Warning dibawah ini untuk empat chapter ke depan
Disclaimer : Tokoh yang digunakan milik Masashi Kishimoto
Alur cerita dan bahasa milik Risa Saraswati
Author hanya menggabungkan keduanya, bukan bermaksud menjadi plagiat, author sudah meminta ijin teh Risa, hanya ingin berbagi cerita pada readers sekalian selama author lagi kurang ide hehe
Rated K
Nopairing, OOC, Typos
.
.
.
"Hoammmm….. jam berapa ini? Kubuka mataku lebar mencari tahu situasi apa yang kulewatkan saat terbangun dalam tidur yang cukup panjang..
Terakhir kali kuingat rasanya sedang tertidur di kamar ibuku karena sakit kepala yang begitu menyiksa, sudah lama kurasakan sakit kepala dan pening namun malam tadi sakitnya agak berlebihan. Aku tak sanggup berdiri dan berjalan menuju kamarku, dan kuputuskan untuk tidur di kamar ibu. Kemana semua orang yah? Kamar ibu sepi sekali. Aaaaah… segar sekali pagi ini, eh.. ini pagi atau siang ya? Entahlah namun bisa kulihat cahaya terang matahari masuk ke dalam jendela kamar ibu yang terletak di lantai 2 rumah ini. Kulihat jam dinding yang menempel diatas lemari besar berwarna coklat, astaga jam 1 siang! Aku melewatkan kuliahku pagi tadi, astagaaaa…. Mana dosennya Nona Tsunade, dia yang paling galak dan menyebalkan diantar dosen-dosen lainnya, mati aku. Ah sudahlah, aku bisa meminta Ayah membuatkan surat sakit, sudah sejak di akademi kugunakan kelicikan ini hehe. Profesi ayah adalah dokter umum, dan ayah tak pernah tega melihatku menangis jika mulai merengek malas pergi sekolah, dia akan segera membuatkan surat sakit untuk dikirimkan ke sekolahku.. begitu seterusnya hingga kini kududuk di bangku kuliah semester 6.
Siang ini aku merasa sangat sehat, tak pernah kurasakan tubuhku sesehat ini, perasaan kemarin-kemarin kepalaku selalu saja sakit saat terbangun dari tidur, tapi kali ini rasanya lain. Ini pasti berkat keajaiban tempat tidur Ibu! Kalau saja tahu daridulu tempat tidur ini bisa menyembuhkan sakit kepalaku, pasti setiap hari aku akan menidurinya. "Nanti malam Layung tidur lagi disini ya buu..", ucapku sambil tersenyum dan perlahan mengangkat tubuhku beranjak dari tempat tidur. Ya ampuuun Ibuu, kamar ini berantakan sekali… baju-baju berserakan diluar lemari, sepertinya ibu lagi-lagi terlambat pergi ke kantornya. Aku termenung sejenak, semalaman tadi aku meniduri kasur ayah dan ibu, lalu mereka tidur dimana ya? Ah sudahlah, mungkin malam tadi mereka tidur di kamarku, aku yakin Ayah tak akan mengijinkan Ibu untuk membangunkanku yang tertidur pulas. Kuputuskan untuk membereskan tempat tidur dan lemari yang sangat berantakan.
"Hanabiii… Hanabii…", kupanggil adik perempuanku dari lantai 2 tepat didepan kamar Ayah dan Ibu, sepi…. Tak ada jawaban. Biasanya dia pulang ke rumah jam 11 di hari Jumat, eh.. ini jumat kan? Aku bingung sendiri, tapi aku yakin ah ini hari jumat karena kemarin siang aku baru melewati kuliah Ilmu Obat Alam , untuk kali ketiga aku terpaksa mengulang mata kuliah ini karena tidak pernah berhasil lulus melewatinya, aku benci hari kamis! Makanya aku yakin banget ini pasti hari Jumat, kemana si Hanabi yah? Aku mencarinya hanya untuk menanyakan apakah dia sudah makan siang atau belum. Aku hafal betul kesukaan dia, kebetulan aku agak piawai dalam soal memasak… Hanabi paling suka kumasakkan oseng-oseng daging sapi saus tiram.
Ah sepi sekali rumah ini, biasanya Hanabi yang paling cepat sampai di rumah, menyusul Ibu, aku, Kak Neji, lalu Ayah, namun siang ini bahkan Hanabi pun belum sampai di rumah. Ya sudahlah tak ada salahnya jika kubereskan seluruh isi rumah ini lalu memasakkan makan siang untuk Hanabi. Kulangkahkan kakiku menuruni tangga menuju lantai satu dimana semua kegiatan keluarga ini terpusat, ya ampunnnn! Berantakan sekali sihh! Tak biasanya rumahku kacau berantakkan, ini ada apa sih? Aku bingung sebenarnya apa yang sudah kulewatkan selama kutertidur pulas semalaman ini.
Sudahlah, kuputuskan untuk merapihkan semuanya. Banyak sekali jejak telapak kaki di lantai rumah seperti bekas diinjaki banyak orang, jorok sekaliiiii… hal yang pertama kulakukan adalah menyapu dan mengepel lantai rumah yang cukup luas, tak banyak barang di lantai bawah karena Ibu lebih menyukai lantai ini kosong agar bisa dijadikan tempat berkumpul keluarga. Banyak sekali karangan bunga tanpa nama diatas meja ruang tamu depan, ini semua untuk siapa sih? Pasti buat Kak Neji deh, harus kuakui wajahnya memang tampan sehingga pemandangan seperti ini sudah tak aneh bagiku, banyak sekali wanita agresif yang mengirimkan berbagai hadiah untuknya ke rumah ini, biasanya sih coklat atau makanan-makanan aneh yang sangat lezat…aku dan Hanabi yang kegirangan karena ikut menikmati semua hadiah yang diberikan mereka untuk Kak Neji. Kak Neji tak pernah mengajak seorangpun wanita ke rumah ini untuk dikenalkan sebagai pacar, padahal usianya sudah 25, tak ada satupun dari wanita-wanita agresif itu yang mampu menaklukan hatinya, aku dan Hanabi pernah bergunjing "Jangan-jangan kakak laki-laki kita itu menyimpang yah" hihi. Ku rangkai bunga-bunga berbagai macam warna itu kedalam vas-vas bunga kosong yang cukup banyak ditemui di rumah ini, indah juga.. Ibu pasti suka melihatnya.
Sudah hampir 2 jam kurapikan seluruh isi rumah ini, tak satupun dari anggota keluargaku menampakkan batang hidungnya. Biasanya aku tak pernah bersemangat seperti semangat yang kupunya di hari ini, gila juga ya… biasanya mencuci piring saja membuat kepalaku sakit karena tak kuat berdiri lama-lama, namun hari ini lihatlah! Hampir seluruh isi rumah menjadi kinclong! Suatu prestasi luar biasa bagi seorang Hinata. Walau Hanabi belum juga pulang, sepiring penuh oseng-oseng daging sudah tersaji untuknya di meja makan, adik kesayanganku itu pasti akan melahapnya sampai habis, menurutnya aku adalah koki nomor satu di dunia.. entah tulus atau hanya agar setiap hari kumasakkan sesuatu untuk mengisi perutnya. Rumah ini tak mempunyai pembantu, semuanya dilakukan oleh anggota keluarga. Sebenarnya orangtuaku mampu mempekerjakan seorang asisten rumah tangga, namun mereka tak suka melihat anak-anak mereka manja dan menjadi malas, dalam hal ini kuacungkan jempol untuk mereka hihi walaupun diantara semuanya akulah yang paling malas bekerja kasar, aku hanya suka memasak.. tugasku adalah koki di rumah ini.
Tubuhku terasa segar hingga detik ini, rasanya seperti tak berkeringat bahkan haus pun tidak. Aku masih mengenakan celana tidur berwana krem dipadupadankan dengan kemeja putih yang kemarin masih kupakai kuliah, enggan rasanya untuk mandi…tanpa mandipun aku sudah merasa sangat segar. Sudah jam 5 sore, dan tak satupun anggota keluargaku yang pulang, aku mulai kesal… Televisi yang sejak tadi kutonton sudah mulai sangat membosankan, tidak menarik. Mau tidurpun rasanya sulit sekali karena benar-benar tubuhku ini sedang sangat fit, tak satupun keluhan yang kurasakan sepanjang hari ini. Hey, bahkan sedikit makananpun belum ada yang masuk ke dalam perutku… aku tidak membutuhkan apa-apa, hanya ingin segera mereka datang.
Mungkin mereka semua sibuk, mungkin Hanabi mengerjakan tugas di rumah temannya, Ibu rapat, Ayah masih praktik di rumah sakit, Kak Neji sedang ada pekerjaan, segala kemungkinan berputar-putar diatas kepalaku. Akupun beranjak ke kamarku, kuganti sprey Hijau Toscaku dengan sprey putih bercorak bunga Rose yang belakangan ini begitu jarang kupakai. Hari ini damai sekali bagiku, seperti terlahir kembali. Aku berdiri di depan cermin, baru kali ini kuakui bahwa wajahku lumayan juga.. hari ini tampak lebih bersinar daripada sebelumnya. Aku ini sedang dilahirkan kembali yah? Kemana semua kantung mataku? Biasanya mereka menggelayut dibawah mataku akibat kegiatan kuliahku yang menyita waktu tidur. Tempat tidur Ibu memang ajaib, aku terlahir kembali menjadi Hinata yang baru setelah semalaman menidurinya. Lamaa sekali kubercermin menikmati diriku yang baru.
Suasana sudah semakin malam, tanda-tanda kepulangan seluruh anggota keluargakupun sepertinya tidak ada. Kali ini tidak khawatir, aku merasa begitu tenang tak was-was seperti biasanya.. segala pemikiran positif mengenai keberadaan mereka terus berputar dikepalaku menghalau rasa resah dan takut. Aku berbaring diatas tempat tidur kamar, menengadah menatap langit-langit, bernyanyi-nyanyi kecil, berterimakasih kepada Kami-sama atas apa yang kuterima hari ini. Kupejamkan mata meski rasa kantuk sama sekali tak terasa, tak mengapa….kupejamkan saja mata ini… menunggu yang lainnya datang, tak sabar rasanya menceritakan semua yang kualami hari ini."
