Charapter 1 :

-Dareka Ni Tsuite-

Disclaimer by Masashi Kishimoto

FanFic by Sapphire Harukichi

Rated : T

Genre : Romance, Humor, Sad, etc.

Pair : NejiSaku, NejiTen, KibaSaku, etc.

-oOo-

Kehidupan Sakura berubah saat ia menikah dengan seorang Junin Hyuuga Neji. Ia menikah karena perjodohan oleh orang tuanya dan Neji. Dengan sifat Neji yang sangat pendiam dan jarang berbicara, membuat Sakura tidak betah tinggal dengannya. Berkebalikan dengan sikapnya yang cerewet, aktif, keras kepala, dan pemalas. Bagaimana kehidupan mereka?

-oOo-

"Huaah," Sakura menguap lebar saat ia dan Ino sedang tugas dirumah sakit.

"Hmm, menguap sebesar 4cm. Sepertinya kau ini keturunan singa ya?" Ino mengukur panjang uap'an Sakura dengan jarinya.

"Hati-hati ya kalau bicara," dengus Sakura.

"Haahh, aku juga bosan," keluh Ino.

"Pukul berapa sekarang?" tanya Sakura.

"Hmm, pukul 17.30. Memang kenapa?"

"Hei! Waktu kita berjaga kita sudah habis tahu," Sakura bangkit dari kursinya dan membereskan berkas-berkas yang ada diatas meja.

"Iyakah? Kalau begitu bagus sekali," timpal Ino.

Sakura dan Ino berjalan menelusuri lorong koridor rumah sakit yang sepi itu. Mereka berdua hendak menaiki lift. Sambil mereka menunggu lift turun, mereka menceritakan lelucon ria.

Ting!

Lift terbuka. Sakura dan Ino terlonjak kaget saat melihat atasan mereka sedang berada didalam lift. Shino tersenyum pada Sakura dan Ino. Keduanya membalas senyum Shino, lalu ikut masuk kedalam lift. Dengan posisi Ino ditengah Sakura dan Shino. Hanya hening yang terjadi diantara mereka.

-oOo-

"Tadaima," seru Sakura saat ia memasuki rumah.

Sakura mengedarkan pandangannya. Ia sama sekali tidak melihat Neji. Ia berjalan menuju dapur, tidak ditemukannya Neji. Ia memasuki ruang tamu, tidak juga. Lalu ia pergi ke kamar Neji dan dengan seenak jidatnya membuka pintu kamar Neji tanpa mengetuk pintu.

"Ah, kau disini rupanya," seru Sakura girang. Ia berjalan mendekati Neji dan duduk disebelah Neji.

Neji tengah sibuk dengan buku yang dibacanya. Sakura melihat buku tersebut dan membacanya. Sedangkan Neji tidak berbicara apapun selain serius membaca bukunya. Sesat kemudian Sakura menjauhkan matanya dari bacaan buku tersebut.

"Ini buku apa, sih? Tidak ada gambar sama sekali. Tulisannya juga tidak bisa dimengerti," Sakura menunjuk buku Neji.

Neji tidak menjawab. Ia masih berkutat dengan bukunya. Sakura yang merasa didiamkan pun cemberut. Kadang ia kesal dengan sifat Neji yang –terlalu- pendiam itu.

"Kau sudah makan?" tanya Sakura.

Neji mengangguk sekilas. Sakura mencibir. "Kau ada misi?" tanya Sakura –lagi-.

Neji menggeleng. Sakura mengembungkan kedua pipinya. Seperti anak kecil. "Lalu, kau tadi pergi kemana?" tanya Sakura.

Neji menghentikan aktivitas membacanya. Ia menatap Sakura tajam. "Bisakah kau berhenti bertanya?" kata Neji dingin.

"Bisakah kau menjawab pertanyaanku dan tidak diam saja?" balas Sakura.

Neji terdiam sesaat. Ia menatap Sakura dan Sakura juga menatapnya. Kedua mata mereka bertemu. Neji kembali membaca bukunya. Sedangkan Sakura mendengus.

"Menyebalkan!" dumel Sakura. Ia bangkit dan keluar dari kamar Neji. Lalu menggeser pintu tersebut dengan keras. Lalu ia berjalan menuju kamarnya.

-oOo-

Paginya, Sakura bangun terlambat. Ia cepat-cepat bangun dan melipat futonnya asal, lalu menaruhnya dilemari tempat menaruh futon. Ia berlari menuju dapur dan membuatkan sarapan. Dimeja makan Neji sudah duduk manis. Ia menatap Sakura yang tengah terburu-buru membuat sarapan. Setelah selesai, ia meletakkan masakannya dimeja makan dan ikut duduk didepan Neji.

"Ohayou, Neji-san," sapa Sakura.

"Aa," balas Neji.

Sakura dan Neji memakan sarapan mereka dalam hening. Sakura makan dengan terburu-buru. Sedangkan Neji makan dengan tenang. Ditengah sarapan mereka, Sakura terlonjak kaget dan bangkit dari kursinya. Ia mengambil panci dan menuang air dari westafel. Lalu ia menaruh panci tersebut diatas kompor dan menyalakan kompor tersebut.

"Gomenne, Neji-san. Aku lupa membuatkanmu air panas untuk mandi," kata Sakura saat ia kembali duduk dan memakan sarapannya kembali.

Setelah selesai, Sakura membereskan piring-piring dan menaruhnya diwestafel. Suara air mendidih memenuhi gendang telinga Sakura. Dengan cepat Sakura mematikan kompor dan mengambil lap untuk mementeng panci tersebut. Lalu Sakura menuangkan air panas tersebut kedalam bak mandi kayu dikamar mandi.

"Air hangat panas sudah ku tuangkan kedalam bak mandi. Kalu kau ingin mandi silahkan saja," kata Sakura.

Neji tidak berkata apapun. Ia melenggang menuju kamar mandi. Seperti biasa Sakura kembali menjalankan aktivitasnya, yaitu beres-beres rumah. Jika kalian ingin tahu, setiap hari Sakura selalu disuruh membersihkan rumah oleh Neji. Tapi ia bekerja tak cuma-cuma. Tentu saja ia dibayar oleh Neji. Karena Neji tidak betah tinggal dengan seorang yang selalu berantakan, seperti Sakura. Oleh karena itu ia membersihkan rumah dari ujung ke ujung.

Pertama Sakura mengelap meja. Meja makan, meja belajar Neji, meja ruang tamu, dll. Kemudian ia menyapu lantai. Memang rumah ini terkesan tradisional dengan lantai terbuat dari kayu, namun luasnya benar-benar membuat Sakura mengeluh. Lalu setelah itu ia mengepel lantai, mengelap jendela, mencuci piring, mencuci pakaian, menjemur pakaian, dan menyetrika pakaian. Ditambah lagi ia menyiram tanaman-tanaman yang ada di kebun mereka. Lalu mencabuti rumput liar di kebun mereka. Dan yang terakhir menyapu halaman depan dan belakang. Matahari begitu jahat siang ini. Sakura mengelap keringat yang menjalar dikeningnya dengan punggung tangannya.

"Haah, panas sekali sih hari ini!" keluh Sakura ditengah menyapunya. Ia memukul-mukul pinggangnya yang terasa pegal. Tinggal separuh lagi pekerjaannya selesai.

"Huh, selesai juga," Sakura merendam tubuhnya di air bak mandi.

"Dasar Neji-san menyebalkan!" gumel Sakura disela-sela mandinya.

-oOo-

Sakura tengah berbelanja didesa siang ini. Ia berbelanja bermacam-macam kebutuhan rumah tangga. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, yang sukses membuat Sakura terlonjak kaget. Sakura menoleh dan menggerutu saat tahu siapa yang menepuk pundaknya.

"Kiba-san! Kau ingin membuatku jantungan ya?" seru Sakura. Kiba hanya nyengir.

"Gomenne, kau sedang apa?" tanyanya.

"Kau tidak lihat aku sedang apa?" ketus Sakura sambil memilih-milih buah semangka yang segar.

"Huh, ucapanmu tidak enak sekali didengar!" gerutu Kiba.

"Habisnya.."

"Nani?" cibir Kiba.

"Ah, bantu aku bawakan belanjaanku!" dengan seenak jidat Sakura memberi keranjang belanjaannya pada Kiba.

"Hei!" Kiba hanya pasrah saat Sakura melenggang pergi meningglakannya dan barang belanjaan Sakura. Dengan terpaksa Kiba mengikuti Sakura berbelanja sepanjang siang itu.

-oOo-

"Arigatou, Kiba-san sudah mau menemaniku berbelanja hari ini," Sakura tersenyum lebar.

Kiba mendelik. "Ini kan karena kau paksa!" dengusnya.

Sakura hanya nyengir. Mereka berdua sedang berada dikedai ramen untuk makan siang mereka. Sesekali mereka berbicara ria. Sakura tertawa lepas saat Kiba menceritakan sebuah lelucon aneh. Namun seketika tawanya pudar saat melihat seseorang yang baru masuk di kedai. Kiba yang bingung pun mengikuti arah pandangan Sakura. Seketika itu juga ia ikut terdiam.

"Untuk apa Neji-san datang kesini bersama.. Ten-Ten?" gumam Sakura.

Kiba berbalik badan dan menatap Sakura nanar. Sepertinya ia belum tahu, batinnya. Neji dan Ten-Ten duduk agak jauh dari meja Kiba dan Sakura.

"Kenapa? Kau cemburu, huh?" ledek Kiba.

"Huh? Untuk apa aku cemburu? Memangnya aku menyukai dia apa!" seru Sakura.

Kiba terdiam mendengar ucapan Sakura. Sakura sendiri langsung terkesiap. "T..Tentu saja aku menyukai Neji-san. Aku ini kan istrinya. Hahaha," Sakura tertawa hambar. Ia takut jika Kiba curiga.

"Lalu kenapa kau tidak cemburu?" tanya Kiba.

Sakura menelan ludah. "Ah, sepertinya aku harus pulang. Ramenku sudah habis. Aku duluan ya?" pamit Sakura yang langsung beranjak bangun.

Sakura mengubrek-ngubrek isi tas belanjaannya. Ia mencari dompetnya. Tiba-tiba saja sebuah apelnya jatuh dibawah meja. Ia pungut apelnya, namun saat ia mendongakkan kepalanya, ia terlonjak kaget. Pasalnya apelnya tepat jatuh dibawah meja Neji dan Ten-Ten. Sakura menelan ludah.

"G..Gomenne, hehehe," Sakura beranjak bangun. Sedikit memalingkan wajah saat Neji menatapanya tajam. Cepat-cepat Sakura membungkukkan badan dan berlalu pergi.

-oOo-

"Tadaima," Neji masuk dan berlalu melewati Sakura yang tengah makan malam.

"Kau tidak makan, huh?" Sakura mengikuti langkah Neji yang berjalan masuk menuju kamarnya.

"Tidak," jawab Neji singkat.

"Ingin ku buatkan air panas untuk kau mandi?" tanya Sakura agak berlari untuk menyamakan langkah kakinya dengan Neji.

"Tidak," jawab Neji –lagi-.

"Kau yakin?" tanya Sakura.

Tiba-tiba saja Neji menghentikan langkahnya, sehingga membuat Sakura menabrak punggung Neji. Neji berbalik badan dan menatap Sakura tajam. Seakan-akan ingin memakan Sakura saat ini juga. Sakura menelan ludah.

"Bisakah kau tidak cerewet? Jangan ikuti akau dan jangan ganggu aku," ucap Neji tegas lalu berbalik badan dan masuk ke kamarnya.

Sakura terdiam. Neji kenapa ya? Batin Sakura. Dengan wajah murung, Sakura kembali ke dapur untuk meneruskan makan malamnya. Ia makan agak lama, karena ia makan sambil melamun. Setelah selesai, ia menaruh bekas-bekas piring di westafel, kemudian beranjak ke kamarnya.

-oOo-

"Ohayou, Sakura!" sapa Ino girang saat Sakura baru duduk di kursinya.

Sakura hanya membalasnya dengan tersenyum kecut. Ia duduk di kursinya, lalu melipat tangannya diatas meja. Melamun. Ino yang melihatnya mengerutkan kening bingung.

"Kau kenapa? Sepertinya ada masalah?" tanya Ino.

"Eh? I..Iie," jawab Sakura. Ia mengambil berkas-berkas di lemari, lalu pura-pura sibuk dengan berkas-berkas tersebut.

"Jangan bohong Sakura. Aku tahu dari raut wajahmu, sepertinya kau memang ada masalah," kata Ino yang entah sejak kapan sudah berdiri didepan meja Sakura.

Sakura terdiam. "Aku tidak apa-apa. Hanya kesal saja dengan Neji-san," Sakura menggerutu.

"Neji-san? Memangnya dia kenapa?" tanya Ino.

"Hahh.. Kemarin aku pergi ke kedai ramen bersama Kiba-san. Lalu tanpa sengaja aku melihat Neji dan Ten-Ten disana. Lalu malamnya Neji pulang dengan membentakku. Padahal kan aku hanya bertanya. Tadi pagi juga rumah sudah kosong. Sepertinya dia masih marah," jelas Sakura panjang lebar.

Ino terdiam mendengar penjelasan Sakura. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sakura yang melihatnya mengangkat sebelah alisnya.

"Ada apa?" tanya Sakura.

"Hei, menurutmu mereka berdua bagaimana?"

"Huh? Bagaimana apanya?"

"Neji dan Ten-Ten,"

"Mereka kenapa?"

"Aduh. Sakura! Aku tahu kau ini lamban, tapi tak usah selamban itu," gerutu Ino.

"Menurutmu, apa ada hubungan sesuatu antara Neji dan Ten-Ten?" tanya Ino serius.

Sakura terdiam. Ia juga berfikir. Ada benarnya juga perkataan Ino. Apa ada hubungan sesuatu diantara Neji dan Ten-Ten? Batin Sakura.

-End of Charapter 1-