WARNING : AU, gaje, maybe ooc, rated M

Hurray! halo para reader sekalian, ini fict pertama aku. mohon maaf kalo ceritanya aneh. sambil belajar juga saya disini. sebenernya bingung juga mau bikin cerita apa, meskipun di otak saya sudah numpuk banyak banget ide tapi bingung mau yang mana. jadi saya pilih yang ini aja. oke langsung aja. semoga suka! selamat membaca... EDITED

Siap siap berkomentar ya! Dan maaf kalo khusus chapter satu pendek banget. Yup! Selamat membaca...

Summary : bagaimana jika Hinata berpacaran dengan Naruto tetapi hatinya sudah didapatkan oleh si bungsu Uchiha? Siapa yang akhirnya dipilih Hinata? Pilihan hatinya, atau statusnya? Check it out..

Disclaimer : Masashi kishimoto-sensei


Play Behind

Hinata's POV

Hujan pagi ini mungkin cukup untuk menyambut weekend-ku. Jika biasanya sinar matahari yang masuk lewat jendela kotakku, hari ini sang mentari tidak menepati janjinya untuk terbit dipagi hari. Mulai bosankah? Mulai lelahkah? Entahlah. Yang pasti, dengan keadaan yang bersambut ini, kebanyakan manusia lebih memilih untuk bergelung dengan selimut bulu mereka. Tapi tidak dengan aku. Aku lebih memilih membuka kotak jendela dikamar kosku, lalu menuangkan air hangat kedalam cangkir hingga air didalam cangkir menjadi hitam pekat. Aku duduk dibalkon depan kamar kosku sambil melihat rintik hujan yang sudah membuat genangan air dimana-mana. Aku melihat seorang ibu dengan payung yang dipegangnya sedang menuntun anak kecil agar tidak hujan-hujanan. Permainan anak kecil, batinku. Ketika hujan, aku selalu berpikir, lebih dulu mana diantara sekian banyak rintik hujan yang ada, yang jatuh kebumi? Ah sampai sekarang pun aku masih belum menemukan jawabannya, kawan. Itu sama halnya dengan mempertanyakan, mana yang lebih dulu jatuh cinta, aku atau kau? Aku tidak menemukan jawabannya, I just do it. Aku tidak ingat siapa yang memulai, aku mungkin? Ataukah kau? tapi yang pasti, bukan aku yang mengakhiri. Ya, itu yang pasti.

Delapan bulan belakangan aku memang in relationship dengan Naruto. Teman satu angkatanku disekolahnya. Tapi, apa karena aku berpacaran dengannya, sudah pasti aku memberikan hatiku untuknya? Sasuke. Ya, orang—mantan—itu yang sudah lebih dulu mengambilnya daripada Naruto. Jangan salahkan aku bagaimana bisa aku hatiku di berada di Sasuke, sedangkan aku berpacaran dengan Naruto. Aku hanya mengikuti saran teman-temanku untuk menerimanya. Seperti kata orang, rebut dulu hati kawannya, baru kau bisa sukses mendekati targetmu karena kawan targetmu mendukungmu.Dan ya, jadilah aku berpacaran dengannya—meskipun aku mencintai Sasuke lebih dari Naruto, tapi tidak melebihi cintaku pada Yang Maha Pencipta dan orangtuaku, karena sudah menciptakan mereka, dan sudah menciptakanku, sehingga aku bisa merasakan semuanya sekarang.

Aku tidak pernah memikirkan bagaimana kondisi asam lambungku yang bisa sewaktu-waktu naik. Aku seorang pecinta kopi. Mana mungkin hanya karena asam lambung yang tidak menentu, aku akan berhenti minum kopi? Seorang pecinta kopi, tidak akan memberhentikan rutinitasnya meminum kopi. Sama halnya dengan seseorang yang suka tidur, tetapi malah bekerja dikafe malam. Lucu bukan? Percayalah, bartender-bartender yang mempekerjakan dirinya disana adalah orang yang memiliki insomnia ketika malam hari. Salahkan saja ayah yang mengenalkanku pada kopi, sehingga aku terlarut menyukainya. Akupun sudah banyak mencoba rasa-rasa kopi yang ada.

'Ah tenangnya hari liburku, seandainya saja setiap hari aku bisa seperti ini, menikmati pagi hari dengan santai tanpa harus dikejar oleh waktu yang membuat orang selalu ketakutan. Bodoh! Orang-orang selalu takut dengan waktu karena bisa melanggar peraturan, bukankah peraturan ada hanya untuk dilanggar?' Batinku.

Aku mengingat apakah hari ini ada janji dengan seseorang. Nyatanya tidak ada. Mungkin aku akan menghabiskan hari ini dengan belanja sayuran atau mungkin melakukan hibernasi selama senja belum berpendar.

'DRRTTT'. Ponselku bergetar satu kali. Ada pesan masuk tandanya.

Sender : Sasuke

Hime, kau berniat menghadiri pembukaan kafe Boo?

Ah rupanya dari Sasuke. Kami memang sama-sama penggila kopi, jadi apapun itu jika berhubungan dengan kopi, kita selalu bisa sejalan. Tapi, kali ini lain. Aku sudah memiliki pacar. Seharusnya aku mengunjungi kedai itu dengan pacarku, bukan dengan mantanku. Sekarang, yang harus aku lakukan hanyalah tinggal menjawab, 'aku ada janji dengan Naruto' atau 'aku sudah mengunjunginya'. Suck it! Jawaban kedua sepertinya terdengar sangat fiktif, karena kafenya baru saja dibuka hari ini.

Status : Sent

Uhm, yang didepan GOR atau bukan? Baiklah.

Fvck that!kenapa jariku tidak bisa berkompromi dengan logikaku, malah bekerjasama dengan hatiku?

Sender : Sasuke

Aku jemput pukul setengah lima.

Baiklah, mungkin lebih baik aku memang harus mengalah dengan hatiku kali ini. Oh ralat, mungkin kali ini lebih baik diganti 'berulang kali'.

Apa aku salah jika aku egois menginginkan dua orang pria untuk mengisi hati dan hariku? Bukankah manusia memang ditakdirkan sebagai makhluk yang egois?

Jam setengah lima kurang lima menit, aku sudah siap dengan pakaian kasual yang seharusnya tidak dipakai oleh gadis yang notabene 'diajak kencan' oleh seorang pria, oh ralat maksudku mantan. Dan ya, mari kita lihat, apa Sasuke akan telat menjemputku?

Hanya selisih berapa menit kemudian, Sasuke datang dengan motor gedenya. Ia juga mengenakan pakaian yang santai. Kaos polo biru tua dengan blazzer hitamnya dipadu dengan celana jeans warna senada dengan kaosnya, dan jangan lupakan sepatu converse hitamnya yang sudah berubah warna menjadi biru tua karena sering dipakai dan motor sport hitamnya. Sangat santai memang. Belum juga Sasuke sampai ke depan pintu kosku, wangi bvlgari-nya sudah tercium oleh indra penciumanku yang mungkin sudah dihafalkan oleh otakku. Aku. Sangat. Menyukai. Bau. Ini.

"hey kenapa kau masih diam?" dia baru saja datang, tetapi langsung menggodaku seperti itu. Aku pun memilih untuk mengabaikannya dan langsung memboncengnya.

"jangan memulai, ayo jalan."

"siap, Nona Cantik!"

"hime, bagaimana tempatnya? Kau suka?"

"Terlebih jika kau yang akan membayar semua ini," gurauku bercanda.

"Tentu saja, aku yang mengajakmu."

"tidak perlu, aku hanya bercanda."

'DDRRRTT' ponselku bergetar satu kali. Seperti biasa, itu tanda ada pesan masuk.

Sender : Naruto

Hime, sedang dimana?

'Deg! Apa dia tau aku lagi pergi sama Sasuke?' Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru kafe, berharap dia tidak ada disini. Dan ternyata dia tidak ada. Syukurlah..

Status : Sent

Kenapa? Aku sedang diluar.

Aku tidak berbohong, memang kenyataannya aku sedang tidak ada di kos tetapi sedang ada diluar—meskipun bersama Sasuke.

Sender : Naruto

Padahal aku ingin mampir ke kosmu.

"ehem. Bisa ponselmu kamu matikan dulu kalau sedang bersamaku?"

"eh? Iya sebentar, Sasuke-kun. Maaf."

Status : Sent

Oh, aku sedang dirumah Ino.

Maafkan aku, aku berbohong (lagi). Tapi memang keadaan harus memungkinkan untuk berbohong, lantas aku harus bagaimana lagi? Bukankah berbohong untuk kebaikan, diizinkan?

"apa kau memang harus mengabaikanku?" oh God! I swear, tadi aku sempat melihat raut wajah kecewa ketika dia menyebut nama Naruto. Aku terlihat seperti perempuan yang jahat karena sudah egois meminta dua pria untuk mengisi hariku.

Sender : Naruto

Aku jemput?

"eh? Maaf. Ino akan ke kos." Aku berbohong (lagi dan lagi).

Status : Sent

Tidak perlu Naru-kun. Biar Ino saja yang mengantarku

"ada apa memangnya?"

"entahlah, tugas mungkin?"

Sender : Naruto

Jangan terlalu larut pulangnya. xoxo

"jalan sekarang?"

"kemana? Sebentar aku habiskan kopiku dulu."

"a beautiful place like you." Tak urung, kalimat saktinya itu mampu membuatku ber-blush on ria.

"yaa, apa yang kau maksudkan?" Ucapku sambil menahan malu. Semoga saja dia tidak melihat semburat merah dipipiku.

"sudahlah ayo!" Sasuke yang tidak sabaran langsung saja menggandeng tanganku seenak jidatnya. Tapi tentu saja, ada rasa hangat yang menjalar meskipun hanya bergandengan. Berbeda ceritanya jika itu Naruto yang menggandeng tanganku. Aku tidak merasakan apapun.. 'Tuhan, maafkan aku..'

Hey, beritahu aku hukuman apa yang paling berat untuk seorang gadis, selain hidup diantara cerita cinta yang didalamnya terdapat orang yang ia cintai, dan orang yang mencintainya?


Huah. Kependekan ya? Gomen...

niatnya, fict ini mau saya bikin chapter. dan fict ini cuma buat pembukaan doang, konfliknya ada di chapter selanjutnya.. tapi juga kalo para readers mau saya nerusin..

Cukup santaikah temanya?

Maaf ya, untuk urusan rating saya kasih M. Buat yang belum cukup umur dan nggak suka, lebih baik nggak usah diterusin bacanya.

Kritik diterima yang penting membangun

So, kalau mau fict ini dilanjutin, jangan lupa reviewnya ya!

Oke..

Now its time for

.

.

Review..