WARNINGS!
ANEH, TYPO, PENDEK (BANGET). AUTHOR BARU JADI MASIH ABAL. Jangan kritik yang mengerikan, ya~
Don't like don't read
Ketika Semua Tak Selalu Benar
Setiap orang punya kecemasan. Kecemasan untuk kehilangan, kecemasan akan memulai sesuatu yang baru, kecemasan untuk meninggalkan yang lama, kecemasan tak akan cocok dengan yang sekarang, kecemasan untuk tak bisa melupakan yang sebelumnya. Dan rasa cemas terbesarku, aku terlalu takut jika aku akan cemas. Karena jika seperti itu, aku yakin semua yang kulakukan akan menjadi salah, akan tak seperti yang kuinginkan, dan akan mendekati keadaan terburuk yang kutakutkan.
Tangannya masih erat menggenggamku. Kami berdua tahu kalau meninggalkan satu sama lain akan sangat menyakitkan. Tapi jam berkunjung sudah selesai. Pada akhirnya, semua cerita hanya akan menjadi kenangan pembawa tidur, dan semua tawa hanya akan menjadi khayalan setelah bangun.
Kou, tunanganku. Dia harus berada di sini karena kecerobohannya. Dia terus menerus menasehatiku karena kecerobohannya ini dapat berakibat seribu bahaya untuk kami. Aku hanya tersenyum, aku sudah sangat hafal dengan topik dan kearah mana dia akan membawa percakapan ini. Dia banyak bicara, sejak dia di sini dia banyak bicara kepadaku. Dia bercerita tentang apa yang tak sempat dia ceritakan ketika kita berdua masih di luar sana. Mungkin karena di sini dia tak banyak mendengar orang lain bercerita, pada akhirnya akulah yang harus menjadi pendengar untuk Kou yang merasa asing dengan kesunyian. Aku tahu dia berharap dapat menikmati setiap detiknya ddenganku. Mencoba untuk sekedar mengerti, aku berusaha untuk menjadi seantusias mungkin dalam beberapa menit ini.
"Kau tahu, semalam aku bermimpi tentang sakura yang mekar menjadi cokelat! Aromanya sangat harum dan rasanya sangat pahit. Lalu kau datang sambil memarahiku karena aku memakan sakura itu. Kau bilang itu milik pamanmu yang ada di Osaka. Ketika terbangun, petugas itu bercerita aku menangis dalam mimpiku. Ini aneh sekali." Dia mulai bercerita.
"Hahaha. Aku tak tahu apa yang kau pikirkan sampai bisa bermimpi seperti itu, Bunga sakura yang aneh." Jawabku menertawakannya.
"besok aku akan kerja keras. Akhir-akhir ini Touma sering mengomeliku karena ideku yang menurutnya 'gila' jadi dia menyuruhku untuk tetap di kantor dan cobalah mencari inspirasi lain." Keluhku.
"hei, Itu gila! Jika dia menginginkanmu untuk mencari inspirasi, kantor bukanlah tempat yang pantas untuk mengeluarkan isi otakmu dan menyuruhnya berlarian mencari inovasi baru. Pergilah berlibur!" Jawabnya protes.
"aku tahu, dan aku juga memikirkan hal yang sama. Tapi dia bilang, dengan hanya duduk di kursiku, memikirkan ide-ide lama yang pernah kutulis, coba buat perbaikan dan lakukan 'hal-hal kecil' pada mereka, maka akan menghasilkan kepuasan karya baru." Cibirku.
Kami hanya tertawa dan saling mengantarkan salam tidur. Sudah saatnya untuk sadar waktu dan menghentikkan tatapan petugas menyeramkan yang beberapa menit lalu menyuruhku untuk segera pulang.
Kou mungkin memang benar dipenjara, dia mungkin memang benar takkan pulang. Kami mungkin memang benar tak bisa kembali seperti dulu atau pun melanjutkan impian yang telah berlalu. Semua orang mungkin memang benar kalau aku harus meninggalkannya dan mencari hidup yang telah ditawarkan. Mungkin memang benar aku tak perlu bersusah payah untuk mempertahankannya. Tapi tak semudah yang orang lain pikirkan. Perasaanku tak membenarkan semua itu. Aku merasa harus terus bersamanya dalam ketidakmampuan kami.
To be continued
