Author: Tiba-tiba dapet ide bikin fict ginian XD
Len: Beautiful Soundnya?
Author: Bakal lanjut kok. Tapi, saya harus vakum beberapa hari nanti.
Len: Kenapa?
Author: Nanti saya jelasin. Kaito, disclaimer!
Kaito: Asalkan kau mau memberiku jatah es krim selama sebulan aku mau!
Author: Dasar maniak es krim =w=". Okelah~~
Kaito: Yes!
Disclaimer: Vocaloid bukan punya author ini, cuma cerita ini punya dia!
Incident In The Dark Moon
Day 1: Prelude
-Normal POV-
Hari itu langit sangat gelap, sepertinya akan hujan deras. Walau begitu, pagi-pagi sekali seorang anak perempuan pergi ke sekolahnya dengan ceria. Walau, akhirnya senyum itu akan hilang…
"Ohayou minna!" Teriak perempuan itu sambil membuka pintu kelasnya dengan kencang.
"Ah, Ohayou Miku." Balas perempuan berambut kuning, namanya adalah Kagamine Rin.
Gadis yang dipanggil Miku itu menghampiri Rin. "Hei Rin, kau sudah mengerjakan PR Fisikanya Honne-sensei?"
Rin yang sedang menulis menoleh kearah Miku. "Sudah, bagaimana dengan kamu?" Tanya-nya.
Miku menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Hehehe. Belom." Jawabnya sambil tertawa. "Makanya itu, aku pinjam ya." Sambungnya.
"Huh, sudah kuduga. Berhubung aku itu sahabatmu, aku pinjamkan deh." Balas Rin dengan senyum khasnya.
"Arigatou Rin-chan!" Teriak Miku lalu memeluk erat Rin.
"Ugh…Kalau begini, bagaimana aku bisa mengambil bukuku?" Tanya Rin yang kesakitan saat dipeluk Miku.
Miku melepaskan pelukannya, lalu tertawa kecil. "Nih." Ucap Rin sambil menyerahkan buku Fisikanya.
"Oke, sekarang aku menyalinnya dulu ya." Ucap Miku sambil berlari menuju tempat duduknya.
"Dasar kau Miku." Gumam Rin lalu dia tertawa kecil.
-Miku POV-
Hai, aku Hatsune Miku. Sekarang aku masih kelas 1 SMA di SMA VocaUtau Gakuen. Aku punya seorang sahabat yang bernama Kagamine Rin. Dia itu kakak kembarnya Kagamine Len, tapi sepertinya mereka itu saling suka. Aku yang tau tentang hal ini hanya bisa menunggu kapan mereka jadian lalu aku akan meminta 'PJ'-nya!
Saat ini aku sedang menyalin PR fisikanya Rin, karena tadi malam aku sangat mengantuk dan akhirnya tertidur. Padahal kemarin aku berniat ingin mengerjakan PR itu. Tapi, yah…PR yang diberikan Honne-sensei itu sangat gila-gilaan. Beruntung aku punya teman seperti Rin.
Dengan riangnya aku menyalin hasil pekerjaannya Rin. Sampai akhirnya terdengar suara air yang berjatuhan dari langit. (Baca: Hujan)
"Ah, hujan.." Gumamku.
Bertepatan dengan turunnya hujan itu, bell sekolah pun berbunyi. Aku dengan cepat memberi kembali buku fisika Rin lalu kembali ketempat dudukku. Pelajaran pertama hari ini adalah pelajarannya Gakupo-sensei, sejarah…
"Hm..Hatsune-san. Mana orang yang duduk disebelahmu itu?" Tanya Gakupo-sense padaku sambil menunjuk kursi yang kosong disebelahku.
"Terlambat lagi ya…Dasar Baka!" Ucapku dalam hati. "A-Aku tidak tau Gakupo-sensei!" Jawabku.
Tepat saat itu, pintu kelasku terbuka dengan kencang. "Pasti si Baka itu." Dugaku dalam hati. Dan ternyata dugaanku benar.
"Maaf Gakupo-sensei, saya terlambat karena dalam perjalan kesekolah ini tiba-tiba hujan, dan kebetulan saya tidak bawa paying. Jadi…" Kata-kata laki-laki itu terpotong oleh Gakupo-sensei.
"Kalau begitu kenapa baju dan rambutmu tidak basah?" Tanya Gakupo-sensei.
"Ng..Jadi begini, kebetulan disaat lima menit sebelum bel aku nebeng di mobilnya Ted Kasane, anak kelas sebelah. Kalau tidak percaya, sensei bisa menanyakan hal ini padanya." Jawab laki-laki itu, dan bagiku jawaban itu terdengar seperti alasan yang mengada-ada.
"Ohh, kalau begitu kau boleh duduk kembali, Shion-san." Ucap Gakupo-sensei.
"Terima kasih sensei." Balas laki-laki yang dipanggil Shion-san itu, lalu dia pergi ke tempat duduk yang ada disebelahku ini.
"Hebat sekali alasanmu, BaKaito." Ucapku dengan menekan kata-kata 'BaKaito'.
"Hehe, kau tau aja kalau aku berbohong." Balasnya dengan senyumnya yang menurutku memuakkan.
"Heh, sudah biasa kau seperti itu!" Balasku dingin.
"Dingin sekali. Apa kau tidak bisa halus sedikit saja padaku?" Tanyanya.
"Tidak!" Jawabku singkat dan padat.
Laki-laki itu bernama Kaito Shion. Dia adalah murid terpintar di kelas ini, tapi buatku dia itu adalah orang yang bodoh. Dia terkenal dengan keterlambatannya, sudah beberapa kali dia kena teguran dari guru BK.
-Kaito POV-
Ini adalah pagi yang paling sial! Saat terbangun dari tidurku, cuaca diluar sudah tidak menyenangkan. Ya, diluar sudah hujan lebat.
"Terlambat lagi deh.." Gumamku. Dengan santainya aku mengambil handukku lalu pergi kekamar mandi. Setelah itu aku mengambil sebatang es krim vanilla dari kulkas. Es krim adalah sarapanku sehari-hari. Lalu aku berangkat kesekolah.
Orang tuaku tinggal di Belanda karena urusan pekerjaan. Mereka mempercayaiku tinggal sendirian karena aku sudah besar, lagian merepotkan kalau harus bersekolah di Belanda.
Dengan santainya aku berjalan menuju sekolah. Sesaat aku melihat jam tanganku, "Wew tinggal lima menit lagi belnya. Rekor baru!" Kataku bangga.
Ya, disekolah aku memang terkenal sebagai anak yang sering terlambat. Guru BK sudah beberapa kali menegurku, bahkan mereka telah memberikanku surat panggilan orang tua. Tapi sia-sia, mereka tidak tau kalau orang tuaku tinggal di Belanda. Sungguh bodoh.
Sesampainya didepan gerbang sekolah, disana sudah sepi tanda pelajaran sudah saat itu juga aku melihat Ted yang baru turun dari mobilnya lalu dia berlari dengan kencang ke dalam sekolah. Dan (lagi-lagi) dengan santainya aku berjalan menuju kelas.
BRAK!
Kubuka pintu kelas dengan kencangnya.
"Maaf Gakupo-sensei, saya terlambat karena dalam perjalan kesekolah ini tiba-tiba hujan, dan kebetulan saya tidak bawa paying. Jadi…" Kata-kata ku terpotong oleh Gakupo-sensei.
"Kalau begitu kenapa baju dan rambutmu tidak basah?" Tanya Gakupo-sensei.
Aku mencari alasan yang tepat, dan beberapa detik kemudian aku mendapat alasan yang sangat masuk akal.
"Ng..Jadi begini, kebetulan disaat lima menit sebelum bel aku nebeng di mobilnya Ted Kasane, anak kelas sebelah. Kalau tidak percaya, sensei bisa menanyakan hal ini padanya." Jawabku. Aku bertaruh dalam hati, apakah Gakupo-sensei akan percaya alasanku atau dia akan menghukumku untuk memakan terongnya.
"Ohh, kalau begitu kau boleh duduk kembali, Shion-san." Ucap Gakupo-sensei.
"Terima kasih sensei." Balasku. Oh, thanks God, Engkau telah menolongku pada saat yang genting ini. Lalu aku berjalan menuju tempat dudukku. Aku duduk semeja dengan gadis berambut hijau tosca, dia adalah Hatsune Miku. Dia selalu jutek didepanku, tapi aku tidak terlalu mempedulikannya.
"Hebat sekali alasanmu, BaKaito." Ucapnya dengan menekan kata-kata 'BaKaito'.
"Hehe, kau tau aja kalau aku berbohong." Balasku dengan senyum khasku.
"Heh, sudah biasa kau seperti itu!" Balasnya dingin.
"Dingin sekali. Apa kau tidak bisa halus sedikit saja padaku?" Tanyaku.
"Tidak!" Jawabnya singkat dan padat.
"Cantik cantik kok dingin banget dah kata-katanya." Gumamku dalam hati.
-Miku POV-
Hujan begitu lebat, dan sekarang sudah waktunya pulang dari sekolah. Aku tidak membawa payungku, karena tadi pagi saking semangatnya aku melupakan barang yang penting itu disaat seperti ini. Sungguh sial nasibku hari ini.
"Rin, bisa kita pulang bersama?" Tanyaku pada Rin yang sedang membereskan buku-bukunya.
Dia terdiam sebentar, lalu berkata. "Maaf Miku. Hari ini Len sedang buru-buru ingin menyelesaikan urusannya dirumah, jadi aku harus cepat-cepat pulang. Kalau tidak aku akan dimarahinya." Jawab Rin dengan wajah sedih.
"Ah, baiklah."
"Maaf ya Miku.." Ucap Rin lagi.
Aku tersenyum walau dipaksakan. "Tidak apa-apa Rin-chan."
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, tanpa adanya payung yang melindungiku dari tetesan air hujan ini.
"Eh?" Tiba-tiba ada seseorang yang menutupi kepalaku dengan payung berwarna biru.
"Tidak baik untuk perempuan kalau berjalan sendirian saat hujan, apalagi kalau sampai basah kuyup kayak gini." Ucap orang itu. Saat aku menoleh kearahnya, aku mendapati wajah Kaito yang sedang tersenyum. Aku blushing seketika.
"Kau kenapa? Sakit? Wajahmu memerah tuh." Katanya dengan wajah polos.
"Nggak, nggak." Bantahku. "Jadi, benarkan. Kau itu sejak awal sudah membawa payung dari rumah." Sambungku.
"Hehehe." Dia tertawa, sedangkan aku menutupi wajahku yang sangat merah ini agar tidak terlihat olehnya. Kami berjalan menuju rumahku dengan suasana yang sangat hening.
"Nah, sudah sampai." Ucap Kaito yang memecahkan keheningan ini.
"Terima kasih..Kaito." Balasku dengan ragu-ragu. Aku tidak terbiasa memanggilnya 'Kaito' karena biasanya aku memanggilnya dengan sebutan 'Bakaito'.
"Tidak biasanya kau memanggilku Kaito." Sahutnya.
Aku blushing lagi. "Biarin!" Ujarku sambil menjulukan lidahku layaknya seorang anak kecil, lalu aku memasuki rumahku.
"Sudah pulang Miku?" Tanya Ibuku yang sedang memasak didapur, sepertinya..
"Iya Bu, aku ganti baju dulu ya." Jawabku lalu berlari menuju kamarku yang terletak dilantai dua.
Aku menutup pintu kamarku lalu berganti pakaian. "Hari ini Rin akan menginap dirumahku, senangnya~" Gumamku dengan riang.
"Miku, makan siang!" Teriak Ibuku dari bawah.
"Iya Bu!" Balasku, lalu berlari kebawah.
.
.
.
Hari sudah malam, dan Rin sudah berada di rumahku.
"Miku, aku tidur dimana?" Tanya Rin.
"Didalam kamarku. Disana ada dua ranjang, jadi nanti malam kita bisa bermain dulu sebentar." Ucapku sambil tersenyum. Rin hanya mengangguk.
Diluar masih hujan deras. Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak. Dadaku terasa sesak.
"Ugh…" Gumamku sambil memegang dadaku. (Author: Jangan Hentai Mind!)
"Kau kenapa Miku?" Tanya Rin.
"Ti-Tidak apa-apa kok Ri-Rin.." Jawabku lemas. Aku langsung berjalan menuju kamarku. Rin masih mengikutiku dibelakang. Sesampainya didepan kamarku aku langsung membuka pintunya dan merebahkan diri diatas kasur yang berawarna hijau tosca.
"Hujannya deras sekali ya." Kata Rin pelan. Dia memandangi jalan depan rumahku lewat kaca yang ada dikamarku.
"Ya…" Jawabku singkat.
Sudah duapuluh menit kita melihat pemandangan diluar. Sekarang Rin sudah merebahkan badannya diatas kasur, tapi aku masih melihat pemandangan diluar. Lalu aku melihat langitnya, bintang-bintang yang biasanya menyinari langit malam sudah tidak terlihat. Tetapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku.
"Bulannya…Hitam?" Ucapku dalam hati. Bertepatan pada saat itu…
"KYAAAAAA!" Aku tersentak mendengar teriakan itu. Aku tau suara itu, itu suara ibuku.
Rin yang kaget langsung berdiri didepan kasurnya. "Mi-Miku.." Ucap Rin. Wajahnya kini pucat, sama seperti wajahku.
Dengan cepat aku dan Rin keluar dari kamarku lalu pergi kearah suara itu berasal. Baru sampai ditangga, aku sudah melihat seseorang berjubah hitam yang menutupi kepalanya sedang naik keatas, aku bisa menduga pasti dia akan kearahku. Saat itu juga aku melihat darah yang berceceran, aku takut menebak tapi itu sudah pasti darah
"Ibu!" Air mataku mulai mengalir.
"Mi-Miku, ayo cepat kita lari. Dia membawa pisau!" Bisik Rin. Aku hanya mengangguk pelan lalu menghapus airmataku. Kami berdua lari kedalam kamarku, lalu mengunci kamar itu.
"Mi-Miku…Siapa dia?" Tanya Rin.
"Aku juga tidak tau. Sekarang yang terpenting adalah nyawa kita berdua. Ibuku sudah dibunuh olehnya." Jelasku.
CREK!
Terdengar suara seseorang mencoba membuka pintu kamarku.
Dengan sigap, aku memintal selimutku menjadi tali. Lalu aku membuka jendela kamarku dan melempar tali itu keluar. Aku mengikat tali itu ke kaki tempat tidurku.
"Rin, cepat kabur!" Perintahku. Rin mengangguk pelan lalu dia turun kehalaman rumahku lewat tali selimut itu. Sekarang giliranku untuk turun.
BRAK!
Bertepatan saat aku menuruni tali selimut ini, orang itu sudah berhasil membuka pintu kamarku.
"Mau kemana kau bocah?" Ucapnya. Tunggu, sepertinya aku mengenali suara ini…
Aku yang ketakutan melepaskan genggamanku dan alhasil aku terjatuh ke halaman rumahku. Yah, tidak terlalu sakit sih.
"Kau tidak apa-apa Miku?" Tanya Rin panik.
"A-Aku tidak apa-apa. Ayo kita lari!" Ucapku. Lalu kami berdua berlari kencang. Sesaat aku melihat orang itu meloncat dari kamarku yang berada dilantai dua ke halaman rumahku, lalu dia berjalan mengejar kami berdua.
"Siapa dia? Mau apa dia?" Tanyaku dalam hati.
Kami terus berlari dan berlari tidak tau kemana. Malam itu sangat gelap. Rencananya, aku dan Rin ingin pergi kerumahnya untuk menyelamatkan diri. Tetapi, saat Rin menelpon kerumahnya, tepat saat telpon itu sudah diangkat oleh Len, terdengar suara teriakan kedua orang tua Rin. Dan tepat saat itu juga telpon itu mati.
Bisa kutebak kalau orang yang menyerang rumah Rin itu sekelompok dengan orang yang menyerang rumahku.
"Sialan!" Teriak Rin. Dengan sigap aku menutup mulutnya.
"Rin, jangan berteriak seperti itu. Bagaimana kalau mereka menemukan kita?" Bisikku. Rin mengangguk pelan, airmatanya mulai mengalir. "Sekarang hapus airmatamu. Kita harus menyelamatkan diri." Sambungku sambil menghapus airmata Rin.
Kami berdua pun terus berlari lagi. Saking lamanya berlari kamipun tidak tau kalau kami berdua sudah sampai dipinggir kota.
"Miku, istirahat sebentar ya. Aku capek." Ujar Rin.
"Sebentar saja, tiga menit. Lebih dari itu tidak bisa." Balasku panik. Kenapa harus tiga menit? Itu karena takutnya mereka bisa mengejar kita lagi.
Baru saja istirahat dua menit, dugaanku yang paling buruk terjadi. Dari jauh aku melihat bayangan orang memakai jubah hitam walau samar-samar. "Rin, ayo lari!" Suruhku.
Sial, Rin tertidur. Pasti dia capek sekali karena harus berlari terus.
"Khu khu khu khu." Terdengar suara tawanya yang menyeramkan itu. Perlahan-lahan dia mendekat, lebih dekat, dan lebih dekat. Akhirnya dia sampai tepat didepanku. Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Takut, gelisah, panik bercampur menjadi satu. Berharap ada seseorang yang menolong kami berdua.
"Sudah tidak bisa lari lagi bocah?" Tanya orang itu.
"Si-Siapa kau?" Tanyaku. Walau dekat, aku sudah hampir tidak bisa melihat badan orang itu. Aku capek sekali.
"Kau tidak perlu tau!" Balas orang itu. Dia lalu mengangkat pisaunya dan hendak menusukku.
Aku menutup mataku, lalu berkata dalam hati. "Siapa saja tolonglah kami berdua."
JRAP!
Mendengar suara itu aku langsung membuka mataku. Terlihat pemandangan seorang laki-laki sedang menahan pisau orang yang ingin menusukku, sehingga laki-laki itu berdarah di tangannya.
"Siapa kau bocah?" Tanya orang itu.
Perlahan mataku tertutup, tetapi sebelum itu aku mendengar suara. "Aku, Kaito Shion! Cam-kan namaku dalam otakmu itu!"
-To Be Continued-
Author: Chapter 1 Update!
Len: Nah, sekarang jelasin kenapa harus vakum?
Author: minggu ini saya ulangan umum, jadi hampir gak bisa ngetik ceritanya lagi.
Len: Oke!
Author: Bagi anak baik, review oke!
