The Only Brother


Disclaimer: © Kamijyo Akimine

Warning: spoiler to vol. 21 chap. 169, major ooc-ness


"Namaku Hotaru. Akulah yang akan membebaskannya dari belenggu."


.

.

Akan kuceritakan padamu sedikit hal yang aku tahu tentang seorang anak lelaki yang berasal dari tanah kelahiranku. Usianya hanya setahun lebih tua dariku. Dilihat dari segi manapun, kami berdua sama sekali tidak memiliki kemiripan baik dalam hal fisik maupun perilaku. Contohnya saja warna rambut. Tidak seperti rambutku yang berwarna terang menyala, rambutnya berwarna kelabu. Selain itu, elemen yang dia kuasai juga berlawanan dengan jurusku. Oh ya, kedua sudut alisnya yang hampir selalu bertemu membuat raut wajahnya yang memang sudah selurus penggaris semakin terlihat kaku. Ah, sama sekali tidak ada manis-manisnya anak itu. Dibandingkan dengannya, ulat buluku bahkan jauh lebih lucu.

Toh, meskipun kami berasal dari tempat yang sama, jalan hidup yang kami tempuh di kemudian hari sama sekali berbeda. Namun demikian, dimanapun dia berada, apapun jalan yang dipilihnya, anak lelaki itu selalu menjadi unggulan nomor satu. Kebanggaan keluarganya, kebanggaan Klan Mibu. Yah, walaupun, yang bisa kupahami tentang hal tersebut, semua itu tak lebih dari khayalan semu. Impian semu. Klan semu. Kebanggaan semu. Apa itu semu?

Yang jelas, di dalam tempurung kepalanya yang tidak terlalu besar itu hanya ada satu hal: kejayaan Klan Mibu. Menjadi kesatria ujung tombak yang siap bertaruh nyawa di garis depan demi melindungi tanah Mibu-nya tercinta adalah suatu kehormatan yang dia jaga dan dijadikannya landasan untuk terus bergerak maju. Satu kehormatan yang menuntut pengabdian tanpa batas dan begitu mengikat seperti belenggu - belenggu yang membuatnya tak pernah bisa menyadari apa yang sebenarnya dia mau.

Dalam hal tersebut, sejujurnya aku merasa iba padanya namun mau bagaimana lagi, kepala dan hatinya memang sekeras batu. Sama sepertiku. Pemikiran kami tak pernah benar-benar bisa bertemu. Maka rasa iba dan benciku padanya berbanding lurus.

Persetan dengan perihal kejayaan Klan dan para petingginya. Lepas dari itu semua, tak ada seorang pun yang tahu bahwa sejatinya, aku bangga memiliki hubungan darah dengannya. Terlebih lagi, tak akan ada yang pernah tahu bahwa dengan caraku sendiri, aku menyayanginya. Hah! Tentu saja, aku akan lebih memilih terjun bebas dari puncak Menara Merah daripada harus berteriak mengakuinya. Bahkan, hanya dengan memikirkan hal itu saja tengkukku jadi merinding luar biasa.

Oh ya, anak lelaki itu bernama Shinrei – kakakku satu-satunya. Jika ada seseorang yang kelak bisa membawa Klan Mibu sekali lagi berada pada puncak kejayaannya, dialah orangnya. Setidaknya, itu yang kupercaya.

Namaku Hotaru. Akulah yang akan membebaskannya dari belenggu. Dan aku akan terus hidup hingga tiba hari itu, hari dimana kami kembali bertemu.

.

.

.

* * * E N D * * *