Disclaimer : Beauty Pop © 2004 Arai Kiyoko

o

*:..oO#..::oOo#..:*

Star Drop

by Kiri-chan

Twinkle 1 : First Illumination

*:..oO#..::oOo#..:*

o

Bintang adalah cahaya yang dapat mendatangkan keajaiban.

Jika mengharap satu permintaan pada bintang jatuh,

maka satu permintaanmu pasti akan menjadi kenyataan.

"Pasti jadi kenyataan ya?" Kanako tersenyum sendiri.

"Baca apa?"

Kanako menoleh. "Ah, Kiri-chan! Aku sedang membaca buku yang aku pinjam dari perpustakaan, ceritanya bagus sekali!" mata Kanako berbinar.

"Apalagi kalimat yang ini! Benar-benar bagus! Coba saja kau baca!" Kanako menunjuk salah satu paragraf dengan bersemangat, menyodorkan bukunya pada Kiri. Kiri membacanya sekilas.

"Sama sekali tidak bisa dipercaya" Kiri menghela napas, kemudian pergi ke arah koridor.

Kanako menatapnya bingung, "eh… Kiri-chan…?"

###

"Sudah berapa kali aku bilang? Kalau bukan anggota SP DILARANG MASUK RUANGAN INI!"

Kiri menatapnya datar. "Kalau kau tidak butuh barang ini ya sudah…" Kiri menunjuk buku yang dipegangnya.

Narumi diam sesaat, Kei yang mengulum lollipop mulai memperhatikan. "Hei, Narunaru… Bukannya itu buku PRmu yang hilang?" kata Kei. Narumi tersadar.

"KEMBALIKAN!" Narumi merebut buku itu dengan kasar dari tangan Kiri, "gara-gara kau tadi pagi aku dimarahi sensei habis-habisan!"

Kiri menghela napas, "buku itu aku temukan di koridor… salah sendiri kau ceroboh."

"APA KATAMU?"

"Ohh… jadi pendengaran Narunaru mulai rusak ya?"

Narumi meledak, "panggil aku KAKAK SENIOR!"

"Ya… kak Narunaru…"

"PANGGIL YANG BENAR! Kau menantangku ya? Dasar junior tak punya sopan santun!"

"Bisa kurangi volume suaramu?"

"SAMA SEKALI BUKAN URUSANMU! KELUAR DARI RUANGAN SP!"

"Iya… lagipula aku memang sudah mau pergi dari tadi" jawab Kiri santai.

"K… kau ini…" geram Narumi.

"Ah, Koshiba!" panggil Ochiai.

"Ya?" Kiri menoleh.

"Ehm… jadi… sebenarnya SP mendapat undangan dari…"

"Hei, Kazuhiko! Jangan bilang kau mau mengajaknya ikut pergi!" sela Narumi tajam.

Ochiai menatapnya datar, "kau keberatan, Narumi?"

"Tentu saja aku keberatan! Dia kan bukan anggota SP!" protes Narumi.

"Narusy sungguh payah" Iori menggoyangkan tangkai mawarnya, "bilang saja tidak ingin turun pamor kalau ketrampilan you dibandingkan dengan my Kirity yang luar biasa."

"SIAPA YANG TURUN PAMOR HAH? Rambut riap-riapan itu jauh lebih payah daripada aku!"

"What? Me tidak terima you bicara begitu tentang Kirity! Unbelievable!"

"Narunaru kan belum pernah mengalahkan Kiri-chan satu kalipun" komentar Kei polos. Narumi menatapnya garang seperti dibakar api.

BUAK!

"Huwaa! Narunaru kejam!"

"Wahh… sampai benjol tuh!" bisik Iori ngeri.

"Argh, kalian kayak anak kecil aja!" Ochiai menggelengkan kepalanya.

"Hem… jadi, Koshiba…" Ochiai menoleh ke arah Kiri, tapi…

"Lho? Mana Koshiba?"

"Kiri-chan sudah pergi dari tadi! Memangnya kau tidak lihat?" jawab Kei sambil meratapi kondisi kepalanya.

###

Kiri menendang kaleng di depan sepatunya.

"MEONG!"

"Maaf, Shampoo… Nyaris saja kena kepalamu."

Seiji menghela napas melihat kelakuan putri satu-satunya. "Kau ini kenapa sih? Dari tadi berjalan seperti orang melamun" keluh Seiji.

Kiri sama sekali tak menjawab, dia duduk dan mulai melepas tali sepatunya. Seiji menatapnya heran, sekilas dia melihat kalender di dinding, sekarang 30 April? Mendadak Seiji tercekat.

"Kiri…"

"Ya?"

"Kau ingin pergi ke suatu tempat? 2 minggu lagi?"

"Hem…"

"Ke Karuizawa misalnya?"

"Entahlah" Kiri memasuki rumah dan meninggalkan ayahnya di teras.

Seiji mengisap rokoknya dengan gusar. Shampoo datang dan menyundul sikunya, mengeong lembut di dekat kaki Seiji. Seiji mengusap kepala kucingnya pelan, "biarkan anak itu sendiri dulu."

###

Malam ini Kiri sengaja mematikan lampu kamarnya. Matanya fokus pada butiran-butiran bintang di dalam bola kaca yang menyala dalam gelap, hanya menatapnya tanpa ekspresi.

Berbagai macam bayangan berputar dalam otaknya. Memori… kenangan yang tak pernah habis… tanpa peduli seperti apa jejak yang ditinggalkan kenangan itu sendiri.

Satu permintaanmu pada bintang jatuh pasti akan menjadi kenyataan…

Kiri menghela napas berat, memainkan bola kaca itu di tangannya, memperhatikan tanpa tujuan apapun. Lalu dia menarik kakinya, membenamkan kepala diantara kedua lututnya, tanpa terasa air matanya mulai mengalir tanpa suara…

Bahkan bintang di dalam bola kacanya lebih terang dibanding bintang-bintang di langit.

###

"Koshiba menghindariku."

"Lebih tepatnya dia tidak menganggapmu ada, Occhi" ralat Kei.

Ochiai memandangnya kesal, tapi tak bisa bicara apa-apa karena Kei memang benar. Berulang kali dia mencoba mengajak gadis itu bicara, tapi Kiri tidak pernah mempedulikannya seperti memperlakukan sayuran busuk di pasar yang sama sekali tidak penting.

Ochiai mengeluh dalam hati, "benar-benar sulit ditangani."

Dia terus berpikir keras, mencoba menyusun rencana baru. Narumi menggunting rambut manekin tanpa peduli pada isi kepala Ochiai. Kei menyantap snacknya dengan wajah tak berdosa.

"Dia meremehkan kita" keluh Ochiai pelan. Gerakan tangan Narumi langsung berhenti. "Apa maksudmu?"

"Hem… sudah jelas kan? Koshiba tidak mau bekerja sama dengan kita, dia meremehkan kemampuan SP. Ah, mungkin dia hanya meremehkan kemampuanmu saja" Ochiai menatap Narumi dengan pandangan mengejek.

"HAH? APA MAKSUDMU?" Narumi mulai emosi.

"Kalau kau tak mau ketrampilanmu diremehkan, ajak dia bergabung dengan kita di kegiatan nanti… lalu kalian bisa buktikan siapa yang lebih hebat" hasut Ochiai.

BRAK!

Kei tersentak mendengar suara pintu dibanting Narumi yang baru saja keluar ruangan. Ochiai tersenyum tenang. "Gampang sekali…" batinnya puas.

###

"Rambut riap-riapan!"

Kiri menghela napas bosan. Lagi-lagi dia… Kiri ingin menghindar tapi Narumi terlanjur menghadang langkahnya. Sementara semua gadis menatap kagum sekaligus iri pada Kiri. Kiri berusaha tidak memutar bola matanya. Apa bagusnya makhluk ambisius yang terobsesi pada senioritas ini?

"Kau dengar aku tidak?" bentak Narumi.

"Mau bicara apa?" tanya Kiri datar.

Narumi menahan kekesalannya, "dengar ya! Bagaimana kau bisa…"

"Si amatiran ini mau bilang apa?"

Narumi membeku melihat Billy tiba-tiba muncul dan merangkul bahu Kiri. Mendadak darahnya serasa mendidih sampai ke kepala.

"Sama sekali bukan urusanmu!" geram Narumi.

"Ohh… bukannya urusan Kiri-chan itu berarti urusanku juga?" Billy tersenyum saat menatap Kiri, Kiri membalas pandangannya tanpa minat. Narumi mengepalkan tangannya keras, menahan diri untuk tidak mencekik Billy dengan headset di kepalanya itu.

"Ini urusan SP! Sebaiknya kau menyingkir saja" tegur Narumi kesal.

Kiri menatap Narumi dengan pandangan tidak setuju, seolah dia berkata 'aku kan bukan anggota SP'. Tapi Narumi sama sekali tidak peduli, yang penting si rambut pirang itu harus cepat-cepat menjauh dari sisi Kiri.

Billy tersenyum sinis, "jadi Kiri-chan punya urusan dengan klub amatiran ya?"

"APA KATAMU?" Narumi meledak.

"Haha… jangan marah, senior! Aku hanya bicara kenyataan kok!"

"Yang benar sa…"

"Ah, waktu istirahat habis, sebaiknya kita cepat-cepat masuk kelas" Kiri mendorong bahu Billy menjauh sebelum Narumi meledak lebih parah. Billy mengecek jam di handphonenya, "iya, kau benar."

"Kami duluan, senior!" Billy pergi sambil tersenyum mengejek. Narumi menatapnya garang.

"Narunaru…"

"Panggil aku kakak senior" ralat Narumi kesal, tapi Kiri tak peduli.

"Kalau kau mau bicara tentang hal yang sama seperti yang dibicarakan Occhi, sepertinya Komattaro ingin sekali ikut dan dia berkali-kali mendesakku untuk menerima ajakan SP" setelah mengatakan itu, Kiri berlalu meninggalkan Narumi.

Mata Narumi melebar, reflek dia menarik tangan Kiri ke arahnya. "Jadi, kau menerima tawaran kami atau tidak?" desak Narumi.

"Kapan?"

Narumi memandang heran, berusaha mencerna kata-kata Kiri, akhirnya dia menjawab, "dua minggu lagi, tepat saat liburan, lokasinya di Karuizawa seperti Training Session waktu liburan lalu."

Wajah Kiri pucat seketika, Narumi merasakan tangan Kiri dalam genggamannya mulai mendingin. "Hei, kau kenapa?" tanya Narumi cemas.

"Tidak apa-apa" Kiri menggeleng, dia melepaskan tangannya dari pegangan Narumi. Narumi masih menatapnya khawatir. "Memangnya akan ada kegiatan apa?" tanya Kiri lagi.

"Kita dapat undangan dari sebuah model agency… Agency itu cukup populer dan ini kemajuan besar untuk SP" jelas Narumi.

"Fuhh… aku harus bilang pada Billy untuk jaga rumah sendirian" keluh Kiri pelan.

"Eh, kenapa…?" tanya Narumi heran.

"Tadi pagi ibuku menelepon, dia minta kami pergi mengunjunginya ke L.A dua minggu lagi… Tapi aku tidak mau ikut pergi kesana, jadi aku harus jaga rumah dengan Billy…" jawab Kiri lancar.

Jantung Narumi serasa mau lepas. "Ta… tapi kau akan ikut SP ke Karuizawa kan?" desak Narumi. Kiri menatapnya heran, tapi dia tetap mengangguk.

Narumi menghela napas lega, "kalau begitu sampai besok…"

"Ya, sampai besok…" balas Kiri.

Narumi mengacak rambutnya pelan, gila… untung saja aku sudah mengajaknya pergi, kalau tidak bisa-bisa dia tinggal berduaan dengan si rambut pirang kurang ajar itu selama liburan…

###

Brak!

Reflek Seki menangkap lengan Kiri yang hampir terjatuh. "Kiri-chan? Kau baik-baik saja kan?" seru Kanako cemas.

Kiri terdiam sejenak, berusaha menetapkan letak kakinya saat kembali berdiri. "Maaf, kak Ken" Kiri membungkuk sedikit.

"Kau melamun sedari tadi…" tegur Seki. Kiri sama sekali tidak menjawab.

"Kiri-chan? Kau sakit? Mukamu pucat" Kanako khawatir. Kiri tersenyum lemah, "aku baik-baik saja…"

Seki memperhatikan Kiri, "kau yakin mau ikut, Kiri-chan?"

"Aku ikut" jawab Kiri singkat.

"Tapi…"

"HEI! KENAPA SEMUANYA MASIH DI SINI? Bisa-bisa kita ditinggal kak Narumi!" Komatsu muncul tiba-tiba.

"Ah… i… iya…" Kanako gugup.

"Terutama KAU, Kiri…! Kak Ochiai sudah mencarimu dari tadi! Ayo ikut aku!" Komatsu langsung menarik tangan Kiri. Kiri hanya menghela napas tanpa mengatakan apapun.

"Kak Ken, ayo berangkat…" Kanako mengambil tasnya, tapi Seki masih diam saja.

"Kak Ken?" panggil Kanako heran.

"Kak Ken!" ulang Kanako lebih keras.

"Ma… maaf?"

"Ayo kita berangkat… memangnya ada apa, kak Ken?" selidik Kanako. Seki hanya menggelengkan kepalanya. "Ya… ayo kita pergi" Seki jalan duluan.

"Eh… kak Ken!"

"Ya?"

"Kiri-chan kenapa? Apa dia sakit?" tanya Kanako cemas. Seki menghela napasnya berat, menatap Kanako beberapa saat seolah heran kenapa dia masih bisa bertanya.

"Apa kau sudah lupa?"

"Eh…?" Kanako bingung.

Seki menghela napasnya lagi, ekspresinya sedikit frustasi, "kau sudah lupa tentang Kakeru Minazuki?"

Kanako terbelalak, warna wajahnya pucat seketika. "Astaga…" Kanako menutup mulutnya, nyaris histeris.

Seki menepuk bahunya, "sudahlah… memang sepertinya Kiri-chan belum bisa melupakannya."

###

~ To Be Continued ~