Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto. Fanfic ini iseng ditulis oleh seseorang yang kekurangan asupan fangirling; tidak ada keuntungan apapun selain hiburan semata dari penulisan fanfic ini.
Warning: BL AU. Tiga serangkai—er, threeshot maksudnya. Bisa disebut juga 'Dengarkan Curhatku!' ~ Obito ver. /plak Sequel dari Laundry Day, entri #5 dari TsunDeidara in Action. Big pukpuk buat Itachi di chapter ini dan sedikit curcolan. Enjoy?
oOo
#1| Listen to Me!
oOo
'Kocchi muite hohoemu rainy—' (1)
Satu tekanan ringan di tengah layar ponsel. Itachi melempar pandangan membunuh ke nama pemanggil yang tertera di sana. Ini baru jam empat pagi dan Obito sudah menelepon. Apa maunya Uchiha ceriwis satu itu kali ini?
Ditekannya ikon telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan, lalu disetelnya panggilan ke mode loudspeaker. Smartphone berwarna hitam itu ditaruhnya kembali ke atas nightstand. Apa gunanya fitur loudspeaker kalau bukan untuk mengantisipasi saat-saat seperti ini? Itachi masih ingin meluruskan punggung di kasurnya yang empuk dan memeluk guling yang tak kalah empuk, terima kasih banyak. "Ngapain nelpon jam segini, hah?" Maafkan nadanya yang ketus; efek dari kelelahan kerja sambilan (Itachi memutuskan bahwa kerumunan pengunjung perempuan di kafe pagi tadi lebih mengerikan daripada Fugaku yang sedang marah) dikombinasi melanjutkan paper tugas kelompok yang ternyata-eh-ternyata sama sekali tidak dikerjakan rekannya. Tidak heran kalau ia emosi jiwa ditelepon sepagi ini, 'kan?
Kembali ke permasalahan sekarang.
"Itachi, aku mau curhat."
Krik. Itachi membeku, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Ada batuk-batuk dari seberang. "Ralat: aku butuh teman curhat. Perlu. Banget-bangetan."
Mata hitam menyipit tajam. Nada bicaranya terdengar mampu membekukan gunung berapi saat ia berkata, "Obito, ini masih jam empat dan kau sudah bertingkah seperti anak gadis kasmaran." Itachi mengabaikan suara tercekik dari lawan bicaranya, peduli amat kalau ada perampok tiba-tiba berbelok mampir ke apartemen Obito lalu mencekiknya saat itu juga. Ini jam empat—Itachi melirik jam dinding sebentar—lewat limabelas menit, demi Tuhan. "Ketempelan apa kau sekarang?"
Ada suara isak tangis.
Beneran kesambet kayaknya.
"Itachi…" Bulu roma Itachi meremang. Suara serak habis menangisnya Obito sebelas-duabelas dengan suara arwah gentayangan yang iseng lewat. "…aku lagi jatuh cinta."
Krik lagi.
"Sama cowok, Itachi."
Double krik.
"Orangnya cantik banget, sampai kukira cewek pas pertama kali ngeliat. Ketemu dia pas lagi nyuci di tempat laundry tadi pagi, Chi, terus ketemu lagi pas janjian di kafe sama Kakashi ama Rin. Dua kali ketemu dalam sehari—"
Sampai sejauh ini, Itachi speechless.
"—dan sumpahan, sampai sekarang mukanya enggak mau minggat dari kepala padahal udah kuusir berkali-kali." Sedang menangis betulankah sepupunya itu sekarang? "Helep, Chi. Aku harus gimana?"
Si Sulung Uchiha memijat dahinya. Pusing mendadak dia. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan. Tarik lagi, hembuskan lagi. Diulangi berkali-kali sampai rasa sakitnya hilang sedikit. "Itulah efek samping ngejomblo sampai 30 tahun dan temenan baik sama Kakashi," desis Itachi, sudah mengantisipasi kehisterisan seorang lelaki berumur tigapuluh sekian tahun yang galau bak anak gadis kasmaran jam setengah lima pagi. Diulangi, lelaki berumur tigapuluhan. Seorang Uchiha pula.
"Bukan salahku aku ditolak Rin!"
"Salahmu nembak dia di tengah lapangan upacara tanpa merkirain bakal ditolak."
Jleb. Yang barusan sakitnya banget-bangetan. Telak di hati kenanya. Suara terisak kembali terdengar; Itachi kembali merinding disko di tempat. Dihelanya napas frustasi. "Kutelepon balik jam sepuluhan, nanti kukasih tahu solusinya sebisaku. Oke?" Terdengar 'ya' pelan bercampur isakan. Itachi menahan diri untuk tidak melempar ponselnya ke dinding.
"Jam sepuluh lho ya," dan panggilan terputus. Itachi mematikan ponselnya dan memejamkan mata, bersiap untuk kembali tidur lagi dengan masalah baru selain tugas kelompok dengan garis mati jam sembilan pagi nanti.
Untuk sekali ini, Itachi menyesal sudah memilih masuk jurusan psikologi.
.
.
[to be continued]
Pojok Bacotan Arwah Gentayangan:
(1) Potongan lirik lagu ID, dinyanyikan nqrse x luz x Busu. Jangan lihat PV-nya pas bulan puasa; si rapper ava-nya sesuatu banget di sana /stop
Uwuuu saya terharu yang ngereview Laundry Day ada banyaaak QvQ Makasih udah RnR pembaca sekalian /sembahsujud efek keseringan nongkrong di fandom pinggiran dan jarang dapat review
Gak perlu banyak omong lagi, terima kasih sudah mampir membaca dan review menambah semangat menulis juga posting fic (?)~
