Secretive U (You)

a YunJae fanfic presented by © Cherry YunJae

.

.

YunJae, Yoosu, Hangeng, Siwon, Sulli, and the others

Romance/Drama/Humor

Warning! Out of Character! Unclear plot! GENDERSWITCH! Typos everywhere! Complicated(?)!

Teen's rated.

.

Based on Taiwanese Drama "Fall in Love with Me" © 2014 with some changes.

.

.

.

.

.

Seorang namja berjalan gontai menuju lobby sebuah hotel ternama, stelan Alexander Amosu membalut sempurna tubuh kekarnya dan menambah kharisma yang begitu kuat terpancar di sekitarnya.

Tangannya memegang sebuah bola baseball yang terus ia perhatikan sejak tadi.

Lambang berbentuk huruf O dan Z yang tersambung berwarna oranye itu membuat sang bola baseball berbeda dengan bola lainnya.

Bola inilah yang selalu menginspirasinya, bola inilah yang membantunya menemukan jalan hidupnya, dan bola ini jugalah yang membuatnya sampai disini, di titik tertingginya saat ini.

Merasa sudah cukup lama bergelut dengan pikirannya sambil memandangi bola itu, namja tadi menyimpan benda kesayangannya itu dan kembali berjalan secepat yang ia bisa.

Di sisi lain, seorang gadis berambut lurus panjang sibuk membawa setumpukan kardus dan beberapa botol bedak warna, ia melewati lobby dengan bersusah payah dan terus berteriak.

"Permisi... Maaf, permisi.." dengan suara melodisnya, gadis itu terus berjalan dengan hati-hati sambil memperingati orang disekitarnya.

Namja pertama yang kita bicarakan sepertinya tidak mendengarkan teriakan gadis itu, ia sibuk dengan ponselnya yang berisi pemberitahuan bahwa sebentar lagi konferensi akan dimulai.

Dan tiba-tiba...

BRUK~!

Sekumpulan kardus yang semula berada di tangan si gadis tersebut kini berpindah ke lantai.

Berserakan begitu saja.

Sementara sebuah botol plastik berisi bedak warna melayang dan dengan gerakan slow-motion, berhasil tumpah di atas kepala namja tadi.

"Shit.." desisnya sambil menutup mata.

Gadis tadi hanya mampu menutup mulutnya karena kaget, namun kemudian berganti jadi menahan tawa karena melihat penampilan namja di depannya.

"Ahahaha..."

"Apa yang kau tertawakan hah?! Gadis sial.." Namja itu menepuk-nepuk jas mahalnya untuk membersihkan bedak yang tumpah cukup banyak.

"Kau tahu tidak kalau jas ini buatan Alexander Amosu! hanganya 1,2 juta dollar!"

"Aigoo~ Kenapa marah-marah seperti itu? Aku kan sudah berteriak terus, jadi bukan salahku..Lagipula jadi kelihatan imut kok.. Hahaha" Gadis itu tak mampu menahan tawanya lagi.

Namja itu pun ikut tersenyum, "Imut?" tangannya mengambil botol bedak warna lain dan segera menumpahkannya diatas kepala gadis itu, membuatnya terdiam.

Setelah melempar sisanya, ia berbalik menertawakan si gadis. "Nah, sekarang kau juga imut kok." Ucapnya sinis sebelum pergi sambil melempar tatapan marah.

Gadis itu masih terdiam, hingga ia sadar harusnya ia memberi satu pukulan keras untuk namja tadi.

"Ishh.. Sial!" gerutunya, ia menatap lantai lobby hotel yang berantakan karenanya juga beberapa majalah dari dalam kardus yang berserakan.

Di beberapa cover majalah itu ada yang menarik perhatiannya.

Tunggu.

Kenapa orang di cover majalah itu sangat mirip dengan namja tadi? Astaga!

Jangan-jangan namja tadi...

"JUNG YUNHO?!" Pekik gadis itu horror.

.

.

.

Namja bernama Jung Yunho itu berjalan angkuh menuju sebuah hall yang memang sudah disewa untuk konferensi pers mengenai produk baru milik Mr. Jin—relasi mereka.

Ia sempat membersihkan diri di toilet dan memperbaiki penampilannya sebelum kembali menuju hall.

Bisa dilihatnya COO—Wakilnya dan dua sekretarisnya berdiri di depan pintu hall, sepertinya sibuk menghubunginya yang tak kunjung terlihat.

"CEO..." Yang pertama menyadari kehadirannya adalah sekretaris cantik bernama Yura, ia membungkuk hormat disusul sekretaris lainnya yang bernama Kim Jonghyun.

Dan sang COO menghela nafas lega begitu melihat sosok CEO mereka, Jung Yunho.

"Apa yang membuatmu terlambat?" COO bernama Choi Siwon itu menepuk bahu Yunho. Yunho sendiri tak menjawab dan hanya memperhatikan pintu hal.

"Sebaiknya kita masuk sekarang, CEO-nim.. COO-nim"

Siwon mengangguk setuju, ia mengajak Yunho untuk segera masuk. Namun Yunho menghentikan mereka.

"Sebelum kita masuk aku ingin bertanya satu hal pada kalian."

Siwon mengernyitkan dahi tidak mengerti pada jalan pikiran Direktur utamanya itu, sementara kedua sekretaris tadi hanya saling tatap kebingungan.

"Kita sudah bekerja membuat iklan untuk Mr. Jin selama dua tahun.. Menurut kalian, kita bekerja padanya untuk apa?" Sambil tersenyum ia memperhatikan wajah ketiganya yang tampak kebingungan, terutama Choi Siwon.

Lama mereka terdiam, akhirnya Yunho menepuk tangannya satu kali, "Baiklah kalau tidak ada yang bisa menjawabnya." Ia berjalan menuju pintu masuk hall, Jonghyun menatap tak mengerti pada COO mereka, namun Siwon hanya memerintahkan agar mereka tetap mengikuti sang CEO.

.

Sementara di dalam hall, para pihak media mengeluh karena Jung Yunho tak juga datang.

Mr. Jin berinisiatif membuka acara itu sendiri dan segera naik ke atas podium.

"Baiklah, bagaimana kalau acara konferensi pers ini segera kita mulai?" Ucapnya di depan microphone namun ditanggapi negatif oleh Para awak media.

"Apa tuan Jung Yunho belum juga datang?"

"Acara ini tidak bisa berjalan tanpanya kan?"

"Apa sebenarnya dia tidak akan datang?"

"Jung Yunho juga ikut andil dalam proses ini jadi dia harus datang dulu baru acaranya bisa dimulai."

Mr. Jin sedikit kesal, ini acara-nya tapi kenapa para media justru mengelu-elukan Jung Yunho?

Mr. Jin baru saja akan menjelaskan alasan kenapa CEO perusahaan periklanan terbesar itu tidak datang, namun suara terbukanya pintu sudah lebih dulu menjawab. Bersama denga COO Choi Siwon dan kedua asisten setianya, Jung Yunho memasuki hall dengan percaya diri penuh. Tepuk tangan riuh menyertai langkahnya menuju bagian ujung hall itu. Ia menghampiri podium tempat Mr. Jin berada kemudian berdiri di sebelahnya bersama Siwon.

"Sepertinya anda benar-benar kreatif Mr. Jung.. Waktu kedatangan anda pun sangat kreatif." sindir Mr. Jin dengan sangat halus.

Yunho hanya tersenyum tanpa arti menanggapinya.

"Baiklah, karena direktur utama Jung Corporation sudah ada di depan kita, mari mulai acara konferensi pers ini."

Semua pun riuh bertepuk tangan.

"Berkenaan dengan produk kosmetik terbaru milik perusahaan kami, tentu saja kali ini kami tetap mempercayakan proses pembuatan iklan pada Jung Corporation yang dikenal sebagai perusahaan iklan terbesar dan tersukses di Korea. Dan hasil kali inipun sangat memuaskan. Baiklah, berikutnya mari kita dengarkan sambutan dari CEO Jung Corp., Jung Yunho."

Riuh tepuk tangan kembali menyertai acara itu.

Yunho sudah berada di depan microphone dan memberi senyumannya pada seluruh undangan.

"Sebelumnya, saya ingin bertanya pada kalian semua.. Apa anda mengetahui arti iklan sesungguhnya?"

Mata Yunho menelusuri seisi ruangan, tak ada yang menjawab.

"Oke, akan kujelaskan kali ini.. Iklan adalah suatu dunia sempurna, yang diciptakan dengan ide, kreatifitas, dan perasaan. Iklan juga merupakan bagian dari impian, membuat orang tertarik pada hal dalam iklan itu, dan membantu mereka mengenali nilai produk."

Mr. Jin dan Siwon mengangguk setuju.

"Dan apa yang ingin kujelaskan disini adalah... Hal apapun yang kami rekam tahun ini... Bukanlah iklan dengan definisi tadi."

Mr. Jin tentu saja kaget dan merubah ekspresinya.

"Dan karena itu saya memutuskan untuk menghentikan produksi apapun yang berkaitan dengan iklan di Jung Corp. sampai saya menemukan antusiasme kembali. Terima kasih."

Pernyataan mengejutkan itu membuat seisi hall ribut tak percaya. Begitupun Mr. Jin dan Siwon. Ada apa dengan Jung Yunho sebenarnya?

Yunho turun begitu saja dari podium dan berniat keluar dari hall itu kalau saja Siwon tak menahannya.

"Jung Yunho! Apa yang kau maksud berhenti memproduksi iklan?"

"Ku pikir kata-kataku tadi sudah sangat jelas."

"Berapa lama?"

"Uhm, 3 bulan.."

"3 bulan tanpa produksi iklan? Apa kau gila?"

Yunho menghentikan langkahnya.

"Oke kalian bisa melakukannya tapi tan-pa-ku, oke? Jangan hubungi aku untuk hal tidak penting, tapi kalau itu serius aku akan datang."

Tanpa mempedulikan media yang terus menghujaninya blitz, Yunho kembali berjalan namun semakin cepat karena ia tahu...

"Kejar CEO!"

See? Siwon benar-benar memerintahkan kedua sekretarisnya untuk mengejar, ia pun berlari secepat mungkin begitu tahu Siwon juga ikut mengejarnya.

"JUNG YUNHO!" Teriak Siwon.

Keributan pun terjadi begitu Yunho keluar dari hall itu, kru media pun berhamburan keluar sambil mengambil gambar tentang peristiwa kejar-mengejar ini.

Dengan cepat, Jung Yunho terus mengelak dan berhasil masuk ke sebuah ruang staff kosong di basement tanpa diketahui ketiga orang itu. Melihat ada jaket seragam staff, ia pun memakainya sekaligus mengganti sepatu mengkilapnya dengan sebuah sepatu kets biasa.

Ia harus mengecoh Siwon cs supaya bisa keluar dari gedung itu.

Pelan-pelan dengan penuh rasa was-was, ia keluar dari ruangan tadi, mengendap seperti pencuri sambil memperhatikan keadaan sekitar—kalau-kalau Siwon muncul.

Merasa aman, ia berjalan melewati sebuah gudang kecil dan berharap ketiga orang itu tak bisa menemukannya.

Yunho hampir saja kembali berlari menghindar ketika seseorang muncul di hadapannya sambil memberikan sebuah topi.

"Aishhh~ Butler Hong, Kau benar-benar mengagetkanku.." Omel Yunho pada sosok yang ternyata pelayan setianya, Hong Jinsuk.

Tangan Yunho terulur mengambil topi yang dibawa butler setia-nya itu. Memakainya, mengabaikan rambutnya yang semula sudah tertata rapi keatas(Yawang Version) juga meminta kacamata yang di bawa butler kesayangannya itu.

"Tuan muda ingin makan apa siang ini?" tanyanya.

Yunho terlihat berpikir sebentar setelah memakai kacamatanya—yang sebelumnya milik butler Hong, "Aku sudah lama tidak makan samgyetang... Ohya, aku juga mau sup kacang merah.." Setelah mengatakan itu dengan jelas, Yunho melanjutkan aksi 'kabur'nya.

"Kalau begitu cepatlah selesaikan ini dan pulang, tuan muda!" teriak butler yang berumur lebih dari setengah abad itu.

.

.

Yunho berhasil keluar dari gedung hotel itu setelah mengelabui Siwon dan yang lain dengan penyamarannya. Ia bisa bernafas lega kini dan akhirnya namja tampan itu memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit di taman kecil itu saat kemudian sebuah bola menggelinding ke arahnya.

Yunho mengambil bola itu dan melihat seorang namja yang tak lebih tinggi darinya kini menghampiri.

"Hei, mahasiswa.. Kau terlambat? Kenapa masih disini? Ayo yang lain sudah menunggu." tiba-tiba saja namja itu sudah merangkul dan menyeretnya.

Yunho bingung, "Kau tersesat? Aigoo~ di jaketmu tertulis 'staff film', apa ini semacam replika? Hahaha." namja asing itu terus saja mengoceh sementara Yunho yang kebingungan pun tidak bisa mengelak hingga mereka sampai di bagian taman yang lebih luas. Bisa dilihatnya kerumunan orang yang sedang melakukan filming.

Ia pun tertarik melihatnya.

Namja asing tadi segera menghampiri seorang gadis yang membawa anjing jenis samoyed yang terlihat lebih mirip polar bear.

Mata Yunho menyelidiki sekitar dan mengetahui kalau saat ini mereka sedang filming sebuah CF makanan untuk hewan peliharaan. Dan ada hal mengejutkan lain, ia melihat sosok yang pagi ini membuat mood-nya buruk.

'Gadis itu!' Ia menatap kesal pada seorang gadis berambut lurus panjang yang sedang membantu di samping Director filming. Dilihatnya gadis itu menghampiri anjing putih yang sepertinya akan menjadi bintang utama CF ini.

"Ayo, Xiahki... Bantu mimpi kami~!"

"Benar, ayo Xiahki~~! Kau anjing paling tampan~~"

Tiba-tiba mereka berteriak menyemangati anjing tadi, ah.. Namanya Xiahki?

Agak lucu rasanya ketika mereka berteriak kepada seekor hewan peliharaan, tapi kata 'mimpi' yang mereka teriakkan membuat Yunho tertarik untuk tetap melihat proses filming ini.

Tapi kemudian namja asing yang tadi kembali datang. "Hei, mahasiswa, tugasmu disana.. Pancing Xiahki dengan makanan itu agar dia mau berlari"

"Oh.. Ne, algetseumnida." dan Yunho sepertinya menikmati insiden ini, ia justru bertingkah seperti staff biasa dan membantu mereka karena berpikir ini hal yang menarik.

.

.

.

Proses filming pun berjalan lancar, tentu karena Yunho ikut ambil bagian, siapa sangka Xiahki justru begitu menyukainya hingga menjadi penurut selama proses filming CF ini.

Yunho membawa beberapa barang-barang ke mobil untuk diangkut, namun lagi-lagi namja asing berjidat lebar tadi kembali menyeretnya. "Eii~ Istirahatlah dulu, ayo ambil kotak makan siangmu.." ia memberi isyarat agak Yunho segera mengambil makanan yang sedang dibagikan oleh si 'gadis tadi pagi'.

Yunho agak menyembunyikan wajah saat ia berhadapan dengan gadis itu. "Ini makan siang untukmu.." namun gadis itu tertarik dan akhirnya mencermati wajah Yunho.

"Wajahmu kenapa sangat familiar?" tatap gadis itu penuh selidik.

Yunho tersenyum kecut sambil terus menghindar dari tatapan gadis itu.

"AH! Kau Jung Yu—"

"Ah, kau benar.. Aku Yujin.. Park Yujin.. Salam kenal.. Hehe.." Yunho segera mengambil tangan gadis itu dan bersalaman.

Gadis bermata indah itu masih curiga. "Bukan.. Bukan.. Kau mirip seseorang yang kutemui pagi ini.. Tunggu sebentar... Hei kalian, coba kemari..." ajak gadis itu pada teman-temannya. Si namja asing berjidat lebar yang menyeretnya paksa, lalu gadis imut yang ia yakin pemilik Xiahki dan si PD tadi.

"Ada apa?"

"Coba lihat? Tidakkah kalian pikir dia mirip seseorang? Itu.. Pemilik Jung Corp. yang menyebalkan itu." tanya gadis tadi.

Yunho hanya meringis pelan berharap identitas aslinya tidak diketahui.

"JUNG YUNHO?!" teriak mereka serempak. Gadis cantik itu mengangguk setuju.

"Bu-bukan.. Bukan.. Banyak yang bilang kami mirip tapi perbedaan kami sangat jauh... Dia berada di tingkat atas sedangkan aku orang biasa.. Hehe.." elak Yunho dengan sangat rapi.

"Tapi rasanya terlalu mirip..." respon gadis pemilik Xiahki.

"Ah, Hangeng oppa.. Kau pernah bertemu langsung dengan Jung Yunho kan? Menurutmu bagaimana?" gadis cantik itu benar-benar berniat mempersulitnya.

"Ya, aku pernah bertemu dengannya sekali, tapi kurasa ia terlihat lebih angkuh dan menyebalkan" Jelas si PD filming yang ternyata bernama Hangeng itu.

Yunho kembali meringis kecil mendengar komentar pedas itu.

"Hehe.. Sudah kubilang, aku ini Park Yujin.. Orang biasa.." timpal Yunho lagi, akhirnya ditanggapi anggukan oleh semuanya.

"Ohya, apa kau staff tambahan? Aku rasa aku tidak salah menghitung kotak makan siang untuk para staff tapi kenapa kurang?" si gadis cantik ini memperhatikan Yunho dengan penuh rasa penasaran.

"Itu sebenarnya, aku hanya sedang jalan-jalan di sekitar sini, lalu tiba-tiba dia menarikku dan mengira aku salah satu kru filming.."

"Oh!? Jadi kau bukan? Maafkan aku.." Namja asing tadi segera membungkuk pada Yunho tapi itu justru membuat Yunho merasa tidak enak. "Ah, tidak apa-apa.. Aku senang membantu kalian karena filming ini juga terlihat seru.." jawab Yunho.

"Kalau begitu terima kasih, Yujin-sshi.. Filming hari ini jadi lebih cepat selesai juga karena bantuanmu." Hangeng menepuk bahu Yunho.

"Jja~ ambil ini" Gadis tadi kembali menyodorkan kotak makan siangnya.

"Ti-tidak usah, itu pasti milikmu.."

"Ambil saja.. Kau sudah membantu kami menyelesaikan ini lebih cepat, kalau kau tidak mau menerima ini mungkin malam ini aku tidak akan bisa tidur tenang."

Terpaksa ia menerima kebaikan gadis itu. Sedikit banyak, pertemuan keduanya dengan gadis ini membuat Yunho lebih terpesona dibanding tadi pagi.

"Ohya, kau mengetahui tentang filming?" tanya Hangeng.

"Ah-ya.. Sedikit.. Temanku juga ada yang sering memintaku membantunya.. Jadi.. Yah, aku tahu beberapa prosedur dan tahap."

"Benarkah?" Gadis yang sejak tadi mencuri perhatian Yunho segera mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Ini.. Perusahaan kami, mungkin kalau kau berminat membantu kami.. Tapi saat ini perusahaan kami sedang dalam krisis.. Gedungnya agak kecil tapi mungkin kau justru akan merasa ada dirumah sendiri." jelas gadis itu.

Yunho justru terdiam menatap lambang OZ di kartu nama itu, mengingatkannya pada suatu hal.

"Yujin-sshi? Ada apa?"

"Oh? Ti-tidak.. Aku hanya merasa sepertinya pernah melihat iklan yang kalian buat.. OZ Advertising kan?"

Gadis itu mengangguk.

"Geurae, paling tidak kau harus main sesekali ke tempat kami.. Aku janji akan mentraktirmu.." Undang Hangeng.

Yunho hanya mengangguk setuju.

"Hangeng oppa.. Kalau begitu ayo belikan makanan untuk Jaejoongie lagi." pinta si pemilik Xiahki.

Mata Yunho tertuju pada gadis cantik itu, ia tersenyum menanggapo ucapan si pemulik Xiahki.

'Jaejoongie?' batinnya.

"Aku juga masih lapar.."

"Aishh~ Yoochun-ah! Kau sudah makan bagianku juga.."

Yunho mempehatikan interaksi mereka berempat, ia merasa ada banyak hal menarik disini.

.

.

.

Yunho terduduk diam sambil memperhatikan dua benda di hadapannya.

Bola baseball dan kartu nama yang tadi siang ia dapat dari gadis bernama Jaejoong. Atau yang jelas ia kenal sebagai Kim Jaejoong, seorang gadis yang pernah bertemu dengannya 10 tahun yang lalu.

.

.

.

Jung Yunho kecil yang saat itu baru memasuki tingkat 2 Junior high school tertarik mendatangi sebuah tempat yang terlihat ramai.

'Sedang ada syuting?' pikirnya.

Ia mendekati tempat yang harusnya menjadi kursi PD sehingga ia bisa melihat monitor dengan leluasa. Juga dilihatnya selembar kertas berisi konsep filming yang disusun seperti komik.

Tak berapa lama, seorang namja dewasa datang menghampirinya. Melihat Yunho yang menatap penuh minat pada monitor ia jadi penasaran.

"Apa kalian sedang syuting?" tanya Yunho polos.

"Ya.. Seperti yang kau lihat.. Syuting sebuah iklan makanan ringan.. Ah, lebih tepatnya seperti filming sebuah mimpi."

"Mimpi? Wah.. Kedengarannya keren"

"Kau tertarik? kalau begitu duduklah disini.." ajak namja itu pada Yunho, ditepuknya sebuah bangku tepat disampingnya.

Namja itu terus menerangkan tentang proses filming yang ia lakukan dan memberi tahu Yunho bahwa iklan itu dibuat bukan hanya sebagai alat, tapi juga sebagai tempat dimana ia menuang imajinasi dan juga merealisasikan mimpinya.

Yunho takjub mendengarnya dan bertekad untuk mengidolakan hyung ini.

"Lalu, apa akan adegan tentang bola ini?" Yunho penasaran pada bola baseball yang sejak tadi dimainkan oleh hyung itu.

"Oh? Ini? Tidak.. Bola ini hanya sumber imajinasiku saja.. Aku selalu memegangnya ketika proses pengambilan gambar karena banyak ide yang kudapat dari sini.. Ini untukmu.." tiba-tiba saja ia memberikan bola itu pada Yunho.

Tentu saja Yunho dengan senang hati menerima bola dengan lambang OZ itu.

.

.

.

Hari berikutnya, Yunho kembali datang dan datang ke lokasi demi melihat proses syuting yang dilakukan oleh staff OZ termasuk Dongwook hyung yang ia idolakan.

"Dongwook hyung.." sapa Yunho ketika datang, masih dengan seragam sekolahnya lengkap.

"Yunho-yah.." Dongwook tersenyum ramah seperti biasanya, Yunho senang karena merasa seperti mempunyai kakak laki-laki kini.

Tapi kemudian matanya tertuju pada seorang gadis berseragam yang ia yakin sebaya dengannya berdiri di samping hyung-nya.

"Ohya, ini adik perempuanku.. Perkenalkan.." Ujar Dongwook, Yunho tersenyum pada gadis bermata besar dengan rambut hitam yang lurus panjang itu.

Tapi agaknya gadis itu tidak menyukai Yunho, ia hanya membalas senyum Yunho dengan ekspresi galak.

"Baiklah, aku harus memulai proses syuting.. Kalian tunggu disini ne?"

Keduanya mengangguk. Dan Dongwook segera mendekati salah seorang staff.

Yunho membaca nametag yang ada di bagian kiri seragam gadis itu, 'Kim Jaejoong'. "Namamu Kim Jaejoong? Salam kenal.." Yunho berusaha ramah, namun Jaejoong kecil hanya mendelik sebal.

"Itu bola milik oppa?" tegur Jaejoong sambil menunjuk bola baseball yang dipegang Yunho sejak tadi.

"Oh ne.. Dongwook hyung memberikannya padaku.. ini.." Yunho membiarkan Jaejoong mengambilnya namun belum sampai disentuh Jaejoong, bola itu justru terjatuh dan menggelinding jauh.

"Biar kuambil..." Yunho bergegas mengejar bola itu, Dongwook tersenyum melihat bahwa mereka akan segera akrab, namun senyumnya pudar begitu saja saat tahu Yunho mengejar bola sampai ke tepi jalanan sedangkan sebuah minibus melaju kencang dari arah kanan.

"Yunho-yah!"

Dongwook mengejar Yunho, dan Yunho tak sadar apa yang terjadi karena semua begitu cepat. Tiba-tiba saja ia merasa ditarik ke dalam sebuah pelukan, tersungkur, dan saat ia lihat.. Dongwook hyung terbaring diatas aspal jalanan dengan darah merembes dari kepalanya.

"DONGWOOK OPPAA!"

Yunho mematung bahkan saat Jaejoong datang untuk membangunkan Dongwook.

.

.

Yunho mengusap wajahnya kasar, ia tak menyangka akan bertemu dengan gadis itu lagi setelah lebih dari 10 tahun.

"Tuan muda, ini sup kacang merah anda.." Butler Hong datang dan memberikan semangkuk sup.

Yunho hanya mengangguk lemah. Butler Hong tahu apa yang mengganggu pikiran tuan muda-nya itu.

"Memikirkan Dongwook hyung-anda lagi?" ia duduk di sebelah Yunho, dijawab oleh Yunho dengan sebuah anggukan.

"Kau tahu, butler Hong.. Sepertinya hari ini aku bertemu dengan adik Dongwook hyung lagi.."

"Oh? Nona Kim? Ini sudah 10 tahun berarti kira-kita ia sudah 24 tahun?"

Yunho mengangguk. 'Dan ia semakin cantik...'

"Apa dia mengenali anda, tuan muda?"

Yunho terkekeh, "Mana mungkin.. Kami hanya pernah bertemu sekali.. Saat ini sepertinya dialah yang memegang OZ, dan dari yang kudengar perusahaannya itu sedang dalam keadaan krisis."

Butler Hong menangguk paham, lalu mencoba kembali bersuara.

"Tuan muda, apa anda tahu.. Penyabab OZ krisis karena Jung Corp.?"

Yunho menoleh kaget.

.

.

Di tempat lain, gadis cantik yang baru saja dibicarakan tengah sibuk mengutak-atik laptop dan kalkulator bergantian. Lalu tiba-tiba mengeluh.

Ia menaruh kepalanya diatas meja dengan ekspresi sedih.

"Apa kita tidak mendapat untung dari filming hari ini, sajang-nim?" tanya gadis imut sang umma dari Xiahki.

Jaejoong mengangguk lemah. "Sepertinya begitu, Junsuie.."

Mereka berdua menghela nafas berat. Beginilah keadaan OZ sekarang, dengan modal sekecil-kecilnya mereka berharap bisa mendapatkan keuntungan lebih yang akan mereka gunakan untuk menutupi hutang properti dan gaji yang sering tidak tepat waktu.

Hangeng, Junsu dan namja berjidat lebar, Park Yoochun memang tak pernah mengeluh pada Jaejoong. Tapi tetap saja ia merasa tidak enak.

Ah, benar.. Ia harus lebih berusaha kalau begitu.

Jaejoong bangun dan mengambil sebuah map berisi kumpulan kertas. "Tapi besok akan ada pembukaan interview untuk proyek iklan perumahan.. Kita harus dapatkan itu, Junsuie~" ia berusaha menyemangati sahabatnya itu.

Junsu pun ikut mengangguk optimis. "Kalau begitu kita coba pikirkan besok."

"Aigoo.. Kenapa harus tunggu besok? Kita bisa pikirkan sekarang." Sergah Jaejoong.

Tak lama, ponsel Jaejoong berdering. Ia mengangkat panggilan itu. "Yeobseyo? oh appa?"

["..."]

"Aku masih memikirkan masalah di kantor.. Tapi.."

["Appa sedang sakit, cepatlah pulang sekali saja ke rumah!"]

Tuut.. Tuuut..

Suara terakhir dari appa Jaejoong begitu keras bahkan Junsu bisa mendengarnya. Ia pun berinisiatif menarik Jaejoong "Jja jja jja~ Appa sakit jadi kau harus pulang, sajangnim~"

"Tapi.."

"Soal proyek perumahan real estate itu kita bisa memikirkannya besok pagi-pagi.. Akan ada Hangeng oppa, dan Yoochun juga kan? Dengan kepala 4 orang pasti kita lebih mudah menemukan konsep untuk mendapatkan proyek itu, oke?" gadis imut itu mendorong-dorong Jaejoong.

"Ei.. Kau tidak ikut pulang?"

"Aku akan pulang setelah memandikan Xiahki disini~! Byebye~!"

.

.

.

Jaejoong sampai dirumah dan melihat umma appa-nya duduk di ruang keluarga dengan wajah cemas.

Ia ikut duduk di hadapan mereka. Appanya hanya menumpu pipi di atas tangan kanan, apa penyakit serius? tapi appanya masih mampu duduk tegap.

"Jadi.. Appa sakit apa?" tanya Jaejoong.

"Hah? Oh.. Ini.." Kedua orang tua Jaejoong kompak menunjuk pada ibu jari kiri milik sang appa. "M-mwonde?" Jaejoong merasa tak melihat apa-apa disana.

"Aigoo~ apa kau tidak lihat.. Ibu jari appamu terluka karena tadi pagi memotong ayam."

Jaejoong kehabisan kata-kata begitu mendengarnya. Jadi mereka memintanya pulang hanya untuk ini? Karena appanya tergores kecil?

"Oke, sebaiknya aku kembali ke OZ.." Jaejoong sudah kembali beranjak membawa ranselnya.

"Hei anak nakal! Mau kemana kau dengan celana seperti itu?" tunjuk Kim appa pada jeans yang Jaejoong pakai. Jaejoong sendiri menatap penampilannya, apa yang salah dengan kaus berbalut kemeja besar dan celana jeans kesayangannya ini?

"Astaga, padahal gadis-gadis lain keluar dengan gaun dan sepatu hak tinggi.. Tapi kau.. Aishh.. Pantas saja kau tidak punya kekasih."

Jaejoong mendengus kesal, "Appa... Saat ini OZ sedang dalam masa-masa sulit.. Jadi mendapatkan proyek iklan ribuan kali lebih penting daripada mencari kekasih!"

Kedua orang tua itu terdiam, "Jadi.. Bisnismu sedang tidak lancar?"

Kali ini Jaejoong yang terdiam, ia pun membuang muka. "Ta-tapi aku dan yang lain masih berusaha."

Keheningan menyapa mereka.

"Jaejoongie.. Umma appa harap kau tetap bisa melanjutkan impian kakakmu ini.." Kim umma segera mendekati Jaejoong dan memeluk anak perempuannya itu. Jaejoong mengangguk dalam diam.

Namun sepertinya kehangatan keluarga itu harus terganggu karena seseorang yang mengetuk pintu rumah mereka.

"Biar kulihat.." Jaejoong melepas pelukan umma-nya dan segera menuju pintu depan.

Ckrekk..

Jaejoong melotot kaget saat melihat yang ada di balik pintu adalah sang pangeran dari Jung Corp., orang yang paling tidak ingin ia lihat.

"Jung Yunho?! Mau apa kau kesini huh? Balas dendam?"

Yunho tersenyum seramah mungkin, "Balas dendam? Haha.. Untuk apa aku melakukan hal seperti itu? Apa orang tuamu ada dirumah? Aku ada urusan dengan mereka."

.

Dan merekapun berkumpul di ruang tamu. Keluarga Kim memandang sengit pada namja tampan itu, membuat Yunho agak tertekan.

"Aku CEO Jung Corp., Jung Yunho.." Semua hanya terdiam, tak tertarik pada apa yang dibicarakan namja itu.

"Ehem... Begini, apa kalian akan mengerti jika kukatakan seperti ini.." Yunho menatap 3 orang itu sesaat.

"Aku tahu, OZ sedang dalam masalah kritis, dan aku berniat membantu OZ karena mengingat masih ada sahamku 30% disana.. Oke, lupakan soal saham itu.. Jika OZ dijual padaku maka aku akan menyelamatkannya.. Bagaimana?" jelasnya penuh percaya diri.

Kim umma segera beranjak ke belakang, sementara Jaejoong menatap bingung pada ibunya yang pergi begitu saja. Dan tak lama ibunya itu sudah kembali dengan sebuah pisau daging di tangannya. Yunho melotot horror.

"SIAPA PEDULI KAU INI CEO ATAU APA! KAMI TIDAK AKAN PERNAH MENJUAL OZ PADA ORANG SEPERTIMU!"

"Umma!"

Dan kalau saja bukan Jaejoong yang sigap menahan ibunya, ia yakin namja tampan itu sudah terluka.

"PERGI! TIDAK AKAN KUBERIKAN PERUSAHAAN DONGWOOK PADA SIAPAPUN! JANGAN SAMPAI AKU MELIHATMU LAGI!" Bentak wanita paruh baya itu sambil mengusir Yunho.

"Oke.. Oke.. Aku pergi.."

Yunho terbirit-birit menghindar dan akhirnya harus rela kalau niat baiknya untuk membantu OZ justru menjadi kesalah pahaman.

Berjalan gontai menuju mobilnya yang dijaga butler Hong, Yunho kembali memikirkan apakah ada cara lain untuk membantu OZ?

"Tuan muda.. Bagaimana?" tanya butler Hong begitu tuan mudanya itu menghampiri. Namun jawaban yang ia dapat hanya sebuah gelengan kepala.

"Mereka agak aneh.." Jawab Yunho.

"Oh? Apa Nyonya keluarga Kim keluar dengan membawa pisau daging?"

Yunho menatap pelayan itu, "Bagaimana kau tahu..? Kenapa tidak memberitahuku kalau dia punya kebiasaan seperti itu?"

"Sengaja.. Saya pikir seru juga kalau sesekali membuat anda ketakutan, tuan muda.."

"Oh.." Yunho terasenyum kecut karena tingkah pelayannya itu.

"Jadi anda akan melakukan apa untuk membantu OZ?"

"Itu dia.. Aku harus memikirkan ulang apa yang harus kulakukan.. Ayo kembali." Butler Hong mengangguk dan segera membukakan pintu mobil mewahnya.

.

.

.

Sementara, kembali ke kediaman keluarga Kim.

Jaejoong mengambil segelas air untuk menenangkan umma-nya.

"Aigoo... Bisa-bisanya bocah sialan itu datang dan meminta OZ milik Dongwook dengan begitu mudah.." geram Kim umma.

"Tapi, umma.. Bagaimana Jung Yunho punya 30% saham OZ?" tanya Jaejoong.

Keduanya terdiam, tak tahu harus memulai cerita darimana.

"Sejak oppa-mu meninggal, appa hanya tahu menjual obat sementara umma-mu hanya tahu beres-beres dirumah.. Hangeng juga hanya tahu merekam film... Karena itu appa meminta bantuan tuan Jung, ayah Jung Yunho.." jelas Kim appa.

"Karena tidak enak pada tuan Jung yang memberi bantuan secara cuma-cuma, appa-mu memberikan 30% sahamnya.. Tapi kami sama sekali tidak menyangka kalau anaknya seperti itu.." Lanjut Kim umma.

Jaejoong menatap tak mengerti pada keduanya.

"Lalu, darimana ayah kenal tuan Jung?"

"Oh? itu.. Kebetulan teman dekat ayah bekerja sebagai kepala pelayan keluarga Jung.."

Kali ini Jaejoong mengangguk paham, 'Aku sudah 3 tahun memegang OZ, tapi baru tahu hal ini sekarang.. Sepertinya aku harus lebih berusaha menjaga OZ..' pikirnya.

.

.

.

Esoknya adalah pagi yang cerah bahkan di Jung Corp.

Para petinggi perusahaan sudah berkumpul di ruang rapat menunggu kedatangan CEO mereka yang kemarin sempat membuat keributan.

Siwon sendiri sebagai COO perusahaan itu terlihat belum bisa tenang atas kasus memalukan yang dilakukan direktur utamanya kemarin.

Dan tak lama, orang yang mereka tunggu datang. Dengan jas licin dan rapi seperti biasa, ia duduk di tempat seharusnya dan melihat sekeliling.

"Pagi, semuanya.."

Siwon tersenyum paksa melihat kehadiran CEO mereka itu.

"Jadi, ada perlu apa memanggilku di hari pertama liburanku? Hum?"

"Jonghyun, berikan proposal perumahan Pyeongchang pada CEO."

Jonghyun segera menuruti perintah Siwon dan memberikan sebuah file berisi proposal pada Yunho. Yunho sendiri hanya membuka dan membolak-balik proposal itu tanpa minat.

"Kurasa kalian bisa memutuskan sendiri tanpaku kan?" Yunho tersenyum pada semuanya.

"Kita akan melakukan presentasi proposal untuk proyek Pyeongchang, dan sebagai wajah perusahaan kau harus datang supaya kita mendapat kesepakatannya." jelas Siwon.

Yunho menaruh kembali proposal itu, "Jadi kau memintaku datang di hari liburanku hanya untuk ini?" tanya Yunho. Siwon mengangguk tanpa ragu.

"Oke.. Aku hanya harus datang di presentasi proposal iklan itu? Aku akan datang.. Selesai kan?" Yunho pun beranjak meninggalkan ruangan itu, namun Siwon yang tidak bisa terima begitu saja mengejarnya.

"Yunho!"

"Ada apa lagi? Jangan lupa, Siwon-ah.. Aku sedang dalam masa liburan.." elak Yunho sebelum Siwon kembali menyudutkannya.

"CEO-nim.. Apa anda tidak mau membaca isi proposalnya terlebih dulu? Anda akan datang ke presentasi besok?" kali ini Yura yang mengintrupsi.

Yunho mengangguk lalu setelah memberi senyuman terbaik pada semuanya, ia pergi begitu saja.

Siwon hanya mampu menatap tak percaya pada kepergian atasannya itu.

.

.

.

Yunho berhenti di depan rumahnya, sebuah rumah super mewah di kawasan Gangnam-gu. Diparkirnya rapi Mercedes benz SLR McLaren-nya di garasi rumah dan buru-buru masuk.

Beberapa menit lalu butler Hong mengirim pesan agar ia kembali secepatnya setelah meeting.

Ketika memasuki rumah dengan interior modern dan mewah itu ia segera mencari butler Hong, penasaran apa kira-kira yang ingin dibicarakan kepala pelayan yang sudah ia anggap orang tuanya itu.

Ia menemukan butler Hong di ruangan tempatnya menyimpan baju dan segala macam aksesoris. Dilihatnya butler Hong yang tengah mengutak-atik sebuah globe.

"Hoho.. Apa kau mau melakukan perjalanan keliling dunia, butler Hong?"

"Anda sudah datang? Ini bukan untukku, justru kurasa tuan muda sudah lama tidak mendapat kejutan." pria tua itu mengajak Yunho berdiri di depan lemarinya sendiri.

Tentu saja Yunho bingung, "Kejutan macam apa yang kau maksud?"

Tanpa banyak berkata lagi, butler Hong memutar globe tadi searah jarum jam. Dan yang terjadi berikutnya membuat Yunho tercengang. Lemari yang biasa ia gunakan kini bergeser dan menunjukan lemari lain di belakangnya dengan isi yang sangat kontras dengan lemari aslinya.

Beberapa kaus berwarna cerah, jaket, snapback, jam tangan, dan sepatu yang benar-benar colorful. Juga sederet kacamata full-frame berwarna hitam.

"Wow.. A-apa ini?"

"Saya mendapatkan ide tentang cara menyelamatkan OZ... Tuan muda pernah diundang ke perusahaan itu sebagai Park Yujin, jadi kurasa tuan muda bisa menyamar sebagai Park Yujin lagi untuk membantu OZ secara diam-diam. Karena itu saya menyiapkan ini semua."

Yunho tersenyum takjub melihat semua ini.

Tapi masalahnya ia ragu untuk memakai barang-barang itu. Apa akan cocok untuknya yang biasa terlihat kaku dan high-class?

"Tapi.. Apa aku cocok menggunakan barang-barang itu?"

"Kalau begitu, kenapa tidak anda coba dan segera ke OZ?"

Mendengar itu, Yunho tersenyum. Setuju pada pemikiran butler-nya ini.

Butler Hong sendiri akhirnya membantu Yunho memakai pakaiannya sebagai Park Yujin.

Sebuah kaus kasual berwarna toska ia padukan dengan varsity baseball berwarna hitam-putih, skinny jeans dan sepatu kets berwarna putih juga ia pakai dengan agak ragu. Setelah menyisir rambutnya dan memberikan sedikit poni agar berbeda dari Jung Yunho, ia memakai sebuah jam tangan berwarna senada dengan kausnya dan sentuhan terakhir, sebuah kacamata full-frame yang memberi kesan kalem sekaligus cerdas.

Park Yujin karya Jung Yunho dan butler Hong sempurna kini.

"Terima kasih, butler Hong.. Kalau begitu aku akan ke OZ sekarang."

"Ne.. Hati-hati tuan muda.. Jangan sampai ada yang mengenalmu.."

"Tenang saja! Aku bahkan tidak mengenal diriku sendiri~!" teriak Yunho dari depan pintu dan akhirnya rumah itu kembali sepi.

.

.

.

Tak akan ada yang percaya jika kini seorang Jung Yunho yang dikenal sebagai seorang pebisnis muda tersukses di Korea berjalan-jalan dengan pakaian kasual dan bahkan tak ada yang mencurigainya.

Yunho sempat iseng mendekati seorang karyawan ber-jas yang sedang membaca koran di halte. Ia duduk di samping ahjussi yang ternyata sedang membaca berita tentangnya—Jung Yunho.

Tapi saat melihat Yunho yang sekarang ini, ahjussi itu hanya memasang ekspresi khas orang yang kesal karena terganggu, bukan ekspresi kaget karena melihat seorang Jung Yunho.

'It's so great!' pikir Yunho girang sambil kembali berjalan menuju alamat dimana gedung OZ berada.

.

.

Yunho sempat terdiam di pelataran OZ, ia sampai. Dilihatnya sebuah neon-box betuliskan 'OZ Advertising' tepat di sebelah pintu masuk.

Ternyata benar apa yang dikatakan Kim Jaejoong kemarin. Gedung OZ bukan gedung bertingkat-tingkat seperti perusahaan miliknya. OZ hanya memakai sebuah gedung 2 lantai yang lebih terlihat seperti kantor kecil.

Yunho kembali terkejut saat melihat bagian dalam kantor yang berisi dekorasi ceria berwarna-warni. 'Seperti tempat penitipan anak.' pikirnya diam-diam.

Ia menemukan keempat orang yang baru saja ia kenal kemarin sedang berkumpul di satu meja.

"Annyeong.." sapanya membuat keempat orang itu menoleh.

"Guk.. Gukk!" Yang pertama menyapa kedatangan Yunho justru Xiahki, anjing berbulu putih itu segera berlari mendekati kaki Yunho.

"Huah! Jung Yunho!" Kim Jaejoong berpura-pura kaget lalu tersenyum menghampiri Yunho.

"Ahaha.. Aku bercanda, Yujin-sshi.. Kau datang?"

"Wah.. Yujin-ah!" sahut Junsu riang.

"Ayo duduk, anggap saja rumahmu sendiri.." sambutan hangat segera mengalir begitu saja.

Yunho mengangguk dan tersenyum ceria, "Karena kemarin Hangeng hyung mengundangku datang, jadi hari ini aku datang dan.. Ada hal yang aku ingin bicarakan.."

"Mworago?" tanya Jaejoong penasaran.

"Aku ingin melamar kerja disini dan membantu kalian."

Semuanya mendadak terdiam dan menatap tak percaya pada Yunho.

"A-apa?" Jaejoong bahkan nyaris tidak percaya dengan apa yang ia dengar, ini terlalu mendadak dan lagi..

"Yujin-sshi.. Kau ingat soal kubilang keadaan kami sedang sulit bahkan dalam masa krisis? Kalau kau bersedia menjadi bagian OZ, aku belum bisa menjamin membayarmu tepat waktu." Jelas Jaejoong membuat Yunho tersenyum.

"Aku tidak mempermasalahkan itu, aku benar-benar berniat membantu kalian semua.. Bukan karena uang."

Mereka berempat saling tatap bahkan Yoochun termangu memdengar ucapan itu.

"Kau serius?" Kali ini Hangeng angkat bicara.

"Ne, aku merasa ada takdir antara aku dan orang-orang di OZ.. Aku pernah bilang bahwa aku menyukai dan mengerti beberapa prosedur iklan.. Sebenarnya itu karena aku melihat iklan OZ di Televisi.. Dan mulai saat itu aku menjadi benar-benar tertarik pada dunia filming & iklan. Jadi, bekerja disini sama saja seperti sebuah kebanggaan besar bagiku, bukan karena aku membutuhkan uang."

Mereka masih terdiam tak percaya namun Jaejoong tersenyum.

"Kalau aku boleh tahu, iklan buatan OZ mana yang kau lihat itu?" tanya Gadis cantik yang hari ini makin cantik dengan kemeja kasual putih dan skinny jeans-nya seperti biasa.

Yunho menatap sekitar dan menemukan poster iklan yang ia maksud tertempel di sudut ruangan itu.

"Ah! Itu! Iklan makanan riangan itu.. Bahkan iklan itu diputar dalam jangka waktu lama kan?"

Jaejoong menoleh dan menatap poster iklan yang ditunjuk Yunho, seketika sinar matanya berubah sendu. "Itu.. Buatan kakakku.."

Yunho menatap gadis itu dengan perasaan tidak tega, ada rasa bersalah yang membebaninya saat menatap ke dalam kedua mata bening itu.

"Oke.. Kalau begitu, apa Yujin diterima di OZ?" Jaejoong tiba-tiba menoleh ke belakang, meminta persetujuan dari rekan-rekannya yang masih duduk rapi.

Junsu dan Yoochun tanpa ragu mengangguk setuju, Jaejoong pun mengalihkan tatapan pada Hangeng. "Yujin punya dasar-dasar penting tentang filming jadi aku rasa itu sangat bagus." Namja ramah itu tersenyum.

Jaejoong pun ikut tersenyum riang.

"Baiklah, Park Yujin-sshi.. Kau diterima! Selamat menjadi bagian dari keluarga OZ."

Yunho tersenyum puas, "Kalau begitu cukup panggil aku Yujin saja.."

"Hehe.. Baiklah Yujin-ah! Sekarang akan kuperkenalkan anggota OZ secara resmi padamu.. Ini Kim Junsu, make up artis, penanggung jawab artis dan ibu dari Xiahki.." Tunjuk Jaejoong pada gadis imut yang selalu membawa Xiahki itu.

"Annyeong~" sapa Junsu.

"Lalu dia Park Yoochun, penanggung jawab property dan asisten PD." Yoochun hanya melambai tangan dengan gaya sok cool.

"Dan Hangeng oppa, PD kami.. Sutradara yang bertanggung jawab penuh atas semua proses filming iklan." Hangeng tersenyum ramah seperti biasa.

Jaejoong kembali menatap Yunho, "Dan aku Kim Jaejoong, kepala bagian utama di OZ.." Jaejoong mengakhiri acara perkenalan itu dengan senyuman termanis yang pernah Yunho tahu.

Lagi-lagi ia terpesona pada gadis cantik itu. Tapi kemudian lamunannya buyar ketika Jaejoong beranjak kembali duduk."Jja.. Kau boleh duduk disini, Yujin-ah!" Jaejoong menggeser sebuah bangku diantaranya dan Junsu.

Yunho pun menurut dan duduk manis untuk hari pertamanya sebagai pegawai biasa di OZ.

"Sebenarnya hari ini kami sedang membahas tentang ini.." Hangeng menyerahkan sebuah map dengan lambang yang sama seperti proposal yang tadi pagi diberikan Jonghyun padanya.

'Jadi mereka juga ingin mengambil proyek Pyeongchang?'

Yunho hanya membolak-balik kertas-kertas dalam map itu, dejavu.. Seperti tadi pagi ia membolak-balik proposal perusahaannya.

"Sepertinya Jung Corp. juga akan mengambil proyek ini, jadi kita harus menyiapkan ide dan presentasi proposal dengan baik agar proyek itu jatuh pada kita." Jelas Hangeng.

Semuanya mengangguk setuju.

"Eh.. Chogi.. Aku punya ide bagus untuk proyek ini.." interupsi Yunho berhasil menyita perhatian keempat orang itu.

Mereka menatap serius pada Yunho.

"Akan kupastikan kita yang mendapat proyek itu, bukan Jung Corp... Kita akan mengalahkan mereka untuk proyek Pyeongchang." Yunho berusaha meyakinkan anggota OZ.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued

So this is Secretive U! Ada yang nonton drama ini juga? Hehe.. Chapter buat fic ini mungkin bakal panjang-panjang karena banyak yang bilang saya selalu bikin chapter yang terlalu pendek ㅠ.ㅠ

Dongwook yang saya pake disini Lee Dongwook karena saya lagi suka banget ama dia di Roommate ^^ *curhat.

Dan untuk bulan menghargai bulan suci ini, saya mutusin buat bikin ff yang aman-aman(?) dulu deh ya.

Ada yang berminat lanjut?