sebelumnya fic ini saya dedikasikan bagi kalian yang pernah tersirat untuk memasangkan erwin x petra dan saya sendiri termasuk dari salah satu yang tersirat, mengingat fic erwin x petra jarang jadi saya buat deh, terdapat rivetra juga di dalamnya, jadi selamat membaca.

cover is not mine, i just edited.


MY SECRET LOVER


'Ckrek!' erwin mengambil photo adegan tak senonoh antara direktur dan sekretarisnya "yap, send" cengirnya "dasar lelaki kesepian" lalu pergi

"direktur, apa tak apa-apa kita melakukan ini di kantor" Tanya gadis bersurai caramel

"hnn, tak apa" balas lelaki tanpa ekspresi sambil terus menciumi gadis itu

"kau berjanji menceraikan istrimu lalu menikahiku?"

"petra, sudah berulang kali ku beritahu, iya aku berjanji akan menikahimu. Kau sudah jelas tau mengapa aku melakukan ini"

"karena kau tidak mencintai gadis itu, kau di jodohkan oleh ayahmu, levi"

"souka" kata levi

"Rico, apa kau melihat foto yang ku kirim padamu?" kata erwin lewat telephone

"ya aku sudah melihatnya, kau tega sekali erwin mengirim adegan suamiku dengan sekretarisnya" sahut rico di seberang sana

"maafkan aku Rico, sebagai teman bukankah tidak ada saling kebohongan di antara kita, kau tidak sedih?"

"nah erwin, aku sudah terbiasa dengan kiriman foto yang kau berikan itu, aku sebentar lagi pulang ke Tokyo dan akan segera ku bereskan gadis itu. Sudah lama aku ingin melakukan ini, hanya saja karena pekerjaan di perancis sangat terlalu sibuk"

"souka, hati-hati saat kau pulang ke Tokyo"

"jaa ne erwin"

"hai"

..

..

Petra berjalan menuju lift di depannya, lalu masuk dan di susul oleh annie

"heh petra, kali ini kau akan benar-benar di pecat" kata annie, petra hanya diam "ny. Rico Ackerman baru saja pulang dari Prancis, hah!" desis annie memojokan petra. Hampir semua karyawan di perusahaan Shingeki tau bahwa petra selingkuhan Direktur Levi Ackerman dan semua membencinya.

"annie, aku pergi duluan" kata petra saat pintu lift terbuka

"cih gadis itu santai sekali, tidak ada rasa takutnya, aku yakin saat ini kau benar-benar di tendang dari perusahaan ini, setelah sekian lama levi mempertahankan kekasih gelapnya" guman annie

'tok tok'

"silahkan masuk"

"hai erwin lama tidak jumpa"

"Rico? Kapan kau datang? Ah silahkan duduk" sahut erwin

"terima kasih. baru saja, aku langsung kesini, malas bertemu levi pasti ujung-ujungnya bertengkar lagi"

"kau tidak boleh begitu, bagaimanapun juga dia masih suamimu" erwin menasehati

"hmm susah memang jika memiliki perasaan sepihak, dia benar-benar tidak mencintaiku" kata Rico "oh iya, perihal aku datang kesini, aku ingin menanyakan sesuatu padamu erwin"

"silahkan, katakan saja"

"memangnya petra gadis seperti apa, sehingga levi tunduk pada gadis itu" Tanya rico

"hmm, sebentar… sejauh yang aku tahu, petra selalu membawakan kopi untuk levi, dia perhatian, ramah, baik, gadis yang tegar sepertinya dan dia cantik seperti malaikat"

"kau mendeskripsikannya seolah-olah kau mengenalnya erwin. Kau ini seperti stalker saja" rico mengejek

"hei hei kau sendiri yang tanya seperti apa petra" erwin tersenyum kecut

"oh lihatlah CEO erwin kesal, tapi tetap saja terlihat tampan dan berkarisma haha" rico tertawa

"hah terserah kau saja rico" erwin menghela nafas

..

..

"hah semenjak kapan meja makan ini di penuhi makanan, ada hantu?" guman levi mengejek

Terdengar suara hentakan high heel seseorang berjalan menuju levi

"itu buatanku, makanlah"

"cih rico, mengapa kau melakukan ini, kau pikir aku akan luluh"

"tolong hargai aku levi, tolong berhenti mengencani gadis itu"

"kau tak berhak! kau dan aku di jodohkan,aku tak mencintaimu dan kau harus berpikir dua kali untuk mengatakan hal itu Rico Brzenka" kata levi penuh penekanan

"apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini"

"dari awal memang sudah salah rico" kata levi datar dan berlalu

"aku tidak akan menyerah levi, aku akan melakukan apa yang di lakukan petra padamu" bisiknya pelan

..

"konichiwa direktur" petra tersenyum ramah sambil membawakan kopi

"oh petra, silahkan" levi tersenyum sedikit namun masih datar, tapi petra tau senyum itu adalah senyum paling ramah baginya.

"uhm direktur dasimu sedikit berantakan, biar aku yang perbaiki" petra memperbaiki dasi levi, levi memandang wajah petra yang hanya beberapa centi dari wajahnya. "Mengapa kau begitu cantik petra"gumannya dan Levi mengecup bibir mungil petra

Brak! Rico membanting pintu ruang kerja levi

"sudah cukup yang kalian berdua lakukan" rico tiba-tiba datang dan mencoba menampar petra tapi di tahan oleh levi

"dia tidak salah, aku yang salah sekarang tamparlah aku jika kau berani" levi mendesis dan Rico menarik tangannya kembali lalu mendorong petra

"akh sh" tangan petra terkena kopi yang panas karena dorongan rico

"petra kita pergi dari sini,biar ku obati" levi menarik petra keluar menuju apotik terdekat untuk membeli salep

"kau benar-benar mengabaikanku levi" mata rico mengembun

erwin yang sebelumnya di beritahu oleh annie langsung menuntun rico menuju ruangannya. "Ini minumlah tenangkan dirimu" erwin menyodorkan jus mangga kaleng

"aku… aku… sudah tak tahan lagi erwin" rico terisak

"lalu kau menyerah? Baru saja kemarin kau bilang akan merebut hati levi"

"tapi akan sulit jika wanita itu masih disini, aku ingin kau memecatnya, hanya kau yang bisa melakukan ini erwin karena saham kaulah yang terbanyak di perusahaan ini dan jabatanmu lebih tinggi dari levi, Kau CEO erwin jangan terlalu lemah" pinta rico

"tapi, aku tak punya alasan rico, kinerja petra saat ini masih di bilang bagus"

"kau sama saja seperti levi, kau tau aku juga punya saham disini" kata rico, sebenarnya erwin sangat bingung menghadapi persoalan seperti ini

Hening

"kau pilih aku sebagai teman lama mu atau pilih petra gadis kemarin sore" tegas rico. Erwin menghela nafas berat "baiklah, aku akan memecatnya"

"tapi erwin, berikan aku waktu seminggu untuk membalas semua perbuatan gadis itu"

"kau tak berniat jahatkan rico" kata erwin.

"entahlah"

..

Pip pip

"moshi moshi" annie mengangkat telphonenya malas

"annie ini aku rico, bisa kita bertemu di coffee sebelah kantor, ada hal penting yang harus di bicarakan"

"souka " annie menutup telphonenya

annie mencari-cari sesosok wanita berambut perak dan akhirnya menemukannya

"konichiwa ackerman" annie membungkuk

"ah tidak usah seformal itu annie, kita sedang di luar sekarang. Silahkan duduk"

"hai"

"annie kau orang kedua yang aku percayai setelah erwin, kau sudah bekerja lama di perusahaanku, pasti kau sudah mengenal kami, kau sudah tau kedekatan levi dan petra, kira-kira prediksi apa yang akan selanjutnya terjadi" Tanya rico spontan tanpa basa-basi

"oh itu… seperti yang kau ketahui, mereka memiliki hubungan lebih dari hubungan" ucap annie serius

"jadi?" lanjut rico

"sepertinya, kau harus bersiap ditendang oleh levi" ujar annie sambil menyeruput kopinya

"maksudmu annie" rico penasaran

"jangan pura-pura bodoh rico, orang yang sering melakukan hubungan biasanya apa?"

"apa? Tidak mungkin, tidak mungkin terjadi. Aku harus menghentikannya saat ini juga"

"terlambat, tadi aku tak sengaja bertemu petra di toilet dia sedang muntah-muntah, aku pastikan dia sedang hamil muda anak levi" kata annie makin serius

"jika benar petra hamil, kau harus membantuku annie… untuk menggugurkannya" kata rico lebih serius.

..

..

'tok tok'

"ya silahkan masuk" rico membawakan kopi ke ruangan levi, levi masih diam setelah melihat siapa yang datang

"minumlah" sahut rico,levi hanya melirik cangkir yang berisi kopi yang di bawakan rico. Hening . entah ada intuisi apa levi tidak tega lalu meneguk kopi itu perlahan

"bagaimana? Enak?" Tanya rico

"standar" jawab levi datar

Petra menyadari keberadaan rico yang membawakan kopi lebih dulu darinya hanya bisa bergumam, sia-sialah dirinya membawakan kopi khusus untuk direkturnya, tidak lebih tepatnya levi adalah kekasihnya, untuk protes pun ia tak berhak karena dia hanya kekasih yang terlanjur terlarang. Petra beranjak pergi menuju pantry untuk membuang kopi buatannya.

"petra, kau mau membuang kopinya?" Tanya seorang lelaki berambut pirang

"ah CEO, maaf aku tak melihatmu konbanwa" sapa petra

"hai, ngomong-ngomong kau akan membuang kopinya?"

"CEO mau aku buatkan kopi? Sebentar-"

"tidak usah, yang ada saja jangan repot-repot, sepertinya kopi yang ada di tanganmu belum sempat disentuh"

"iya benar, kau bisa meminumnya CEO" petra menyodorkan kopi pada CEO-nya Erwin. Erwin meminum kopi sambil melirik petra, namun petra tak menyadarinya hingga tetesan kopi mengalir di sudut bibir erwin.

"ah CEO, kau menumpahkannya" ujar petra langsung memberikan tisu pada erwin

"arigato petra" erwin mengelap mulutnya

"iya CEO"

Pip pip pip. Ponsel petra bergetar "temui aku di hotel Sina, malam ini juga. Penting! Kamar no 98" isi sms dari nomor levi

"kebetulan levi, ada hal yang harus aku beri tahu" gumam hati petra lalu sedikit tersenyum sambil mengelus perutnya, erwin yang memperhatikannya hanya menaikan satu alis tak mengerti.

"maaf CEO aku harus pergi ada urusan" petra mengambil tasnya dan berlalu

"oh hati-hati" sahut erwin "hai" balas petra

"Berhasil akhirnya levi tertidur setelah meminum kopinya tadi, akan ku pastikan malam ini kau akan melakukannya denganku, kini giliranmu yang memenuhi kewajiban sebagai suami sah ku levi" bisik rico

Levi membuka kelopak matanya perlahan, memegang kepalanya yang sangat pusing mendapati istrinya rico kadang berubah seperti menjadi petra memakai pakaian hot, rico membelai rambut levi dengan seduktif lalu membuka kancing-kancing kemeja levi perlahan

"hei, apa yang kau lakukan petra mengapa kita ada dimana?" Tanya levi masih merasa pusing

"levi, penuhi kewajibanmu sebagai suami" pinta rico lalu mencium bibir levi. pikirannya buyar melihat rico tapi seperti petra memakai pakaian hot dan kelakuan seduktifnya. Akhirnya levi membalas ciuman rico dan melaksanakan kewajiban seorang suami. "obatnya manjur" rico tersenyum kecut, yang levi tau di hadapannya petra bukan rico.

Petra tersenyum melihat amplop putih yang berisi selembaran penting hasil pemeriksaannya di rumah sakit untuk menunjukannya ke levi, tapi seketika terjatuh ketika kamar yang ia tuju setengah terbuka dan menyaksikan levi dan rico bercengkerama ria, rico menyadari ada petra yang datang dan meliriknya mengejek namun levi tetap focus bercengkerama dengannya

"levi, aku mencintaimu" kata rico seduktif

"aku juga mencintaimu, kau memang berbeda dari wanita manapun " sahut levi. Petra yang masih terjaga di dekat pintu hanya bisa menitikan air mata dan beranjak pergi sejauh-jauhnya dari tempat itu dan petra memutuskan pergi ke bar untuk menenangkan diri.

"tuan aku minta wine" sahut petra pada bartender . petra hanya memandangi sambil memainkan sisi atas gelas berisi wine yang baru saja diberikan oleh bartender , gelas yang sedikit memantulkan wajahnya yang menyandar pada meja bar menitikan air mata, Petra menangis terisak-isak mengingat kejadian yang baru saja ia alami begitu menyakitkan "kau jahat levi hiks kau jahat, kau berjanji mempercayakanmu padaku, tapi sekarang apa? Janji itu sudah tidak berarti lagi" petra menutup wajahnya dengan kedua tangannya, petra pergi meninggalkan uang untuk membayar wine tapi sama sekali tak ia minum

"CEO? Kau kenapa?" beberapa meter setelah keluar dari bar petra melihat erwin sedang terhuyung-huyung lemah

"ah petra, ini maag ku sedang kambuh saja" ucap erwin

"biar ku bantu CEO" petra merangkul erwin agar tidak terjatuh dan menuntunnya ke tempat duduk taman terdekat. " biar aku yang belikan obat ya CEO, tunggu di sini" petra bergegas menuju apotik, erwin mengangguk sambil menahan sakit. Beberapa menit kemudian petra datang

"CEO ini minum air dulu" petra membuka tutup botol air mineral dan menyodorkannya pada erwin di susul dengan obat maagnya juga

"arigato petra" sahut erwin

"tidak, kewajibanku sebagai bawahanmu" petra sedikit tersenyum karena suasana hatinya sedang kacau

Beberapa menit kemudian. "bagaimana CEO sudah baikan?" Tanya petra yang masih setia menunggu erwin

"belum, ini masih sakit" erwin memegangi perutnya yang melilit

"CEO, aku antarkan kau pulang saja ya? Ini sudah larut malam"

"tapi…." Erwin masih meremas perutnya menahan sakit

"sudahlah tidak apa-apa, tunggu disini aku mau mengambil mobilku dulu" sahut petra dan bergegas pergi

'gadis itu sedikit pemaksa'

"CEO aku minta izin besok aku tidak masuk kerja" kata petra tengah menyetir mobilnya

"oh..uhm baiklah aku izinkan" kata erwin " petra terima kasih maag ku sudah sembuh berkatmu" lanjut erwin sambil tersenyum

"daijobu. maafkan aku CEO, meminta izin yang tidak sopan ini"

"tidak apa-apa petra. uhm… sebaiknya di luar kantor kau berhenti memanggilku CEO, panggil namaku saja" jelas erwin "hai" sahut petra

"petra kau habis menangis? Maaf aku lancang" Tanya erwin

"daijobu, tadi aku hanya kelilipan saja" petra tertawa

"ah itu belok kanan rumahku" sahut erwin tiba-tiba, petra langsung memarkir mobilnya. "petra kau sebaiknya masuk dulu" tawar erwin

"tidak usah erwin-san, ini sudah larut ma-" kata-kata petra terpotong ketika ada seorang wanita setengah baya keluar dari rumah erwin

"erwin, kau di antar seorang wanita? Sangat memalukan" sahut wanita paruh baya itu saat melihat erwin dan petra

"tadi maag ku kambuh bu" kata erwin pada ibunya Rachel Smith

"makannya cepat cari istri, supaya tidak lupa atau telat makan"

"ibu, jangan bicarakan ini di depan rekanku" kata erwin datar

"benarkah ini rekanmu? Lihatlah matanya yang sembab pasti habis menangis karena ulahmu erwin, kalian pasti habis bertengkar (maksudnya pertengkaran sepasang kekasih)". Cerocos ibu Erwin

Petra hanya bisa tersenyum dan erwin menahan malu atas kelakuan ibunya

"nak sebaiknya kau mampir" pinta ibu erwin pada petra

"tidak usah bu, arigato" petra tersenyum ramah dan meminta undur diri

"ibu aku tak suka ibu membicarakan tentang pernikahan dengan cara seperti itu, dia rekanku bu"

"ibu tidak peduli, yang jelas menurut ibu dia lebih cocok jadi istrimu, umur ibu sudah tua erwin, ibu ingin cepat menimang cucu" erwin hanya bisa menghela nafas berat.

Rico sangat senang karena rencananya berhasil, levi masih tertidur di samping rico dan tiba-tiba rico melihat secarik amplop putih dekat pintu lalu mengambilnya.

"surat dari rumah sakit? Petra ral, mengandung berumur 4 minggu" bisiknya pelan membaca inti surat dari amplop putih itu lalu di remas dan di buang ke tempat sampah sebelum levi menemukan terlebih dahulu "petra ral good bye!" cengir rico

..

..

Jam 09.45

Tok tok….tok tok tok

Petra membuka pelupuk matanya,terbangun karena tertanggu oleh ketukan pintu yang memaksa, apakah ada kurir yang mengantarkan berkas-berkas yang tidak bisa di tinggalkan hari ini, padahal petra sudah minta izin langsung kepada CEO, ia benar-benar ingin beristirahat sejenak dari masalah kerja juga pribadi, dengan terpaksa masih setengah sadar petra membukakan pintu. Petra terkejut dan berusaha menutup pintu itu kembali, terjadi saling adu dorong pintu tapi petra terhempas mengingat kondisi antibody tubuhnya melemah, stress, dan masalah lain yang mengganggu dll.

"aku ingin bicara denganmu" sahut wanita yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan Shingeki itu

"silahkan duduk ny. Rico, anda mau berbicara apa" kata petra ramah

"aku tidak mau mengulanginya lagi jadi dengarkan aku baik-baik, aku tau kau hamil, sebelum levi mengetahui hal ini sebaiknya cepat kau gugurkan kandungan itu" sahut rico ketus dan serius

"tidak, tidak akan pernah" petra menggeleng sambil memegangi perutnya

"aku tidak minta persetujuanmu, minum ini" rico menyodorkan sebuah botol beling kecil berwarna coklat bertuliskan instant abortion

"tidak, aku tidak mau minum, cepat pergi dari sini" petra mengusir rico

"beraninya kau mengusir atasanmu" bentak rico lalu membuka obat aborsi dan memaksa petra untuk meminumnya, petra berusaha membungkam mulutnya. Rico menjambak rambut petra dengan keras hingga ia teriak kesakitan, terus lagi dan lagi rico menarik rambut petra, petra tak mempunyai lagi kekuatan untuk melawan rico yang memiliki badan lebih besar darinya dan sangat fit untuk bertarung. Rico dengan cepat memasukan obat aborsi itu ke mulut petra saat mulutnya berteriak kesakitan akibat jambakan lalu di paksa bungkam sampai terbatuk-batuk, petra ambruk, manik madunya mengembun lalu mencair, air matanya menetes saat obat terkutuk itu mengalir di kerongkongannya.

Seperti tak puas rico meraih kerah belakang piyama petra menariknya menuju kamar mandi di hempaskannya petra pada bath up yang telah berisi penuh air dan berusaha menenggelamkan petra berulang-ulang, masih belum puas juga rico memutar keran shower ke arah warna biru dan memandikannya, petra sangat kedinginan.

"b-berhenti nyonya to-long, aku kedinginan" kata petra terbata menggigil

"tidak akan, rasa sakit yang ku rasakan lebih dari ini" desis rico

"ku mo-hon " petra memohon sambil memegangi kaki rico dan menangis, bibir merah merekahnya berubah menjadi biru

"lepaskan tangan kotormu dari kakiku, demi Tuhan aku tak sudi di pegang olehmu wanita jalang!" rico melepaskan diri dari pegangan petra lalu pergi meninggalkannya

"a a akh! Sh! Akh!" petra meremas perutnya merasakan kesakitan yang luar biasa "to-long si-apa pun to-long a-ku" rasa dingin yang hampir menembus tulangnya dan rasa sakit yang di hadapinya benar-benar perpaduan yang sangat luar biasa. Petra berusaha berdiri untuk memberhentikan keran shower yang dingin itu namun nihil, rasa sakit yang terombang ambing di perutnya membuat ia tak bisa sedikitpun untuk berdiri

"akh! A a a akh!" teriak petra, kali ini petra merasakan kesakitan maha dahsyat dari perutnya dan ia merasakan cairan kental meluncur keluar dari vagina lalu perlahan mengalir menuju paha jenjangnya. Petra tau itu adalah janinnya yang telah mati, petra mengusap darah itu lalu di dekatkan pada dadanya.

"m-maafkan ibu yang tidak bisa menjagamu nak, ibu pantas di beri hukuman, ia kan nak? Yang jelas ibu sangat senang kau pernah hadir bersama ibu" petra menangis tenggorokannya semakin berat melihat percikan air shower yang masih mengalir deras membawa darah-darah janinnya itu pergi ke saluran pembuangan, cairan darah itu membuyar kemana-mana bahkan piyama yang di kenakan petra sudah sangat ternodai oleh darah-darah itu, pandangan petra kabur kondisi fisiknya dan saraf-sarafnya tidak bisa lagi menahan beban sakit dan kedinginan, petra tumbang.

"moshi moshi, iya ibu aku akan mengantarkannya, iya iya" erwin menutup telpnya

Erwin memarkirkan mobilnya pada halaman rumah seorang gadis bersurai orange caramel, mengantarkan makanan pesanan ibunya untuk petra, ibu erwin benar-benar sudah jatuh hati pada wanita bermanik madu itu, erwin merasa aneh karena pintu rumah petra setengah terbuka.

"petra" erwin menyahut dari luar "petra apa kau di dalam, ini aku erwin" sahut erwin, tak ada jawaban juga. Dia memberanikan diri memasuki rumah karyawannya, saat berjalan menuju ruang tengah ia tak sengaja menginjak botol bertuliskan instant abortion . erwin memanggil petra lagi namun tak ada jawabnya hanya terdengar suara shower dari dalam kamar mandi, tapi pintu kamar mandi itu terbuka juga, erwin merasa ada yang tidak beres disini, akhirnya erwin memberanikan diri untuk mengeceknya langsung.

"p-petra!" erwin membulatkan matanya terkejut bukan main mendapati petra yang begitu mengenaskan, banyak darah berceceran, shower dingin hidup, petra tergeletak pucat dengan banyak noda darah di piyamanya. Erwin memutar keran showernya agar berhenti, lalu mengecek detak jantungnya dengan menempelkan telinganya pada dada petra, masih… masih berdetak walaupun lemah, erwin bergegas membawa petra dengan bridal style menuju rumah sakit

"bertahanlah petra ku mohon, biarkan kau mendengar penyataan harapan dari ku" entah ada emosi apa yang ia rasakan, matanya sedikit mengembun

At rumah sakit

Erwin meremas jari-jarinya tak tenang menunggu petra keluar dari ruang ICU. Lampu yang menyala yang bertengger di atas knop pintu mati, beberapa dokter dengan pakaian hijau berhamburan keluar, erwin langsung menghampirinya

"dokter bagaimana keadaanya " erwin sangat khawatir tapi masih berkarisma

"apa kau keluarganya?" Tanya dokter itu

"bukan, aku rekan kerjanya, orang tuanya di yunani, aku yang bertanggung jawab semuanya"

"souka, mari ikut keruanganku"

"jadi bagaimana dokter" Tanya erwin tenang namun sedikit khawatir yang duduk di hadapan dokter

"bersyukurlah pada Tuhan, ia hampir saja kehilangan nyawa, sedikit saja terlambat nyawanya melayang, ia telah meminum obat aborsi berbahan keras" ujar dokter " sebaiknya anda tidak membuatnya stress jika ia sudah sadar, mungkin saat ini ia akan sedikit terguncang" lanjut dokter

"souka" singkat erwin berwajah tenang namun penuh rasa khawatir.

Petra terbaring lemah tak berdaya di ranjang putih, nafasnya di bantu oleh masker oksigen, tangannya di lucuti jarum infus, setidaknya badan dan bibirnya sudah tidak membiru lagi, seorang pria pirang menemaninya dengan setia, ia menggenggam erat tangan gadis bersurai caramel menyalurkan suhu hangat dari tubuhnya dan juga hatinya.

"yah a-yah" petra mengigau, membuat pria pirang berbadan kokoh itu tersenyum, setidaknya gadis itu memperlihatkan perubahan yang signifikan

"petra, kau dulu juga begini selalu memanggil ayahmu, aku iri dengannya" pria pirang berkarisma itu mengingat kejadian satu tahun lalu.