Untuk semua, maaf aku tidak pernah update ceritaku ini dikarenakan suatau hal, yaitu sekolah
Tapi sekarang aku sedang re-edit ceritaku yang satu ini, jadi untuk cerita baru akan kubuat setelah cerita ini selesai deh
Gomen ne minna san
Cerita ini punyaku, tapi tokohnya bukan punyaku, melainkan punya Tetsuya Nomura dan Square Enix
Aku hanya meminjam untuk jadi tokoh dalam ceritaku koq xD
Aku hanya berharap bisa jadi kenyataan aja deh klo tokohnya ada di dunia nyata #ngarepmodeon xP
Okey~ silahkan membaca deh ^.^
TWIN VAMPIRES
#Meet Old Friends 1
Pagi yang cerah untuk memulai hari yang indah ini. Seorang gadis berambut biru laut pendek dengan malasnya masih saja terus tidur. Dibukanya mata secara perlahan, yang pertama di lihat adalah langit-langit kamarnya. Dia bangkit dari tempat tidurnya perlahan. Dipejamkannya matanya sebentar lalu membukanya kembali. Gadis itu memiliki mata biru yang indah seperti warna biru langit.
Direnggangkan badannya sejenak dan berdiri dari tempat tidurnya. Dibukanya tirai berwarna putih yang tidak bisa menahan cahaya matahari untuk masuk. Cahaya terang langsung saja menyilaukan matanya. Dihalanginya cahaya tersebut dengan tangannya yang kecil, tapi cahaya masih bisa lewat melalui sela-sela jarinya. Dapat terdengar suara burung-burung berkicau menyambut datangnya pagi.
Ditinggalkannya itu dan mulai mengambil handuk biru besar untuk mandi. Tidak perlu waktu lama dia mandi. Dia keluar dengan tubuhnya yang dibalut handuk biru besarnya. Dia berjalan menuju lemari pakaian yang terbuat dari kayu pohon dan berwarna coklat alami dari pohon. Dibukanya pintu lemari, matanya mulai mencari sesuatu untuk dikenakan.
Matanya mulai terhenti setelah dia melihat seragam putih dengan rok biru kotak-kotak. Diambilnya seragam yang dilihatnya dan berjalan kembali menuju kamar mandi untuk memakainya.
10 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi yang telah mengenakan seragam miliknya. Dia mencari dasi yang warna dan motifnya sama dengan roknya. Dia mencari di laci mejanya sampai dalam lemari. Akhrinya ditemukan olehnya yang dia taruh dalam tasnya.
Dipakainya dan merapikannya agar tidak terlihat berantakan. Disambarnya tas selempang biru miliknya yang tergeletak di atas meja belajarnya. Baru saja ingin keluar kamar, seseorang telah memanggil namanya.
" Rin ! " panggil seseorang dari bawah.
Dia keluar kamarnya, berjalan melewati satu kamar yang bertuliskan nama pada papannya ' Ven & Roxas '. Baru beberapa langkah ia melewati kamar tadi, dia mulai berpikir sesaat. Diputuskannya untuk berbalik ke kamar yang ia lewati.
Dibukanya pintu kamar dan melihat ada dua anak laki-laki berwajah mirip. Mereka terlihat sangat manis saat tidur.
" Ven ! Roxas ! Bangun, kalian tidak ingin pergi sekolah !? " panggilanya dengan nada tinggi untuk membangunkan mereka.
" ung… " gumam salah satu dari mereka yang tidur di bagian kanannya.
" huaaamm… " yang satunya lagi menguap sambil berusaha bangun dari tempat tidur di bagian kirinya.
Mereka berdua duduk di kasur sambil mengucek mata bersamaan. Terlihat dari wajah mereka, kalau mereka baru setengah sadar. Mereka melihat ke arah gadis di depan mereka dengan mata masih terpejam. Ia menghela napas pelan.
" ayo, segera mandi. Kalian ini semalam main jam berapa sih hingga harus dibangunkan " keluhnya sambil menyuruh mereka berdua.
Secara bersamaan kedua anak yang mirip itu menganggukan kepala pertanda mereka mengerti. Gadis itu keluar kamar dan berjalan menuruni tangga. Matanya melihat ke arah dapur di sisi kiri tangga. Dapat ia lihat ada seorang wanita rambut hitam panjang sedang terburu-buru dalam menyiapkan sarapan, tapi sempat dalam membuat bekal.
Wanita itu yang menyadari kehadiran gadis itu langsung menyuruhnya untuk membantu. " Rin ! Bantu Ibu membuat sarapan, Ibu ingin membantu Ayah dulu dalam menyiapkan barang sebelum kerja. "
" ok Ibu " jawabnya singkat.
Dia mulai menuju mesin toaser roti, kelihatannya Ibunya telah memasukkan roti ke dalam mesin dan tinggal menunggunya matang. Selagi menunggu rotinya matang, dia menyiapkan beberapa selai, seperti selai kacang, selai stroberi dan selai cokelat. Tidak lupa juga dia menggantungkan tasnya di kursi agar tidak terlalu terganggu. Disiapkannya tiga piring makan untuk rotinya. Untungnya roti telah siap dan tinggal membuat empat lagi untuk kedua anak laki-laki tadi.
Gadis itu mendengar suara langkah kaki menuruni tangga. Suaranya terdengar sangat santai, berarti bukan Ayah dan Ibunya. Dia segera memasukkan dua roti dalam toaser dan berjalan menuju kulkas. Dibukanya lalu mencari susu untuk pelengkap minumannya. Ditemukannya sekotak susu yang diletakkan di pintu kulkas.
" Nee-chan, roti sudah matang ! Aku angkat ya ! " kata salah satu anak laki-laki yang tidak diketahui siapa.
" iya ! Jangan lupa buat lagi atau salah satu dari kalian akan kelaparan " balasnya.
Dia mengambil tiga gelas dan meletakkan gelas tersebut serta susu di atas meja makan. Di atas meja telah tersedia selai, susu dan dua piring yang ada dua roti di masing-masing piring. Mungkin bukan dua piring lagi, sekarang telah menjadi tiga piring. Mereka bertiga duduk dan mulai menyantap roti yang masih hangat.
Gadis itu di panggil Rin yang nama panjangnya adalah Rixin. Dia tinggal di keluarga yang terbilang selalu sibuk, baik di hari libur maupun hari biasa. Nama keluarganya Strife, nama keluarga Ayahnya. Rin juga bukan anak kandung, melainkan dia anak angkat.
Yang ada dihadapannya adalah adik kembarnya. Dari yang kanannya, Roxas, adik yang terbilang susah untuk diatur terkadang. Lalu dikirinya Ventus atau singkatnya Ven, anak yang patuh tapi dia punya kemampuan yang sulit untuk di kontrol olehnya. Sehingga memerlukan saudaranya di samping dirinya setiap saat.
Cara membedakan mereka memang susah, tapi dapat kalian lihat saja dari Roxas yang mengenakan banyak aksessoris dari cincin, kalung dan wristband pada tangan kirinya. Sedangkan Ven, dia memang memakai wristband yang sama, tapi tidak memakai kalung dan cincin seperti Roxas.
Tidak lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga begitu cepat dan terdengar gaduh. Ternyata Ibu dan Ayah yang telah selesai bersiap-siap untuk berangkat kerja.
" Rin, jangan lupa kunci pintu. Ayah dan ibu akan pulang dalam waktu kemungkinan tiga sampai lima hari, karena tugas yang diberikan tingkat SS " ucap Ibu yang melihat ke arah Rin dan kedua adiknya.
" aku tahu Ibu, jangan khawatir tentang urusan rumah " katanya masih memakan rotinya yang berselai cokelat.
" baguslah kalau begitu " Ibunya lega. " Ibu dan Ayah pergi dulu. Ven, Roxas, dengar kata Nee-chan kalian ! " Kata Ibu mereka tegas dan berjalan keluar.
Selagi mereka masih menyantap sarapan, mereka mendengar suara deru motor yang kencang dari luar. Mungkin milik Ayah mereka, Fenrir. Dia menuangkan susu dalam gelasnya dan tidak lupa untuk kedua adiknya juga.
Diminumnya hingga habis, lalu dia langsung mencuci piring kotor. Kedua adiknya juga baru selesai dan memberikan piring kotor pada Rin. Roxas juga membantu dalam meletakkan selai di tempatnya lagi, sedangkan Ven mengembalikan susu dalam kulkas. Setelah selesai, dia megambil kotak bekalnya dan memasukkannya dalam tasnya yang masih tergantung di kursinya.
Pekerjaan Ayah dan Ibunya adalah Hunter Pro. Mereka tidak akan segan-segan membunuh apa yang diperintahkan atasan mereka. Yang mereka bunuh juga bukan mahkluk biasa, melainkan vampire dan werewolf. Kedua bangsa yang sering meresahkan warga akhir-akhir ini. Padahal sekitar tiga tahun yang lalu mereka tidak terlalu sering bermunculan, tapi sekarang mereka jadi lebih sering bermunculan. Lebih parahnya lagi, kedua bangsa ini sering terjadi perkelahian hingga banyak bangunan atau jalanan yang rusak dikarenakan mereka. Tidak hanya itu, vampire mulai senang menghisap darah orang-orang dalam jumlah yang banyak. Untuk werewolf, mereka sangat senang memangsa manusia sebagai makanan mereka.
Nama Ayahnya Cloud Strife yang memiliki tingkat tertinggi dari semua Hunter. Ibunya bernama Tifa Strife yang dulunya nama keluarganya Lockhart. Ibu mereka termasuk tingkat tertinggi dari Hunter lain.
Begitulah keluarga yang bisa di bilang belum mengetahui jatidiri Rin sebenarnya. Kalaupun mereka tahu mungkin saja akan di benci dan membunuh Rin secara langsung. Tapi untung saja mereka belum tahu.
Rin dan kedua adiknya mulai keluar rumah untuk berangkat sekolah. Sebelum keluar dia mencari kunci rumahnya. Dia mencari di tempat rahasia untuk menyimpan kunci, yaitu di dalam loker sepatu yang ada laci kecil didalamnya. Diambilnya dan melihat kunci itu memiliki gantungan berbentuk ayam warna kuning. Orang-orang menyebutnya Chocobo.
Dia tidak ingin berlama-lama dan segera keluar rumah. Rin melihat kedua adiknya tengah menunggu di depan pagar. Dia mengunci rumah dengan kunci yang dia pegang.
Aslinya dia tidak perlu mengunci bila dia ingin, tapi karena tugas ini perintah ibu mereka. Jadi harus tetap di kunci. Mereka pun mulai berjalan menuju sekolah dengan menggunakan kereta.
-RADIANT STATION-
Sesampainya di stasiun kereta, ternyata masih saja banyak orang yang ingin naik kereta pada jam seperti sekarang. Tapi tidak sebanyak pada saat pagi buta. Kalau pagi buta mungkin bisa menjadi ikan yang baru saja keluar dari penggorengan, karena banyaknya orang dan ketika masuk pasti akan sesak napas dan panas.
Setelah sampai di tempat tujuan mereka hanya perlu berjalan kaki sebentar dari pemberhentian selanjutnya menuju sekolah. Jaraknya tidak terlalu jauh untuk mereka.
-TWILIGHT STATION-
Dalam 10 menit mereka sampai di stasiun dan mulai melanjutkannya dengan berjalan kaki. Tidak lama HP Rin berbunyi pertanda ada pesan masuk. Dicarinya HP miliknya yang disimpan di dalam tasnya. Setelah berhasil menemukannya, dia membuka isi pesan masuk.
' Rin, maaf. Ayah dan Ibu akan pulang dalam waktu seminggu. Tenang saja, Ayah dan Ibu akan usahakan pulang cepat bila tugasnya telah selesai.
PS : Bilang pada Ven dan Rox, Ayah tidak bisa mengajari mereka.'
Itulah isi pesannya yang di kirim oleh Ayah. Dia melihat ke arah Ven lalu Rox.
" Ayah tidak bisa mengajari kalian. Nee-chan yang akan menggantikan Ayah selama seminggu ini " katanya dengan tatapan lembut tapi terlihat menyeramkan.
" Ka-kami mengerti Nee-chan... " keringat dingin perlahan mengalir dari wajah mereka berdua.
Perlahan mereka kembali berjalan menuju sekolah. Di depan gerbang sekolah, dapat di lihat banyak anak yang melihat ke arah mereka. Kelihatannya seperti membicarakan Rin. Dia mengabaikan hal itu dan mulai melangkah masuk. Pertama kali dimasuki adalah loker sepatu yang khusus untuk sekolah. Dilepasnya sepatu miliknya dan berjalan menuju lokernya yang bertuliskan namanya. Ketika membuka loker, dia dikejutkan dengan banyaknya surat di dalam loker miliknya hingga berserakan di lantai.
Keringat dingin mengalir dan menghela napas pelan. Dikeluarkannya tas ukuran kecil yang khusus dia bawa untuk surat yang memenuhi loker sepatunya. Diambilnya satu persatu dan memasukkannya dalam tas kecil. Tidak lupa juga dia mengganti sepatunya dengan sepatu putih dari sekolah dan memasukkan sepatu miliknya dalam loker.
Rin berjalan sambil mengenakan sepatu putihnya. Tatapannya menuju papan pengumuman yang di sana ada kedua adiknya sedang berdiri melihat sesuatu.. Dihampirinya dan berdiri dibelakang mereka.
" oh ! Nee-chan, aku dan Rox masuk di kelas yang sama " ucap Ven senang.
" baguslah kalau begitu Ven " balasnya tersenyum.
Seorang gadis tiba-tiba saja memeluk Rin dari belakang. " Rin ! "
" EKH ! Y-Yuffie ! " Rin terkejut dan menoleh ke gadis yang memeluknya.
" Bagaimana liburanmu selama sebulan kemarin Rin ? " dia tersenyum menggoda.
" Hanya melakukan tugas " jawabnya singkat.
Rin melepaskan pelukan dari gadis dibelakangnya. " Ven, Nee-chan serahkan kunci rumah padamu ya " diserahkannya kunci rumah pada Ven.
" serahkan saja padaku Nee-chan " dia menggangukkan kepala.
Ven dan Rox berjalan menuju kelas yang sudah diketahui oleh mereka. Rin pun berjalan menaikki tangga yang ada di sebelah papan pengumuman. Gadis yang memeluknya dari belakang juga mengikutinya.
" ne~ Rin... " panggilnya.
" hum ? apa ? " dia berhenti sesaat dan menoleh ke belakang.
" aku ingin membaca suratmu " diulurkannya tangannya meminta tas kecil berisi surat yang Rin bawa.
Rin sudah mengerti tabiat temannya yang bernama Yuffie Kisaragi. Setiap kali Rin mendapat surat pasti akan di baca lebih dulu olehnya.
Diserahkannya tas kecil kepada Yuffie. Dia pun mengambilnya dan mulai berlari cepat menaikki tangga. Dengan mata melebar, Rin hanya bisa terdiam dan melanjutkan berjalan menaikki tangga. Kelas Rin ada di lantai tiga, kelas 3-3. Sesampainya di lantai tiga, dia berdiri di depan kelasnya. Digesernya pintu kelasnya, dapat terlihat sudah banyak temannya yang telah datang dan menempati tempat duduk mereka masing-masing. Rin lebih memilih bangku paling depan dekat jendela, karena dia suka melihat keadaan diluar.
Digantungnya tas selempang di sisi kiri meja. Dia melihat Yuffie tengah asyik membaca di tempat duduknya yang berada di belakang. Diabaikannya itu, dia mulai merasa aneh dengan bangku yang lebih banyak dari sebelumnya. Apalagi baru dia saja yang menempati bangku paling depan, sedangkan teman-temannya yang lain menduduki bagian belakang dan tidak begitu semuanya terduduki. Mungkin itu hanya perasaannya saja. Tidak lama bel masuk pun berbunyi. Seorang guru masuk tanpa membawa apapun.
" selamat pagi semuanya ! Bagaimana hari-hari libur kalian selama ini ? Sensei yakin pasti menyenangkan ! " ucap Sensei memberikan senyuman.
" tidak juga " kata Rin yang bersuara pelan.
" untuk hari ini kalian boleh menentukan pengurus kelas yang baru, karena kita akan menyambut kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang baru " kata Sensei.
Kelas mulai gaduh setelah mengetahui berita tersebut. Ada sebagian dari mereka berharap peraturannya di sekolah jangan terlalu diperketat atau sekolah dapat menambah kegiatan yang baru.
" harap tenang semuanya " Sensei sedikit kesulitan dalam menenangkan murid yang gaduh.
" TENANG ! " jerit Rin yang bersuara keras.
Mereka pun mulai tenang setelah kaget mendengar suara Rin yang keras. " uh... terima kasih Rin. Baiklah, bukan itu saja pemberitahuan dari Sensei, kita juga kedatangan murid baru. Sensei hanya berharap kalian bisa menjadi teman bagi murid baru kali ini " Sensei tersenyum dan mempersilahkan murid baru untuk masuk.
Ada dua anak baru masuk ke dalam kelas. Keduanya laki-laki, yang satu berambut merah spikey dan memiliki tato air mata di kedua bawah matanya. Satu lagi berambut coklat pirang seleher yang membawa tas gitar dipunggungnya.
" kalian boleh memperkenalkan diri kepada teman-teman kalian ini " perintah Sensei.
Laki-laki berambut merah spikey lebih dulu memperkenalkan diri. " hey ! The name Axel, got it memorized !? " katanya menunjuk kepalanya sambil tersenyum.
" nice to meet ya, ladies and gentlemen. My name Demyx, aku senang bermain dengan gitar kesayanganku ini " katanya sambil menujuk ke arah gitarnya.
Itulah perkenalan dari mereka berdua yang mungkin sekarang membuat para gadis di kelas Rin ribut karena adanya dua siswa baru. Di tambah lagi keduanya sangat lumayan keren. Mereka pun di suruh Sensei mencari tempat duduk yang mereka inginkan. Ada beberapa yang kosong di bagian belakang dan di bagian depan. Mereka memilih duduk di bagian belakang.
Tidak lama terdengar suara langkah kaki yang terdengar seperti berlari mengarah kelas ini. Seorang remaja laki-laki yang mungkin seumur dengan Rin dan yang lain masuk dalam kelas. Terdengar suara napasnya yang tersengal-sengal sampai berkeringat. Wajahnya menunduk ke lantai, sehingga Rin tidak begitu jelas melihat wajahnya. Rambutnya warna biru sama seperti warna rambut Rin, hanya saja rambutnya lebih panjang darinya.
Perlahan remaja itu mulai mengangkat wajahnya. Rin seperti habis melihat hantu. Matanya melebar dan tidak bisa menduga. Dia terdiam sesaat dan mulai memalingkan wajah ke arah luar jendela.
" maaf Sensei... saya terlambat... hah... hah... " katanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan napas yang masih tersengal-sengal.
" ini hari pertamamu masuk, jadi Sensei maafkan kau. Silahkan perkenalkan dirimu dan kemudian duduk di kursimu " ucap Sensei sedikit menghela napas.
" saya mengerti ! " dia melihat ke arah yang lain. " senang berkenalan dengan kalian semua, namaku Saix, semoga kita bisa menjadi teman yang baik ! " dia membungkukkan badan setelah memperkenalkan diri.
Semua yang mendengar hanya bisa terkejut karena suaranya yang lumayan lantang dan keras di telinga mereka, tapi mereka menyambutnya dengan tersenyum dan sedikit tertawa. Di kelas bukan hanya dia yang bersuara lantang dan keras, Yuffie yang ada di belakang juga sama sepertinya.
Dia pun memilih tempat duduk di sebelah kanan Rin. Rin yang masih melhat ke arah luar jendela mengetahui bahwa anak baru itu duduk di sebelahnya. Rin lebih memilih diam tidak berbicara, karena kelihatannya ada sesuatu hal yang terjadi.
" oi ! Kenapa diam saja " panggilnya pada Rin.
" ... " Rin tidak menjawabnya.
" apa kau sudah tahu ? " Saix sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh Sensei.
" huh... iya " jawabnya pelan.
Saix terlihat senang bahwa Rin mulai merespon. Ternyata Sensei memberitahukan bahwa kita boleh memilih pengurus kelas baru sekarang dan akan ada pemberitahuan untuk seluruh murid nantinya lewat radio. Sensei pun keluar meninggalkan kelas.
Seorang murid yang Rin kenal bernama Paine maju ke depan kelas. " kita akan mulai memilih ketua kelas baru kita selama di kelas 3 ini. Aku ingin kejujuran dan tidak ada kemalasan dari ketua kelas baru kita nantinya " katanya dengan tegas.
Paine adalah wakil ketua kelas sewaktu di kelas 2. Ketua kelas yang dulu adalah Yuna, teman dekat Paine. Tidak lama Paine mulai menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur putih. Dia menulis nama calon yang menurutnya layak untuk dijadikan ketua kelas. Ternyata Paine juga menulis nama Rin di papan tulis.
" aku yakin pasti kalian memilih Rin menjadi ketua kelas " katanya tersenyum.
" tentu saja ! " Yuffie menjerit senang.
" iya, aku memilih Rin " ucap murid laki-laki.
" geez... aku yang kena " Rin mengangkat kepala dan menengok ke arah belakang.
Keringat dingin mulai turun dari dahinya. Semuanya setuju menjadikan Rin sebagai ketua kelas. Itu dapat di lihat dari jumlah tangan yang terangkat, sampai anak baru yang belum tahu Rin juga mengangkat tangan.
Tiba-tiba Rin merasa ada perasaan aneh pada kedua anak baru itu. Dia menundukkan kepala perlahan. Dilihatnya namanya sudah di tulis ketua kelas dan wakilnya masih belum diketahui. Paine memutuskan salah seorang anak baru jadi wakilnya agar bisa lebih dekat dengan yang lain. Jadi dia memutuskan Saix yang menjadi wakilnya. Dia terpilih karena datang terlambat.
" baiklah, untuk pengurus yang lain biar ketua kelas yang memutuskan sekarang " tambah Paine.
" huh !? me ? itu... eto... " kata Rin mulai keringat dingin.
Mau tidak mau dia maju ke depan kelas dan memilih anggota lainnya bersama dengan wakilnya, Saix. Untung saja teman-temannya mau jadi pengururs kelas bukan karena paksaan, tapi karena memang sudah diputuskan oleh Rin selaku ketua kelas baru.
Tidak lama suara radio pengumuman mulai terdengar.
" Pemberitahuan untuk murid-murid dan guru-guru, diharapkan untuk datang ke ruang auditorium dalam rangka penyambutan murid baru sekaligus kepala sekolah dan wakil kepala sekolah kita "
Itulah isi dari pemberitahuannya, kami pun mulai bersiap-siap dengan menyimpan barang-barang penting kami ke tempat tersembunyi atau kami bawa. Radio mulai mengulangi kemabli pemberitahuan tadi agar murid-murid tidak ada yang di dalam kelas.
" Saix " Rin memanggil Saix setelah hanya tersisa sedikit yang ada di dalam kelas.
" hum ? " Saix menengok ke arah Rin.
" Apa masih ada yang lain datang kemari ? " tanyanya memberi tatapan serius pada Saix.
" kau akan tahu nanti Rin hehe... " Saix tersenyum sambil nyengir dan berjalan melewatinya.
Rin hanya mengerjapkan mata berulang kali dan menoleh pada Saix yang sosoknya telah hilang di balik tembok.
" geez... "
TO BE CONTIUED
Silahkan review ceritaku yang masih kurang sempurna ini ya minna :)
Berharap bisa membangun untukku ya xD
