai oleh para pejabat tertinggi dewan mahasiswa yang berbincang sendiri-sendiri langsung hening seketika, seolah mereka menguping pembicaraan kami, atau mungkin juga mereka kaget melihat raut wajah pembina mereka yang mengeras mendadak.

Baiklah, lebih baik aku pergi saja daripada aku membuat suasana tidak enak. Walau aku juga tidak mengerti kenapa raut wajah Sensei jadi seperti itu hanya karena aku memperhatikan kedua orang rekan kerjanya. Dia bukannya sedang cemburu, bukan?

Mana mungkin. Dia kan si Dokuganryuu-sensei yang jahat itu.

"Ya, ya… aku akan pergi, Sensei tidak usah semarah itu, deh…"

"Eh? Masamune-sensei tidak usah semarah itu kan hanya karena dia memperhatikan rekan kerja Sensei? Lagipula…"

"Shut up Yukimura!"

Yukimura terlihat kaget dan langsung terhenti begitu saja dari usahanya yang tadi sudah memegang bahuku, membiarkanku keluar begitu saja tanpa permisi. Aku sudah tidak mendengarkan lagi apa yang Masamune-sensei katakan pada Yukimura begitu pintu ruang dosennya menutup.

Biar saja! Memangnya aku takut melawan orang itu?

.

.

.

TBC


Author(Gaje)Note:

Olla! Mia Dullindal's here with another name! bagaimana pemirsa? apakah saya harus melanjutkan cerita nggak penting di atas? O.o

Mohon reviewnya~soalnya saya juga antara minat dan nggak minat meng-upload fic satu ini...Orz (dikemplang readers)

Btw, saya stres sama tokoh Masamune Date satu ini, bahasa inggrisnya kebanyakan, kadang ambigu, artinya nggak jelas, dan saya nggak minat sama bahasa inggris :3 (dikemplang lagi)

Semoga fic ini berkenan di hati readers terhormat sekalian!


-Shu Hime-