ONE NIGHT STAND
Daehyun
Youngjae
Oneshoot
NC! Dirty Talk!
Sebuah mobil bewarna biru gelap berhenti di depan sebuah club malam yang cukup terkenal di pusat kota itu. Seorang laki-laki berjas rapi bertubuh tinggi dan tegap turun dari bangku kemudi. Dia membuka pintu belakang mobil.
Lelaki bersurai gelap berwajah manis turun dari dalam mobil. Dengan mengenakan sepatu kulit mahal, celana hitam ketat, kemeja merah marun yang bagian belakangnya di keluarkan dan dua kancing atasnya terbuka. Semakin membuatnya menawan. Membuat siapa saja akan tergoda saat melihatnya.
Dia berjalan masuk ke dalam club malam yang masih sepi, karena saat ini baru saja jam sebelas siang. Kaki jenjangnya membawanya naik ke lantai atas, masuk ke dalam sebuah ruangan disana.
Seorang laki-laki paruh baya duduk di balik meja kerjanya. Tanpa di suruh, lelaki manis itu duduk di depan laki-laki paruh baya. Dia menyilangkan kakinya.
"Appa. Kau bilang ada hal penting. Cepat katakan." Ujar lelaki manis itu dengan nada sebal, karena ayahnya masih terus menatapnya.
Beberapa saat lalu ayahnya menelpon, memintanya untuk cepat-cepat bertemu di club malam milik laki-laki paruh baya itu. Hal itu sudah membuatnya sebal, karena sang ayah menganggu tidurnya. Dia baru saja pulang jam enam pagi dari private party yang di gelar bersama teman-temannya di sebuah villa. Dan kini saat dia sudah datang, ayahnya itu tak kunjung membuka suara.
"Youngjae-ah. Appa mendapat informasi dari orang dalam kantor kejaksaan. Mereka mencurigai jika disini tempat penjualan narkoba. Nanti malam seorang jaksa akan datang diam-diam untuk menyelidikinya."
"lalu ? bukankah itu memang benar ? Appa menjual narkoba disini dan gudangnya berada di ruangan bawah tanah."
"itulah sebabnya Youngjae. jika Appa tertangkap lalu siapa yang akan membiayai hidup mewahmu dan menyekolahkan adikmu ?."
Youngjae tersenyum manis pada ayahnya. "apa yang bisa aku lakukan ?."
"bawa jaksa itu keluar dari club malam. Tahan dia malam ini agar Appa bisa memindahkan narkoba-narkoba itu."
"kenapa menunggu malam ? Appa bisa memindahkannya sekarang." Sahut Youngjae.
"mereka sudah memperhatikan tempat ini. akan mencurigakan jika tiba-tiba ada pergerakan di siang hari." Jelas ayahnya.
"jadi aku harus melakukan apa pada jaksa itu ?."
"kau bisa menidurinya." Kata Ayahnya santai.
Youngjae menjatuhkan rahangnya. "Appa ingin menjualku ?."
"tidak. Ini demi kebaikan kita bersama. Appa akan membelikanmu Porsche jika berhasil." Ayahnya mencoba membujuknya. "Lagi pula, ini juga bukan pertama kalinya kau tidur dengan pria lain."
"tapi aku tidak tidur dengan sembarang pria." Youngjae berkata tak terima. Dia bukan pelacur yang tidur dengan siapa saja yang menginginkan dirinya.
"dia jaksa. Dia bukan sembarang pria."
Youngjae mengacak rambutnya frustasi. Dia sering bertemu dengan jaksa yang seusia ayahnya. Dan saat ini seperti itulah yang berada dalam pikirannya. Membayangkan tangan kriput itu menyentuh tubuh mulusnya, bibir laki-laki tua yang mengecupnya. Dan penis yang pasti sama sekali tidak akan memuaskannya bersarang dalam lubangnya. Dia bergidik, merasa risih saat membayangkannya.
. . .
. . .
Club malam yang tadi siang tampak sepi, kini sudah ramai saat memasuki jam sepuluh malam.
Lelaki manis itu duduk di depan meja bar dengan satu gelas bir. Ini adalah gelas ketiganya. Bibirnya tak pernah berhenti menghisap rokok yang di pegangnya. Dia sedang menunggu jaksa itu datang. Youngjae memilih menuruti permintaan ayahnya dengan sebuah mobil mewah sebagai hadiah jika dia berhasil.
Ponsel yang ia letakan di sebelah gelas birnya bergetar dan menyala. Sebuah pesan masuk, dari anak buah ayahnya.
'pintu masuk'
Pesan yang tertulis disana, lalu di bawahnya terdapat foto seorang laki-laki yang terlihat masih muda, bersurai coklat terang dan mengenakan setelan jas rapi. Sangat tampan. Ternyata dia bukan pria paruh baya seperti yang di pikirkannya.
Youngjae menoleh ke arah pintu masuk yang tak jauh darinya. Dan laki-laki yang seperti pada foto berdiri disana, tampak seperti mengamati sekitarnya.
Mata indahnya terus memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu. Hingga pandangan mereka bertemu pun tak membuat Youngjae mengalihkan pandangannya.
Laki-laki itu berjalan menuju ke arahnya. Semakin dekat, semakin jelas pula ketampanannya di mata Youngjae. dia masih memperhatikannya, meski jaksa itu telah berada di sampingnya.
Jaksa tampan itu menoleh padanya. "aku tahu sejak tadi kau terus memperhatikanku."
Youngjae mematikan rokoknya, lalu turun dari tempat duduknya agar lebih dekat dengan jaksa itu. Dia menatap menggoda padanya.
"aku tertarik denganmu." Kata Youngjae.
"tertarik apa maksudmu ?."
"aku ingin menegaskan terlebih dahulu. Aku bukan pelacur. Aku datang kesini karena sedang mencari seseorang untuk menemaniku malam ini, tapi aku juga tidak mau tidur dengan pria murahan."
"jadi kau ingin aku menemanimu ?."
Youngjae mengangguk, dia memainkan dasi jaksa itu.
"tapi aku tidak-"
"jangan banyak bicara jika tidak mau. Aku tidak akan mengemis." Youngjae menyelanya. Dia menyeret birnya ke depannya, lalu mengeluarkan sebuah bungkusan plastik kecil berisi bubuk bewarna putih.
Youngjae membuka ziplock plastik itu, hendak menuangkan isinya ke dalam minumannya.
Tangannya terhenti karena cengkraman jaksa itu. Youngjae menoleh padanya, dan jaksa itu memberikan sebuah senyum simpul.
"kau cukup berani menggunakan narkoba di tempat terbuka seperti ini." satu tangan jaksa itu yang tak memegang tangan Youngjae mengeluarkan ID nya dan menunjukannya pada lelaki manis itu. "aku jaksa dari kantor pusat. Kau di tangkap karena penyalahgunaan narkoba."
Youngjae tertawa meremehkan. Dia mengangkat tangan jaksa itu yang memegang ID nya untuk membaca namanya.
"Jaksa Jung- Daehyun. Ini bukan narkoba." Dia melepas cengkraman jaksa itu paksa.
Youngjae memasukan satu jarinya ke dalam plastik kecil itu. Butiran-butiran bubuk bewarna putih itu menempel pada jarinya. Dan, dengan berani dia mengusapkan jarinya pada bibir Daehyun.
Dia ingin Daehyun merasakan, jika itu memang bukan narkoba. Meski dia memiliki ayah seorang gembong narkoba, tapi ayahnya itu tak pernah membiarkan anak-anaknya untuk menyentuh barang terlarang itu.
Daehyun mengerut, saat menjilat bibirnya. Sepertinya ini bukan narkoba tapi mungkin-
"apa ini narkoba jenis baru ?."
Youngjae tertawa, dia memasukan semua bubuk putih itu ke dalam gelasnya. Bubuk itu langsung mencair begitu bersentuhan dengan minumannya.
"kau begitu ambisius. Aku ingin menyelamatkanmu dari di permalukan." Youngjae menyodorkan minumnya pada Daehyun.
Laki-laki bersurai coklat terang itu tertawa meremehkan. "apa kau ingin mempermainkan seorang jaksa ?."
"aku akan dengan sukarela ikut denganmu jika ini memang narkoba." Youngjae mengeluarkan dua bungkusan yang sama dari dalam sakunya, lalu menaruhnya pada saku kemeja Daehyun. "aku memberimu barang bukti."
Daehyun menyeringai, dia mengambil minuman yang berada di tangan Youngjae.
"jika setelah ini kita bertemu di pengadilan, aku akan menuntutmu dengan hukuman berat." dia merasa tertantang. Selama dia menjadi seorang jaksa, tidak ada yang berani menantangnya seperti ini.
Youngjae tersenyum samar, melihat Daehyun menegak habis birnya.
"karena itu dosis tinggi, efeknya akan segera terasa." Kata Youngjae.
Hanya menunggu dalam hitungan menit. Efek obat itu memang langsung terasa. Sekujur tubuh Daehyun terasa begitu panas, dia melonggarkan dasinya dan membuka dua kancing teratasnya.
Youngjae menyeringai, dia merapatkan tubuhnya pada tubuh Daehyun. Dan dengan gerakan perlahan menggesekan lututnya dengan kejantanan jaksa itu.
Daehyun terkejut, hanya dengan sentuhan itu sudah mampu membangkitkan gairahnya dengan mudah. Dia menatap nyalang pada Youngjae yang tengah menyeringai padanya. apa yang sebenarnya sudah di berikan laki-laki manis di hadapannya ini ?.
"aku akan memberi saran untukmu. Jangan terlalu ambisius, itu akan membuatmu mudah terpancing." ucap Youngjae. dia mendekatkan bibirnya ke telinga Daehyun. "Bagaimana rasanya obat perangsang ?." katanya pelan.
Youngjae kembali menatap Daehyun dan memberikan senyuman termanisnya.
"selamat menikmati." Ujarnya, lalu hendak meninggalkan Daehyun, sebelum laki-laki itu menarik lengannya. Dan mencium bibirnya kasar.
Ciumannya terasa sangat terburu-buru. Tangan Daehyun merayap turun meremas pantat Youngjae. bagaimana bisa lelaki manis ini akan meninggalkannya dalam keadaan nafsunya yang sudah memuncak. Daehyun akan membuat Youngjae bertanggung jawab atas perbuatannya.
Baru saja Daehyun akan mencumbu lehernya, lelaki manis itu mendorongnya "tidak disini sayang."
. . .
. . .
Daehyun menutup pintu hotel dengan kasar. Youngjae membawa laki-laki itu ke sebuah kamar hotel berbintang lima yang sudah ia pesan sejak tadi sore. Lelaki manis itu tak sudi bercinta di tempat murahan.
Daehyun melepas dasi dan jasnya sebelum membanting tubuh Youngjae ke ranjang king size itu.
Youngjae mendesis. "tidak bisakah kau melakukannya dengan pelan." Protesnya.
Laki-laki tampan itu menindih tubuhnya. "apa kau pikir, aku bisa melakukannya dengan pelan setelah kau membangkitkan gairah seks ku dengan obat perangsang."
Daehyun mengeluarkan obat perangsang dari sakunya yang di taruh Youngjae tadi. "aku pikir, kau juga harus memakainya."
Youngjae menahan tangan Daehyun yang hendak membuka bungkus plastik itu. "aku bisa memuaskanmu tanpa harus menggunakannya."
"kalau begitu cobalah."
Lelaki manis itu segera merubah posisi mereka menjadi Daehyun yang berada di bawah. Dia duduk tepat di atas kejantanan Daehyun. Menggerakan pantatnya sambil membuka satu persatu kancing Daehyun dengan gerakan sensual dan membuang kemejanya ke lantai.
"shh..." Daehyun mendesis. Youngjae segera mengecupi dadanya, naik ke leher dan berhenti di bibir tebalnya.
Mereka saling menatap lekat. Daehyun mengagumi dalam hatinya, betapa menawan dan manisnya laki-laki yang berada di atasnya ini.
"siapa namamu ?." tanya Daehyun.
"itu tidak penting. Karena malam ini aku hanya akan mendesahkan namamu."
Youngjae menegakan tubuhnya dan mulai membuka resleting celana Daehyun.
"siapa saja yang sudah pernah menidurimu ?." Daehyun bertanya lagi.
"beberapa kenalanku. Kau sendiri ?."
"baru-baru ini aku melakukan seks pertamaku saat bertemu dengan teman lama."
Youngjae beranjak untuk menarik lepas celana Daehyun. Dan kini laki-laki yang berprofesi sebagai jaksa itu naked.
Daehyun bangun, duduk dan menyandarkan dirinya pada kepala ranjang. Youngjae merangkak naik ke atas ranjang mendekati Daehyun.
"saat itu, akulah yang menelanjangi terlebih dahulu partner seks ku tapi kali ini aku yang di telanjangi terlebih dahulu." Ucap Daehyun.
Youngjae tak menjawabnya, dia langsung memasukan penis Daehyun ke dalam mulutnya. Dan sukses membuat Daehyun mendesah.
Lelaki manis itu mengernyit, penis Daehyun hanya bisa masuk setengahnya.
"Ahh..." Daehyun mendesah dikala Youngjae mulai mengulum penisnya. Lelaki manis itu memainkan lidahnya pada ujung kepala penisnya sementara tangannya sesekali meremas bola kembarnya dan batang yang tak masuk ke dalam mulutnya.
Daehyun yang sejak tadi memang sudah 'hard' semakin tak sabar ingin memasukan penisnya ke dalam lubang lelaki manis itu. Dia menjambak rambut Youngjae, agar dia melepaskan kulumannya. Dan kembali membanting tubuh Youngjae untuk berbaring. Dengan tak sabar dia melepas semua pakaian yang melekat pada tubuh Youngjae, hingga sama-sama telanjang seperti dirinya.
Dia membuka paha Youngjae lebar, menggesekan penisnya pada pintu masuknya.
"Ahh...tu-tunggu sebentar." Youngjae mendorong Daehyun. Lelaki tampan itu menatapnya tak suka.
Youngjae turun dari tempat tidur, meraih celananya kemudian memberikan Daehyun sebuah kondom.
"untuk keamanan." Kata Youngjae. keamanan dalam hal kesehatan yang di maksud Youngjae. Semua partner sex nya harus menggunakan pengaman.
"kita tak membutuhkan ini malam ini." jawab Daehyun, lalu melemparkan benda itu.
Dia mendorong Youngjae agar kembali berbaring.
"tidak Daehyun kau harus-."
"tenang saja, aku bersih dan aman. Jika tidak, aku tidak mungkin menjadi jaksa." Ucap Daehyun.
Dia menaruh sebuah bantal di bawah pantat Youngjae dan kembali membuka pahanya.
"Nghh...ahh..."
Lelaki manis itu mendesah, ketika Daehyun mengusap-usap pintu hole nya.
"hole mu kering." Kata Daehyun.
"itulah kenapa kau harus menggunakan kondom. Aku membeli kondom yang sudah terdapat lubricant."
"aku akan membasahinya."
Dan dengan katanya itu, Daehyun menenggelamkan kepalanya di selangkangan Youngjae. menjilat hole nya dengan sensual.
"ohh...Daehh...ahh..."
Youngjae reflek merapatkan pahanya, menjepit kepala Daehyun.
"Daehyunhh...ahh.."
Daehyun berhenti, merasa hole Youngjae sudah cukup basah.
"menungging."
Youngjae merubah posisinya sesuai yang di katakan Daehyun. Dia mendesah merasakan penis Daehyun kembali menggesek pintu hole nya.
"Akhhh..."
Youngjae mencengkram sprei di bawahnya saat Daehyun mulai melakukan penetrasi.
"ahh...shit apa kau benar pernah melakukan seks sebelumnya. Hole mu sempit."
Milik Daehyun baru masuk setengahnya.
"penismu saja yang besar, brengsek. Lakukan dengan cepat, ini sakit."
"Akhh..Daehh.."
Youngjae kembali merintih, Daehyun menghentaknya kuat. Menanamkan seluruh penisnya ke dalam lubang hangat Youngjae.
Laki-laki di belakangnya itu mulai menggerakan pelan batang kerasnya.
"Ahh..shh.."
Rasa sakit yang bercampur nikmat Youngjae rasakan. Semakin lama gerakan Daehyun semakin cepat menumbuk lubangnya. Membuat desahan erotisnya semakin keras.
"ohh...ahh...dihh..sanahh..."
Youngjae berkata susah payah saat Daehyun sudah menemukan titik ternikmatnya.
"Nghh...Daehyunhh...ahh.."
"Ahh...bukan hanya parasmu yang menawan. Lubangmu juga nikmathh shh...ahh..."
"lebihh...Daehh...ahh...cepathh..."
Youngjae semakin meremas sprei putih di bawahnya, seakan berbagi kenikmatannya dengan kain itu. Dia ikut menggerakan tubuhnya berlawanan arah dengan Daehyun.
"ahh...ahh...akuhh..."
Daehyun membalik cepat tubuh Youngjae untuk berbaring. Ingin melihat bagaimana wajah manis itu saat tubuhnya menerima kenikmatan yang di berikannya.
"Daehyunhh...akuhh...ahh..."
"sebentar lagihh.. sayang."
"ahh...Daehyunhhh~."
"Aahhh~."
Desahan panjang Youngjae yang memanggil nama laki-laki itu membawa mereka pada puncak kenikmatan mereka.
Gairah seks Daehyun terpuaskan dengan tubuh lelaki manis itu. Dia menarik penisnya keluar. Membetulkan posisi tidur Youngjae yang masih terengah sebelum dia ikut berbaring di samping lelaki manis itu dan menyelimuti tubuh mereka berdua.
. . .
. . .
. . .
Matahari mulai menyingsing, sinarnya masuk ke dalam kamar hotel berbintang lima itu melalui kaca jendela. Membangunkan satu-satunya laki-laki tampan yang menempati kamar itu.
Daehyun mengerjapkan matanya sambil berusaha kembali mengumpulkan kesadarannya. Dia terduduk saat mendapati teman tidurnya semalam tak ada di sampingnya.
Dia hanya menemukan sebuah note bewarna kuning, pada tempat kosong di sebelahnya.
Selamat pagi :*
Maaf aku harus meninggalkanmu sebelum kau bangun.
Aku sudah mengurus semua akomodasi hotel, jadi kau tidak perlu khawatir.
Semalam kau sangat menakjubkan. Aku tidak pernah merasa sepuas ini saat bercinta. Aku menyukai Daehyun junior.
Jika kita bertemu lagi, mungkin kita bisa kembali melewati malam yang panas berdua.
Terima kasih sudah memberikan malam yang indah untukku.
-Your sex partner-
-YYJ-
Jantung Daehyun berdegup kencang membaca setiap kalimat pada note itu. Dengan jelas dari kertas bewarna kuning itu menguar wangi parfum yang di gunakan teman tidurnya semalam.
Dia menenggelamkan wajahnya pada bantal dan meremas surai coklatnya. Dengan bodoh otaknya memutar bagaimana mereka bercinta semalam. Dan, bagian selatannya kembali menegang.
Dia bisa gila jika seperti ini.
Semalam dia sudah gagal menyelidiki club malam itu. Tak peduli apa yang akan di katakan atasannya nanti. Yang pasti, dia harus menemukan lelaki manis itu.
YYJ ?
Daehyun pasti akan mendapatkannya.
Gak tau ini apaan :v tiba-tiba melintas begitu saja di tengah-tengah kerjaan hehehe :v
