"Dubu ireonaaaaaa!" Suara nyaring khas pemilik sosok bermata kucing menggelegar disalah satu kamar di dorm SHINee.
"10 menit lagi baby"
Lalu berkacak pinggang karena orang yang dipanggilnya 'dubu' masih betah bergumul dengan selimutnya. Detik selanjutnya ia menopang dagunya ditangan sebelah kanan seraya berpikir bagaimana cara membangunkan makhluk paling susah bangun pagi ini.
"Aha! Aku punya ide!" Muncul seringaian disela-sela bibir Kibum, namja bermata kucing tersebut. Dengan segera ia mengambil ancang-ancang dari tempatnya berdiri, lalu…
'Brruukkkkk…'
"Yaa! Baby apa yang kau lakukan?!"
"Membangunkanmu baby" Jawab Kibum, santai.
"Ishh.. Tak bisakah kau menggunakan cara lain selain ini? Badanku sakit semua baby, turunlah" Pinta Jinki seraya memegangi salahsatu anggota badannya yang sakit akibat ditindih(?) oleh badan Kibum.
"Kalau aku turun, nanti kau kembali tidur dubuu.."
"Haish.. Baiklah aku bangun baby. Sekarang turunlah, kau sangat berat sekarang."
Kibum mengerucutkan bibirnya kesal setelah mendengar pernyataan -yang menurutnya- pahit dari kekasihnya, Jinki. Lalu ia turun dan membantu Jinki bangun dari tempat tidurnya.
"Cepat cuci mukamu dan gosok gigimu dulu. Aku tunggu di meja makan. Dan jangan sekali-sekali mencoba untuk tidur lagi." Ancam Kibum dengan muka datar dan langsung melengos pergi ke dapur.
Jinki mengusap tengkuknya sambil mencoba mencermati kejadian yang barusan terjadi pagi ini. Ia tersenyum kecil mengingat Kibum-nya sangat tidak suka dikatai 'badanmu berat' atau 'badanmu gendut'.
20 menit kemudian…..
"Kenapa Jinki hyung lama sekali, Kibum? Apa kau benar-benar sudah membangunkannya?" Tanya Jonghyun, sambil mencomot salahsatu roti bakar yang sudah disiapkan Kibum.
"Mungkin dia kembali tidur. Coba cek lagi, Key." Timpal namja dengan mata besar bernama Minho.
"Ish, padahal tadi sudah aku ancam. Tidak kapok juga ternyata dia." Segera ia mematikan kompor terlebih dahulu. Sebelum Kibum melangkahkan kakinya lebih jauh, sosok namja bergigi kelinci menyembul dari balik pintu ruang makan sambil berjalan dengan menggosok-gosokkan matanya tanda masih mengantuk.
"Ya! Dubu, kau lama sekali!"
"Mian chagi, aku perlu waktu lama agar gigiku ini tetap bersih. Kau cerewet sekali."
Lagi-lagi Kibum mengerucutkan bibirnya untuk kedua kalinya pagi ini. Dia benar-benar dibuat kesal oleh sang leader yang -menurutnya- sangat menggemaskan dengan pipi gembulnya saat bangun tidur.
"Terserah kau saja." Ucap Kibum sambil berlalu menyiapkan makanan untuk Jinki.
"Argh! Apa-apaan sih kau dubu? Lepaskan tanganmu! Aku masih menggoreng ayam kesukaanmu." Teriak Kibum saat dirasanya ada lengan kokoh yang melingkar di area pinggangnya.
"Jangan marah baby. Kau sangat jelek kalau marah hmm.."
Kibum segera membalikkan badannya menghadap Jinki sambil berkacak pinggang dan raut muka yang sangat kesal.
"Mwo? Habis kau bilang aku 'berat', sekarang kau bilang aku 'jelek'?! Lalu untuk apa kau menembakku saat itu? Ah aku menyesal sudah mener.. Hmpptt~~"
"Yaa kalian! Bisa tidak melakukan hal mesum di kamar saja?! Kasihan mata Taemin yang polos jadi tercemar gara-gara ulah kalian!" Teriak Minho sambil menutupi mata Taemin dengan tangannya dari adegan mesum di depannya.
"Ada apa sih hyung? Aku cuma mau mengambil susu pisang yang ada di kulkas." Sahut Taemin, kesal karena usahanya mencapai kulkas terhambat akibat namja bermata kodok itu tiba-tiba menariknya yang sedang lewat dan menutupi matanya.
"Kita ke kamar saja Tae, disini banyak adegan tidak senonoh. Nanti hyung ambilkan susunya." Minho menggiring(?) Taemin ke tempat yang lebih aman. Sementara Jonghyun yang dari tadi melihat adegan 4 kawannya itu hanya bisa tertawa kecil.
"Kau lihat? Akibat ulahmu kodok itu marah padaku! Pasti nanti dia akan menceramahiku panjang lebar. Aish, kau benar-benar dubuuuu!"
"Hihi habis kau cerewet sekali baby. Bibirmu jadi kelihatan lebih seksi. Membuatku ingin mencicipinya setiap hari."
"Dasar pervert!" Marah Kibum sambil memukul kepala Jinki. "Sudah sana cepat makan sarapanmu. Kalau tidak salah, nanti kau ada jadwal wawancara kan?" Lanjutnya.
"Iya iya. As your wish baby-ku yang cerewet." Jinki tersenyum jahil sambil menyubit pipi tirus Kibum lalu segera berlari dari serangan spatula Kibum yang siap melayang ke arahnya.
Kibum POV
Hari ini SHINee mempunyai jadwal yang padat. Salah satunya adalah mengisi suatu acara di stasiun televisi ternama Korea. Aku dan anggota lainnya sudah memakai baju 'panggung' kami dan bersiap-siap untuk tampil. Tapi aku melihat sesuatu yang ganjil pada raut muka Jinki hyung. Bahkan dari tadi dia melamun. Apakah dia masih terlalu lelah? Atau dia sakit? Ah molla. Lebih baik aku tanyakan saja.
"Dubu?"
"Ah ne?" Dia agak tersentak mendengar teguranku.
"Apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat hyung. Dari tadi kau melamun. Kalau kau sakit, aku izinkan ke manager hyung saja agar kau bisa beristirahat di dorm." Kataku, sangat khawatir.
"Gwenchana, Key. Apa wajahku begitu pucat?" Balasnya.
"Hmm.. Tidak terlalu hyung. Tapi aku khawatir."
"Sudahlah tak apa. Aku baik-baik saja. Ah, kita harus tampil sekarang. Palli!"
Aku hanya bisa mendesah berat dan menurut pada Jinki hyung saat menarik tanganku membawa ke atas panggung. Ya, aku sudah 3 tahun menjalani hubungan khusus dengan Jinki hyung. Hanya sekedar pihak manajemen dan beberapa orang di kalangan artis saja yang mengetahui bahwa hubungan kami real. Dan maka dari itulah aku segera menyadari sikap aneh Jinki hyung beberapa hari ini. Terkadang menjadi pendiam, suka melamun, dan terkesan cuek padaku. Apakah ada yang salah denganku? Ah harusnya dia mengintrospeksi diri. Dia yang selalu membuatku cemburu saat dia dekat dengan yeoja atau namja lain.
Jinki POV
Ah hari ini sebenarnya aku ingin sekali izin pada manager hyung untuk tidak mengikuti jadwal hari ini. Aku tidak enak badan dari tadi pagi. Tapi aku ini leader, aku harus kuat dan tidak boleh lengah untuk menjaga dan mengatur semua memberku. Aku hanya tak mau membuat mereka kecewa.
Niatku tidak meminta izin sakit pada manager hyung adalah untuk sekedar melihat senyum Kibum, namja chingu-ku. Aku bahkan mungkin tidak bisa hidup tanpa melihat senyum Kibum sedetikpun. Tapi yang aku dapat hanyalah senyuman Kibum untuk orang lain, bukan untukku. Dan orang yang beruntung mendapat senyuman itu adalah Nam Woohyun, teman 91Liner Kibum. Ya, sekarang aku melihat mereka bercanda di depan wajahku dan memamerkan kemesraan mereka. Bahkan mereka bergandengan tangan! Apakah aku disini tak pernah dianggapnya? Ugh, aku muak melihatnya. Aku langsung mengalihkan pengelihatanku ke arah lain. Ini sungguh-sungguh menyakitkan.
"Dubu?"
"Ah ne?" Aku tersentak saat dia menegurku saat aku melamun.
"Apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat hyung. Dari tadi kau melamun. Kalau kau sakit, aku izinkan ke manager hyung saja agar kau bisa beristirahat di dorm." Katanya, kelihatan khawatir.
"Gwenchana, Key. Apa wajahku begitu pucat?" Tanyaku.
"Hmm.. Tidak terlalu hyung. Tapi aku khawatir."
"Sudahlah tak apa. Aku baik-baik saja. Ah, kita harus tampil sekarang. Palli!" Aku segera menarik tangannya ke panggung agar dia tak membahas lebih lanjut pembicaraan ini. Jujur, ini sangat menyakitkan. Lebih baik aku pendam saja sakit ini, biarlah dia sendiri yang menyadarinya.
Author POV
Sudah seminggu ini Jinki mengabaikan Kibum. Tak ada kemesraan lagi di antara 'umma dan appa' SHINee ini. Hanya diam dan menjawab sekenanya saja.
Hal ini membuat Kibum frustasi. Setiap Kibum menanyakan apa kesalahannya, Jinki selalu berusaha menghindarinya.
'Ting tong' *ceritanya suara bel rumah gitu._.*
"Jjong hyung, tolong bukakan pintunya. Aku sibuk!" Teriak Minho.
"Ya! Dasar tak sopan menyuruh hyung-mu seenaknya. Bilang saja kau sibuk bermain Winning Eleven! -_-" Jonghyun beranjak dari sofa dan segera membukakan pintu sambil menggerutu 'Siapa sih malam-malam begini bertamu? Dasar tak tau diri!'
"Ah, Jonghyun hyung. Selamat malam."
"Woohyun? Aigo! Kibum kenapa? Dia mabuk lagi?" Jonghyun tersentak kaget melihat Kibum berada dalam pelukan Woohyun untuk menjaga keseimbangan badannya yang limbung.
"Iya hyung. Dia memaksaku mengajaknya ke bar lagi. Kelihatannya akhir-akhir ini dia mempunyai masalah yang cukup berat. Sedari tadi dia mengigau meneriakkan nama Onew hyung. Tolong jaga dia hyung, aku sangat mengkhawatirkannya." Jelas Woohyun sambil menyerahkan tubuh ringkih Kibum pada Jonghyun.
"Gomawo, Woohyun-ah sudah menjaga Kibum."
"Cheonmaneyo, hyung. Aku pulang dulu ya, sampaikan salamku pada member SHINee lainnya. Annyeong"
"Annyeong" Jonghyun memapah Kibum -yang setengah sadar- ke dalam dorm. "Hey kodok, hentikan aktivitasmu itu dulu! Bantu aku memapah Kibum!" Teriak Jonghyun tak sabaran.
"Ah Kibummie! Kau kenapa? Dia mabuk lagi hyung?" Minho tersentak kaget melihat Kibum yang dipapah oleh Jonghyun dan segera membantunya bergegas ke kamar.
"Hey kau ayam, kenapa kau diam saja? Lihat namjachingu-mu sedang mabuk berat, kau malah santai-santai!" Teriak Minho.
"Huh tak sopan sekali memanggilku seperti itu. Apa peduliku?" Sahut Jinki acuh tak acuh.
"Ya! Dia daritadi mengigau meneriakkan namamu hyung! Aish. Kau benar-benar keterlaluan. Lebih baik aku mengompres(?) Kibum saja. Panasnya sangat tinggi." Ujar Jonghyun berlalu ke arah dapur.
"Aku tak menyangka seseorang sepertimu bisa menjadi leader, hyung. Bahkan kau tak mempedulikan anggota-mu yang sakit. Kau benar-benar keterlaluan." Minho melengos pergi mematikan Winning Eleven-nya dan menuju ke kamar Kibum dan Taemin -yang sudah terlebih dulu tidur sebelum Kibum datang- untuk melihat keadaan tubuh Kibum yang masih panas.
Kini hanya tinggal Jinki yang berada di ruang makan sambil menyendokkan serealnya. *kebiasaan Jinki itu makan sereal malem-malem*. Lalu bergumam kecil. "Seandainya kau tak bersama Woohyun terus-menerus, mungkin ini tak akan terjadi Kibum-ah."
Sedikit menyesal tak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya lagi bersama Kibum. Terkadang dia merasa sangat kesepian. Ia merindukan perhatian dan sikap manja Kibum. Tapi tekadnya sudah kuat untuk mengacuhkan Kibum sampai dia tahu apa kesalahannya. Terlihat tak adil memang, namun ia sangat berharap setelah Kibum menyadarinya, ia -Kibum- tak terlalu dekat lagi dengan Woohyun yang sukses membuat aliran darahnya mendidih.
Jinki segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya dengan Minho. Ya, sejak kejadian itu, Jinki meminta manager untuk bertukar kamar dengan Minho untuk menghindari Kibum. Kini Kibum sekamar dengan Jonghyun dan Taemin. Jinki memang tidak memperbolehkan Minho tidur sekamar dengan Taemin. Takut jika maknae-nya itu diperlakukan yang 'aneh-aneh' oleh namja pervert bermata kodok tersebut -_-.
Berhenti beberapa saat di depan kamarnya sendiri. Seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu ia menoleh ke arah kamar Kibum, Jonghyun dan Taemin. Ia melangkahkan kakinya ke sana.
'Ceklek'
Lampu kamar ternyata sudah padam. Keadaan kamar tersebut kini sangat gelap. Ia berjalan menuju arah tempat tidur Kibum. Takut mengusik tidur member-membernya ini, ia berjalan dengan sangat pelan dan berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun. Perlahan ia menghidupkan lampu tidur berwarna pink di samping tempat tidur Kibum.
'Klik'
Tampaklah sekarang sosok wajah Kibum yang tengah terlelap ke alam mimpinya dalam keadaan tidur dengan memiringkan badannya ke arah Jinki sekarang berdiri . Jinki berjongkok dan terus memandangi sosok namja cantik tersebut, merasakan kerinduan mendalam yang menusuk jantung hatinya.
"Kibum-ah, neomu bogoshippeo" Ucap Jinki, lirih. Ia mengulurkan tangan kanannya dan mengusap lembut puncak kepala Kibum.
1 menit …
3 menit …
5 menit …
10 menit …
Hingga ia tak menyadari ada beberapa bulir air mata membasahi kedua pipinya membentuk seperti aliran sungai. Ia tak kuasa menahan tangisnya sendiri. Ia sebenarnya sudah merasa lelah mengabaikan namja cantiknya ini. Namun hatinya seperti menahannya untuk bertindak seperti biasa lagi pada Kibum.
Tangan Jinki terulur memegang dahi Kibum untuk memastikan suhu tubuh kekasihnya itu. Lalu mengernyitkan dahinya sebentar merasakan panas yang menjalar dari punggung tangannya.
"Tubuhmu masih panas hm? Kenapa kau tak bisa menjaga kesehatanmu sendiri selama aku tak ada disisimu Kibum-ah? Kau tahu, ini akan menyakiti dirimu sendiri." Gumam Jinki, lirih.
Perlahan Jinki mengambil handuk kecil di meja kecil samping tempat tidur Kibum, lalu mencelupnya ke dalam baskom berisi air yang juga terdapat di sana. Diperasnya handuk itu hingga sedikit air yang tersisa disana, lalu diletakkannya di atas dahi Kibum.
"Cepatlah menyadarinya Kibum-ah. Aku sudah sangat merindukanmu. Jeongmal saranghae nae chagiya." Jinki mengecup pelan tangan Kibum yang sedari tadi ia genggam. Ia juga tak lupa mengecup bibir Kibum yang sudah seminggu ini tak disentuhnya sama sekali. Lalu memeluk lembut -dengan sangat hati-hati- tubuh ringkih itu dan menelusupkan kepalanya di bahu Kibum sambil menyesap aroma vanilla pada tubuh namja cantiknya. Meski aroma vanilla itu sudah bercampur aduk dengan aroma alkohol yang sangat tajam, Jinki tetap menyukai aroma khas tubuh Kibum. Ia sangat sangat sangat merindukan sosok cantik dalam pelukannya ini.
Jinki segera melepas pelukannya dan membenarkan posisi tidur Kibum, lalu menaikkan selimutnya hingga di bahu Kibum.
"Nice dream nae chagiya, jeongmal saranghae." Lagi-lagi Jinki mengucapkan kata cintanya kepada Kibum yang sudah terlelap dalam tidurnya. Ia berjalan pelan menuju pintu kamar.
'Ceklek'
"Apakah kau mendengarnya, hyung?" Tanya Taemin kepada Jonghyun dan segera membalik badannya menghadap ke tempat tidur Jonghyun setelah mendengar pintu kamarnya tertutup.
"Ya, aku mendengarnya Taemin-ah. Aku bersyukur, setidaknya Jinki hyung masih sangat mencintai Kibum." Sahut Jonghyun.
"Hmm.. Sama hyung, aku juga merasa begitu. Ayo kita tidur lagi."
Kibum POV
Sinar matahari pagi dari arah jendela menyeruak berusaha menembus semua sisi ruangan. Dengan berat hati, perlahan-lahan aku membuka kedua mataku dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan bola mataku pada sinar matahari pagi.
"Ahh.." Mengerang pelan, merasakan pening dan sakit di kepalaku. Berusaha mengingat lagi kejadian yang menimpaku semalam.
"Ah yang terakhir aku ingat, semalam aku mengajak Woohyun pergi ke bar dan… Berarti aku mabuk. Pantas kepalaku pusing."
Aku berusaha mendudukkan diriku di sandaran tempat tidur dengan menggunakan bantal sebagai alasnya agar punggungku tak terlalu sakit.
"Dan bahkan setelah kejadian itu aku bermimpi Jinki hyung mmengusap kepalaku, mencium wajah dan bibirku, lalu memelukku dengan lembut. Andaikan ini bukan mimpi." Lagi aku berbicara pada diriku sendiri, seolah-olah hanya diriku sendirilah yang bisa aku ajak berbicara.
'Ceklek'
"Kau sudah bangun Kibummie?" Minho datang dengan membawa nampan berisi beberapa makanan ke dalam kamarku. Sepertinya ia membuatnya sendiri untukku.
"Ehm." Sahutku.
"Apakah kepalamu masih sakit? Atau badanmu masih panas?" Cerocos Minho sambil meletakkan nampan di meja samping tempat tidurku. Lalu meletakkan punggung tangannya ke arah keningku, mencoba memeriksa suhu tubuhku. Aku tahu dia sangat mengkhawatirkanku. Dia memang sahabat terbaikku.
"Sudahlah Minho, aku baik-baik saja. Aku tak perlu mengkhawatirkanku."
"Benarkah?"
"Iya Minho-ah. Aku baik-baik saja." Jawabku sambil memegang lengan Minho, berusaha meyakinkannya jika aku sangat-sangat baik-baik saja.
Minho tersenyum simpul.
"Ini, makanlah. Dari kemarin siang kau belum makan. Aku buatkan bubur spesial khusus untukmu, Kibummie." Minho mengambil semangkuk bubur. "Aku suapi ne?"
Aku hanya tersenyum sambil mengangguk tanda setuju. Ah, sahabatku satu ini sangat over protective padaku. Sama persis seperti Jinki hyu... Ah, kenapa aku memikirkannya lagi?
"Kibummie?"
"Hmm?"
"Semalam kau sangat kacau, bahkan saat mabuk kau mengigau meneriakkan nama Jinki hyung. Apa kau sedang ada masalah dengan Jinki hyung?"
"Uhukk!" Aku tersedak memdengar pertanyaan Minho barusan. Apa? Aku mengigau meneriakkan nama Jinki hyung? Ini benar-benar memalukkan!
"Haish, pelan-pelan makannya Kibummie" Minho menyodorkan air putih padaku. Aku segera menerimanya dan langsung meminumnya.
"Ah.. Hahaha aniyo.. Haha" aku tertawa sangat canggung. Berusaha menyembunyikan suatu masalah pada makhluk bermata besar ini sepertinya akan sia-sia saja -_-
"Kim Kibum?" Ah, dia memanggil nama panjangku. Tandanya ia sedang ingin serius. Gawat! Sangat gawat!
"Nn-ne?" Jawabku terbata. Shit! Kenapa harus gugup begini?
"Kita sudah bersahabat berapa tahun? Tanyanya.
"S-ssekitar.. Hmm, 7 tahun M-minho-ah."
"Setelah 7 tahun kita bersahabat dan bahkan tinggal dalam dorm yang sama selama itu, bukan berarti aku tak mengenal sisi pribadimu dan bahkan bahasa tubuhmu saat berbohong kan?" Minho meletakkan mangkok bubur yang tinggal separuh di atas meja dan segera memandangi dengan tajam tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu berhenti pada kedua bola mataku seperti menelaah. Mencoba mencari kebohongan dari dalam mataku ini.
"Hhmm.. I-itu.. N-ne Minho-ah.."
"Jadi.. Kau pasti berbohong.. Jujurlah padaku Kibummie, jebal." Pandangan matanya kembali melembut.
Aku tak kuasa menahan tangisku sendiri. Langsung kupeluk Minho dengan erat dan menumpahkan segala rasa sakit hatiku yang sudah membuatku sesak selama ini. Kurasakan tangan besarnya mengelus(?) punggungku mencoba menenangkan.
"Tak apa kalau kau belum siap menceritakannya Kibummie. Aku tak akan memaksamu. Menangislah. Keluarkan semua bebanmu."
Aku hanya bisa menangis dan meraung sambil memeluk tubuh hangat Minho. Sebenarnya aku sangat benci menangis di depan orang lain, namun pengecualian untuk keroro yang sedang aku peluk ini. Dia benar-benar tempatku bersandar saat aku ada masalah yang berhubungan tentang Jinki hyung setelah Jonghyun hyung dan Woohyun tentunya. Tapi entah kenapa aku hanya ingin menceritakan masalah ini dengan Minho saja. Bukan dengan yang lain.
'kriet'
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan menampilkan sesosok ayam bermata sipit(?) *digampar onew* yang berdiri terpaku melihat ke arahku dan Minho yang sedang berpelukan. Lantas aku langsung melepaskan pelukanku dari Minho. Dengan gugup aku menatap intens sosok yang berdiri -dengan tatapan shock- di depan pintu itu.
"J-jinki hyung, ini bukan seperti yang..."
"Ah, aku sepertinya mengganggu aktivitas 'lovey dovey' kalian berdua. Maaf, aku akan keluar." Jinki hyung tiba-tiba memotong penjelasanku dan segera beranjak pergi dari depan pintu kamarku sambil menutup pintu kamar dengan kasar.
"JINKI HYUNG! JEBAL DENGARKAN AKU DULU!" Aku segera bangkit dari dudukku dan berusaha mencapai pintu untuk mengejar Jinki hyung. Tapi aku merasa ada yang menghentikan langkahku dengan memelukku dari belakang.
"Sudahlah Kibummie. Kau masih sakit, jangan memaksakan dirimu." Kurasakan punggungku mulai basah. Apakah Minho menangis? Sebegitu menyedihkankah hidupku ini hingga sahabat terbaikku menangisi penderitaanku?
"Jebal Kibummie.. Hiks.. Aku akan membantumu.."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~TBC~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Muncul dengan OnKey fanfiction lagii ! ^^
Aneh ya? Hehe maklum belum pengalaman._. Review juseyoo
