There Will Be Blood

.

.

Shingeki no Kyojin belongs to Isayama Hajime

There Will Be Blood inspired by Paper Moon ( 1973 )

Setting in United States of America 1930s

This is only a work of fiction, solely a not profit fan work

.

.

Written by oulamort


Chapter One;


Sang Mentari telah merambah di dirgantara sejak beberapa jam lalu, berputar sesuai dengan porosnya menurut teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli astronomis pada zaman sebelum mati surinya dunia ilmu pengetahuan yang disebabkan oleh kepercayaan para aristocrat dan petinggi agama terhadap Tuhan yang tak berujung—namun terdapat keuntungan 'tuk satu pihak: pihak bojuris; dibalik semua perjamuan 'sederhana' yang mereka sebut sebagai perayaan 'tuk memuja dan memuliakan nama Tuhan yang Agung — ilmu pengerahuan bangkit dari ketepurukan bagaikan suatu tokoh agama bernama Lazarus berdasarkan alkitab suatu agama yang meyakini bahwa manusia akan dibangkitkan setelah mereka bersatu dengan tanah, bersemayam dan menjadi debu dunia.

Benda tersebut tepat berada diatas kepala setiap manusia yang berada diperjalanan menuju St. Louis. Termasuk salah satu manusia yang merupakan seorang penipu—koreksi: seorang lelaki yang memiliki pekerjaan yang tak lazim. Tak memiliki gaji maupun upah, hanya berdasarkan keberuntungan bila mendapatkan suatu mangsa yang tak berdaya atas rayuan sepah berasal dari bibir manisnya, hanya 'tuk wahai wanita yang sedang berada dalam kondisi membutuhkan Tuhan, bukanlah pengetahuan dan kesadaran.

Lelaki tersebut mempunyai berbagai macam nama—mulai dari nama yang berasal dari alkitab hingga nama yang tak wajar hingga membuat orang yang menanyakan namanya bertanya-tanya atas pilihan nama kedua orangtuanya setelah melahirkan dia. Namun, dia mempercayai bahwa nama aslinya adalah Levi Ackerman. Ackerman berasal dari nama tempat dia besemayam ketika lelaki tersebut masih dianggap sebagai remaja tak produktif 'tuk bekerja di kota-kota besar.

Bagaimana dengan nama Levi? Nama tersebut dia peroleh karena seekor anjing yang memiliki nama tersebut—dia menamai dirinya sediri sesuai dengan anjing yang dia miliki selama berada di tempat yang orang-orang sebut sebagai tempat pembuangan bayi maupun balita yang memiliki nasib buruk—bahkan sebelum mereka dilahirkan; dalam kandungan sang ibu yang menolak ekstitensi sang buah hatinya dengan berbagai alasan.

Perjalanan menuju St. Louis harus terhenti untuk Levi Ackerman karena lelaki tersebut memiliki suatu pemakaman yang harus dia hadiri sebagai orang terdekat; relatif yang memiliki nasib sama dengan jasad perempuan sebelum meninggal—mereka pernah bersama di Panti Asuhan Ackerman di suatu kota kecil di Negara Amerika Serikat pada tahun 1910an. Lelaki tersebut tak mengetahui tanggal lahirnya, dan meyakini bahwa saat dia menatap batu nisan milik temannya itu; perempuan itu pun tak memiliki tanggal lahir seperti dirinya. Bila pun ada, kemungkinan besar bahwa tanggal tersebut adalah tanggal dimana perempuan itu ditemukan oleh biarawati di depan pintu mereka, didalam kardus diselimuti oleh kain tipis yang bertujuan sebagai penangkal dinginan bayi tak berdaya dengan secarik kertas yang dipenuhi oleh rangkaian kalimat yang memiliki satu inti: Jaga anak ini layaknya anakmu hingga mereka tumbuh besar.

Levi Ackerman tiba di pemakamannya, terlambat. Sesungguhnya lelaki tersebut tak ingin mendatangi pemakaman seorang wanita yang dia anggap sebagai sahabatnya sejak kecil. Tak ingin berjumpa dengan liang lahat tempat peristirahatan terakhir sang perempuan bernama Petra. Perempuan yang bersurai coklat terang sebahu dengan sepasang bola mata berwarna coklat muda disusuli oleh bibir ranum mungil. Memejamkan matanya, wajah perempuan tersebut merekah kembali ke permukaan diantara memori beribu-ribu wajah wanita berumur maupun muda yang telah memiliki status sebagai wanita yang tak berpasangan, dipisahkan oleh kematian dari dekapan suami mereka. Senyum pahit terpampang dibibirnya 'tuk beberapa saat, sebelum kelopak mata terbuka—pandangan kosong tersirat. Lelaki tersebut beranjak dari mobil miliknya, berjalan menuju neraka dunia, 'tuk beberapa menit.

Hanya beberapa orang dia lihat—koreksi: hanya seorang anak kecil, perempuan paruh baya berserta pastur yang komat-kamit mengutarakan berbagai doa penghantar Petra 'tuk tidur tenang di dunia lain—seperti yang diyakini oleh agama mereka—menunggu hingga akhir bumi tiba agar mereka yang telah menjadi tanah akan diselamatkan, sesuai dengan janji seorang figur; tokoh utama dari alkitab agama Kristiani. Sebelum menghampiri mereka, lelaki tersebut tanpa berpikir mengambil sebuket bunga segar yang disenderkan di batu nisan milik orang lain, bahkan dia tak melirik nama batu nisan tersebut. Terkutuklah dia! Levi Ackerman berdiri disamping wanita paruh baya yang dia tak ketahui identitasnya, pandangannya diedarkan kedalam liang lahat yang telah terisi oleh peti jenazah, diatasnya terdapat rangkaian bunga yang tertuliskan pesan selamat jalan berserta nama asing yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Berdeduksi bahwa nama tersebut adalah nama wanita paruh baya—atau kemungkinan besar milik sang remaja perempuan dihadapannya, duduk dengan kedua dengkul dieratkan dalam dekapannya. Sesekali melempar kelopak bunga kecil yang berada di gengaman lemah remaja tersebut.

Wajah remaja tersebut sungguhlah tidak familiar untuknya—tidak bermaksud 'tuk menjadi rasis namun, dia mengakui bahwa dia tak pernah melihat wajah yang bukan berwarna putih; wajah yang bukan merupakan wajah bangsa arya maupun kaukasoid. Mungkin dia pernah melihatnya, namun tak memperhatikan secara seksama. Mungkin dia pernah melihat wajah berkulit kuning sebagai buruh pekerja kasar, diperlakukan layaknya budak kulit hitam pada zaman sebelum perang saudara—memperjuangkan hak asasi manusia yang dimiliki oleh bangsa Afrika-Amerika, diperkasai oleh publik figur seorang presiden bernama Abraham Lincon, Presiden Amerika yang terkenal disebabkan oleh perkataanya mengenai ideologi demokrasi politik—dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat ATAU terkenal karena kematiannya yang tragis—tertanam sebuah peluru ditubuhnya, menyebabkan pendarahan yang hebat dan trauma serta kesedihan untuk warga Amerika.

Topi miliknya berada di dadanya ketika sang pendeta menyudahi ritual pemberkatan tempat peristirahatan wanita yang memuja dia saat mereka masih remaja. Memori yang dia miliki bersama wanita tersebut terinterupsi oleh suara kecil dari sang wanita paruh baya disebelahnya, menyapanya. Levi Ackerman tak membalas sapaan tersebut—memilih 'tuk diam dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh sang pendeta; tanah yang diambil diusapkan ke tangan pendeta tersebut sehingga tanah jatuh menurut hokum gravitasi, dupa mengelilingi liang lahat tersebut dan pendeta meminta kepada anak tersebut untuk berdiri dan melemparkan tanah yang dia gengam—mengingatkan kepada mereka bertiga yang masih hidup bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah setelah mereka meninggal.

"Mister Ackerman." Lirih sang wanita paruh baya yang mengusik kosentrasi sang lelaki yang tertuju kepada remaja yang bukan ras kaukasoid. Dengan berat hati, Levi menolehkan kepalanya 'tuk bertemu dengan wajah kusut penuh dengan guratan tanda kehidupan yang telah dijalani oleh wanita tua tersebut. Terangkatlah salah satu alis mata yang tipis tersebut, menandakan bahwa dia telah menangapi sapaan wanita tersebut, tanpa berdeham.

"Mister Ackerman, terima kasih sudah datang ke pemakaman ini. Saya tahu bahwa anda sedang sibuk dengan pekerjaan anda. Saya sungguh mengapresiasikan kedatangan anda kesini." Ungkap wanita paruh baya tersebut seraya mengizinkan sang pastur membawa remaja tersebut menjauh dari tempat mereka—sang pastur tahu bahwa sang nenek akan membicarakan tentang hak asuh anak kepada Levi. Namun, Levi tak mengetahui niat sang nenek. Levi hanya berdeham seraya melipatkan sepasang tangannya didepan dada—memperlihatkan sikap angkuh—dan topi miliknya sudah berada di atas kepalanya, dimiringkan.

"Sesungguhnya, ada yang mau saya bicarakan." Lanjut sang nenek dengan nada rendah. Levi menundukkan kepalanya, memprediksi ucapaan yang akan diutarakan sang lawan bicara—Uang, masalah uang. Mereka membutuhkan uang untuk biaya pemakaman Petra. Terkadang, meskipun nyawa telah meninggalkan raga empunya; mereka masih merepotkan keluarganya yang masih berjalan di muka bumi ini. Berdeham pelan, dimiringkanlah kepalanya; menatap bosan terhadap wanita paruh baya itu tanpa bersuara. Tak perlu bersuara hingga sebuah konklusi terutarakan.

Sang nenek memegang kalung salib yang terpajang jelas di lehernya—sudah Levi duga bahwa sang nenek adalah salah satu penyembah setia yang telah dibutakan oleh kalimat-kalimat syadu buku tebal nan kramat. Sang nenek pun berbicara, "Kau tahu, anak kecil yang sedang bersama dengan Pastur O'Malley adalah yatim-piatu. Petra mengangkat dia setelah dia dinyatakan infertil karena…- kejahatan seksual yang dia terima saat remaja."

Ah, kenangan pahit tersebut. Sungguh jelas dia mengingat kejadian tersebut. Kejadian yang membuat gempar biarawati di panti asuhan—salah satu anak domba mereka ternodai; menjadi korban nafsu seorang adam yang dipengaruhi oleh alkohol—sebuah dosa yang telah melanggar sepuluh perintah Allah—namun, tak sepatutnya masyarakat menyalahkan korban: korban hanyalah seorang anak kecil yang tak berdaya dengan paksaan dan penderitaan yang tak sepatutnya dia tak terima maupun menyalahkan alkohol yang diecap oleh sang adam. Sekali menjadi pemerkosa, akan selalu menjadi pemerkosa. Tidak logis bila menyalahkan para korban maupun alat yang membuat mereka melakukan hal tersebut, bila mereka tak berniat melakukan hal keji tersebut, mereka tak akan distigma menjadi pemerkosa ataupun seorang pedopil.

"…-Dan, Mikasa, ah." Sang nenek tersebut menggelengkan kepalanya pelan; prihatin. Levi pada akhirnya mengetahui nama sang anak kecil yang sungguh asing baginya— tanpa bertanya kepada lawan bicaranyapun, dia telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan di benaknya. Tinggal tunggu saja, semua pertanyaan yang terukir di otaknya akan terjawab tanpa perlu bertanya, tanpa merusak image yang dia miliki.

"Mikasa tidak memiliki siapa-siapa disini. Aku tak mungkin mengadopsi Mikasa…- untuk makan diriku sendiri; aku berusaha keras mengambil air dan menjualkannya ke kota-kota. Aku tidak mungkin mengadopsi dia."

Prediksinya akan permasalahan yang dibicarakan meleset, dia kurang beruntung. Namun, semua permasalahan akan berujung pada uang. Semua akan membahas tentang takdir seseorang yang ditentukan oleh uang.

"Namun, ada sebuah keluarga di Missouri yang mau mengadopsi dia—kebetulan Petra pernah bekerja untuk Keluarga Jaeger. Bisakah kau mengantarkan dia? Ini uang yang Petra titipkan untuk Mikasa sebelum dia meninggal." Sang nenek tersebut mereogoh saku pakaian berkabung miliknya—berkata bahwa dia hidup susah namun berpakaian layaknya seorang aristokrat dengan sebuah topi hitam kecil, tampang sungguh bojuris.

Seorang Con-Artist seperti dia dipercayakan untuk memiliki uang tersebut dan mengantar sebuah budak ke Missouri ? Haruskah dia melaksanakan perintah wanita baya tersebut?


Writer's note;

9:03 PM ― A Hundred Years From Today playing.

.

.

Selamat malam,

Terima kasih sudah mau mampir &&. membaca chapter pertama dari cerita pertama saya setelah hiatus dari dunia fanfiksi selama beberapa tahun. Namun, bukan berarti saya istirahat sejenak dalam dunia penulisan― tidak. hanya dunia fanfiksi.

Saya lupa dengan akun lama saya &&. saya membuat yang baru, ehehehe.

Ah, pertama-tama: perkenalkan, nama saya Heinrich / Lex. Panggil saja Lex karena Heinrich hanya sebuah nama yang berasal dari Heinrich Himmler― ya, saya pada saat ini terobsesi dengan lelaki itu, eheheh.

Maafkan bila bahasa saya seperti ini karena saya discretion seperti yang tercantum di profile saya: terdapat kata discretion dan definisi dari kata tersebut.

Semoga anda menyukai chapter pertama yang saya tulis.

Oh, by the way: There Will Be Blood terinspirasi oleh Paper Moon ( 1973 ): Jadi, kalau ada review yang mengatakan bahwa cerita ( padahal hanya satu chapter ) mirip dengan suatu karya; saya mengingatkan bahwa karya ini terinspirasi oleh film tersebut dengan berbagai perubahan dalam cerita, tidak semua menyerupai film tersebut.

Tinggalkanlah jejak kalian di kolom review dan tentu saja, saya akan berusaha keras untuk menjawab review kalian yang membangun.

Selamat malam dan terima kasih, semoga kita berjumpa kembali di chapter berikutnya.

.

.

Yours Sincerely,

Heinrich? / oulamort