Tittle : Always Loving You, My BooJae
Author:Marcia Hannie
Beta Reader: NaraYuuki
Disclaimer:This story is mine! and Jae is my Uke #dikeroyokramerame
Warning: abal-abal, So Many Typo, Yaoi/BoysLove/Shounen Ai
Length: Two Shoot (kayaknya)
Genre: Romance
Rate: T
.
.
.
.
.
You see I never stopped loving
you, even though I couldn't seeyou.
.
Seorang pria renta tengah berjalan di trotoar jalan kawasan Myeongdong. Kakek tua yang masih dapat kita lihat sisa-sisa kejayaan masa mudanya. Terlihat dari postur tubuhnya yang jangkung dan tegap walaupun renta. Dan wajah keriputnya yang sekilas sangat tampan. Jung Yunho, kakek berusia 70 tahun itu, terlihat menikmati acara jalan-jalan sorenya. Tangan tuanya menggenggam erat tongkat kayu mewah yang membantu kakinya melangkah di sore ini. Cuaca agak berangin, karena Seoul sudah memasuki awal musim gugur.
Kakek Jung -kita panggil saja begitu- merapatkan lilitan syal di lehernya. Mulutnya agak bergetar akibat angin yang sedikit bertiup. Menggoyangkan rambut ubannya. Mata musangnya yang masih terlihat tajam sejenak memandang langit senja Seoul. Kakek Jung menghembuskan napasnya. Agak terdengar seperti mendengus. Hingga, membuat asisten pribadinya yang sedari tadi setia mengikuti langkahnya, beringsut mendekat.
"Tuan Besar, anda baik-baik saja?"
"Nan gweanchana Yoochun-ah." sahut kakek Jung pada sistennya yang bernama Yoochun tadi-sambil tersenyum kecil.
Yoochun-lengkapnya Park Yoochun-mau tidak mau ikut tersenyum.
"Tuan Besar, bagaimana sejenak kita beristirahat di bangku itu?" saran Yoochun sambil menunjuk bangku yang terletak tidak jauh dari posisi mereka berdiri.
"Anak muda, kau payah sekali, tapi baiklah kita bersantai sebentar." kakek Jung mencibir kemudian terkekeh sendiri.
Yoochun hanya tersenyum manis mendengar jawaban majikannya. Pria muda dan tampan itu pun mengikuti langkah tuan besarnya.
"Duduklah di sampingku Yoochun-ah. Jangan sungkan padaku." kembali kakek Jung terkekeh sambil menepuk sisi sebelah kirinya, mengisyaratkan sang asisten untuk mengambil posisi di sampingnya.
"Yoochun-ah..." panggil Kakek Jung
"Ne, tuan besar?" Yoochun menjawab sambil memutar tubuhnya menghadap kakek Jung. Membungkuk sedikit, "Ada apa tuan?"
"Ckk, kaku sekali kau ini. Rilekslah sedikit. Aku kan tidak sedang menodongkan pistol di kepalamu." lagi-lagi kakek Jung mencibir dan terkekeh kemudian.
"Ye?" Yoochun terbengong dengan majikan rentanya. Sedetik kemudian ia tertawa kecil menyadari kekonyolan sikapnya tadi.
"Yoochun-ah." panggil kakek Jung lagi sambil menahan kepala Yoochun yang akan menunduk otomatis ketika terdengar suara majikannya memanggil namanya.
"Ne, Tuan. Ada apa?" jawab Yoochun setelah kakek Jung melepaskan kepalanya.
"Kau pernah jatuh cinta?" kakek Jung bertanya sambil menyamankan punggungnya di sandaran bangku yang mereka duduki.
"Ah uh ah ahehehe ituuu..." cengengesan Yoochun menjawab.
"Dengan Junsu, cucuku yang montok itu?" kakek Jung menebak.
Seketika wajah Yoochun memerah sempurna. Mulutnya kaku seketika, tak mampu bersuara. Kakek Jung tertawa kecil.
"Kau tahu, saat aku seusiamu aku bertemu cinta sejatiku. Cintaku yang pertama dan terakhir. Cintaku, napasku, nyawaku, hidupku." kakek Jung mulai bercerita tentang kisah cintanya.
"Namanya Kim Jaejoong. Namja tampan cenderung cantik. Dia akan mendiamkanku seharian kalau aku berani memanggilnya cantik." kakek Jung tersenyum kecil mengingatnya.
"Kim Jaejoong, apakah dia Nyonya Besar, Tuan?" Yoochun bertanya penasaran. Maklum saja, Yoochun masih berusia 30 tahun. Bahkan dia lebih muda dari usia putera tunggal kakek Jung, yaitu Jung Hyunno yang sekarang sudah berusia 45 tahun. Yoochun bekerja sebagai asisten pribadi kakek Jung, menggantikan kakeknya Park Yoohwan yang pensiun 10 tahun lalu.
"Jaejoong... ahh aku memanggilnya BooJae-dia sangat suka gajah kau tahu, usianya lebih muda 5 tahun dariku. Saat itu aku sedang mengontrol pabrik tekstil milik ayahku di Gwangju. Ketika aku sedang meninjau para buruh yang bekerja, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok yang kukira malaikat. Pada saat itu aku mengira aku sedang ada di surga, karena sosok BooJae yang terlalu indah. Hingga aku menyadari bahwa ia adalah salah satu buruh yang bekerja di pabrik milik ayahku itu. Saat itu ia sedang tertawa karena temannya yang hampir terpeleset karena kecerobohannya sendiri. BooJae kemudian langsung membantu temannya itu. Kau tahu Yoochun?" kakek Jung kembali menahan kepala Yoochun yang lagi-lagi menunduk mendengar namanya, "Sosoknya begitu berkilau. Begitu bersinar, cemerlang, bahkan dengan seragam buruh yang dikenakannya. Wajahnya yang begitu indah seperti bidadari, postur tubuhnya yang ramping seperti yeoja benar-benar telah membuatku jatuh dalam pesonanya. Seakan-akan menenggelamkan diriku dalam lautan keindahan yang dimilikinya. Sejak saat ini aku menyadari kalau dia sudah sepenuhnya mencuri... Aniii, akulah yang terpenjara dalam kesempurnaannya.
Karena takut ia diambil orang, seminggu kemudian aku melamarnya. Ibuku mengejekku dengan sebutan Pabbo Jung. Karena menurut beliau seharusnya hari dimana aku bertemu dehan BooJae hari itu juga aku harus melamarnya. Sedangkan ayahku hanya tersenyum dan bilang terserah padaku, yanh penting aku bahagia. Hanya kakakku Jung Il Woo -kita baru menghadiri pemakamannya minggu lalu, kau ingat- menjitak kepalaku dan mngataiku adik kurang ajar berani mendahuluinya menikah. Saat itu adalah saat paling membahagiakanku ketika keluarga Kim mnerima lamaranku. Padahal BooJae dengan jelas mengatakan tidak mau menerimaku. Hahahaha. Dia sangat menggemaskan saat itu." kakek Jung tertawa geli disela ceritanya.
"Nde? Nyonya Besar menolak Tuan? Tapi kenapa Tuan? Bukankah tadi Tuan Besar mengatakan keluarga Kim menerima lamaran Tuan?", tanya Yoochun kebingungan.
"Iya benar. Nyonyamu memang menolakku. Alasan sangat tidak masuk akal. Dia bilang kepalaku kecil tapi badanku besar. Dia mengataiku Beruang Madu. Karena kulitku berwarna cokelat. Kau tahu kan aku sangat suka aktifitas di luar ruangan. Sehingga kulitku gelap. Kau tahu, saat itu aku benar-benar ingin menelannya bulat-bulat!" gerutu kakek Jung. Sedangkan Yoochun, sebisa mungkin menggigit bibirnya menahan tawa. Membuatnya mendapatkan geplakan ringan dari Kakek Jung.
"Lalu, apa yang terjadi kemudian, Tuan?" sambil mngusap kepalanya, Yoochun bertanya semakin penasaran.
"Aku harus membujuk -memaksa- nya. Setiap hari aku selalu mengantar jemputnya menggunakan sepeda. Dan aku harus jadi kelinci percobaannya. Kau tahu, dia sangat pandai memasak. Masakannya selalu lezat. BooJae juga pandai menyanyi. Suaranya sangat indah. Kupingku selalu jadi mikrofon. Dia terus-terusan menyanyi ditelingaku ketika aku memboncengnya. Kalau aku memintanya berhenti menyanyi maka ia akan menyanyi lebih keras. Setiap hari selalu seperti itu. Hingga akhirnya aku harus menjalani wajib militerku. Jaejoong berjanji akan memberikan jawabannya ketika aku akan pulang dari wajib militerku. Maka akupun pergi dengan hati berat karena aku tidak rela berpisah dengannya. Setelah dua tahun yang cukup berat kujalani, akhirnya kewajibanku sebagai pria Korea pun selesai. Ketika aku pulang, ternyata BooJae sudah mengenakan jas pengantinnya. Dia menggerutu dan mengatakan acara pernikahan kami akan segera dimulai..." kakek Jung menarik napas sejenak.
Sekarang giliran Yoochun yang terkekeh. 'Aku tidak bisa membayangkan kakek tua yang galak ini sepertinya takut pada istrinya. Lain kali aku akan meminta kakekku menceritakan tentang Nonya Besar.' Yoochun membatin sambil tersenyum melihat tuannya yang terkekeh memandang segerombolan remaja yang lewat didepan mereka.
.
.
TBC
.
.
April, 15th 2014
Marcia Angela
